Salin Artikel

Penampakan Rumah Mewah Milik Kepala Bea Cukai Andhi Pramono di Bogor, Kubah Ala Eropa dan Taman Bergaya Bali

BOGOR, KOMPAS.com - Kondisi terkini rumah mewah milik Kepala Bea Cukai Makassar, Andhi Pramono terpantau kosong, sepi, usai digeledah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat (12/5/2023).

Rumah itu terletak di perumahan Legenda Wisata, kawasan Cibubur, Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

Dari pantauan Kompas.com, rumah mewah bak istana itu ternyata berada dekat pintu masuk perumahan atau dekat jalan utama. Letak rumah ini ada di Klaster Washington Barat, Blok D nomor 1907. 

Kompas.com melihat lebih dekat, eksterior rumah itu tampak bersih meski ditutupi banyak pohon.

Pagar rumah dari kayu dan besi itu pun tampak bebas dari kotoran sehingga sedap dipandang mata. Terlihat di depan garasi rumah, terdapat dua unit mobil dan satu motor matic sedang terparkir.

Rumah tersebut memiliki halaman yang cukup luas atau lebarnya dua kali lipat dari rumah-rumah lain.

Halamannya pun ditumbuhi aneka tanaman tropis seperti pohon kamboja dan tanaman semak.

Kompas.com kemudian memotret dari seberang rumah itu, di sana tampak jelas rumah mewah ini terdiri dari dua lantai.

Sentuhan ornamen serba putih dan pilar-pilar kokoh semakin menambah kebesaran dari rumah Kelapa Bea Cukai Andhi Pramono.

Apalagi, ketika kita melihat ke atas akan tampak pula atap kubah khas Eropa. 

Seorang warga sekitar kagum dan takjub melihat kemegahan rumah tersebut.

Ika (22) mengatakan kepada Kompas.com, belakangan ini penghuni rumah itu jarang sekali terlihat. Tak ada aktivitas, kosong, hanya ada pembantu dan sekuriti pribadi.

"Paling pembantu yang sering saya lihat nyapu di depan rumah itu. Nah, jadi sebelum kasusnya viral (pamer kekayaan) itu ya banyak mobil keluar masuk. Sekarang mah sudah sepi," ujar dia sembari membereskan dagangannya. 

Tak lama dari situ, Kompas.com beranjak ke sisi kiri rumah mewah tersebut.

Di samping rumah itu terlihat ada gapura dengan gaya arsitektur Bali, yang tertutup oleh pohon yang sudah rimbun.

Saking rimbunnya, ranting dan dedaunan menjuntai ke bawah sehingga gapura itu tak akan terlihat dari jauh.

Kemudian di depan gapura terlihat taman yang lengkap dengan lampu serta kursinya. Halaman luas di rumah itu pun seolah memberikan nuansa Bali.

Kompas.com kemudian meminta izin ke sekuriti pribadi rumah milik Andhi Pramono. Sekuriti yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, dirinya tidak begitu kenal dekat dengan Andhi Pramono. 

Ia mengaku bahwa dirinya hanya bekerja saja menjaga dan mengurus rumah tersebut.

"Setahu saya rumah ini bukan rumah dia (Andhi Pramono) tapi ini milik mertuanya. Sekarang mereka tinggal di Batam. Lagi gak ada di sini. Jadi cuman sekuriti aja di sini," singkat sekuriti berbadan tegap dan gempal itu.

Sementara itu, Kepala Sekuriti Perumahan Legenda Wisata, Klaster Washington Barat, Marjen mengatakan, di kawasan itu penghuninya jarang ada dan kerap berpindah-pindah menempati rumah lain alias mengontrak.

"Kalau nanya rumah blok D1907 itu biasanya ada yang jaga, ya sekuriti pribadinya. Setahu saya rumah orangtuanya. Kalau sering dihuninya saya enggak tau, yang saya tau dia (Andhi Pramono) ini dinas di Sulawesi. Nah, kemarin-kemarin sih ada dia, kan Lebaran," ujarnya ketika ditanya aktivitas rumah mewah tersebut.

"Pokoknya semenjak ada masalah dulu itu, lampunya mati, gelap terus. Ada mobilnya kecil di situ. Cuman kan kita gak tau ada orang apa enggak di situ," imbuhnya.

Marjen menjelaskan, perumahan Legenda Wisata ini diisi rumah-rumah elite dengan luas bervariasi. Rumah paling mewah berada di Klaster Washington atau di jalan utama bagian Blok D.

Ia menyebut, posisi rumah mahal dan murah versi orang-orang kaya ini dilihat dari ukuran serta keberadaan bangunan.

Oleh karena itu, interaksi penghuni di perumahan ini pun akhirnya terbatas, tidak seperti di kampung-kampung.

"Kalau ini Klaster Washington ini tipenya lebih gede dan model rumahnya juga beda, lebih mewah. Jumlah total rumah di sini pun sedikit sekitar 30an aja. Kan rumah di sini gede-gede. Nggak kayak di kampung, kalau di sini kan enggak, orang mah pindah-pindah aja," jelasnya.

Berita sebelumnya, rumah mewah bak istana milik Kepala Bea Cukai Makassar, Andhi Pramono digeledah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (12/5/2023) siang.

Dari rumah tersebut, KPK membawa koper. 

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/13/214026778/penampakan-rumah-mewah-milik-kepala-bea-cukai-andhi-pramono-di-bogor-kubah

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com