Salin Artikel

Cerita Pedagang Pasar Sehat Cileunyi, Sulit Dapat Pembeli Baru karena Sampah Menggunung

Genap dua bulan sudah sampah yang berada ujung Pasar Sehat Cileunyi itu dibiarkan menggunung tanpa ada solusi.

Hidayat, pedagang di Pasar Sehat Cileunyi, hanya bisa berjalan menuju kios sembako dan pembuat kulit lumpia yang berada hanya beberala langkah dari gunungan sampah tersebut.

Aneh rasanya, kata Hidayat, jika kondisi sudah seperti itu, ia dan pedagang lain tidak menutup hidung lantaran bau busuk yang menyengat.

Meski sudah biasa denga kondisi seperri itu, tapi tetap saja rasa jijik masih mendominasi mana kala harus membuka kios di pagi hari.

"Sebetulnya kita para pedagang sudah biasa dengan kondisi seperti ini, saya aja di sini terhitung dari 2019 nerusin Bapak saya," kata Hidayat ditemui di Pasar Sehat Cileunyi, Senin (15/5/2023).

Terdapat tiga kios aktif yang berada tepat di pinggir gunungan sampah.

Tiga kios yang masih buka tersebut, yakni kios miliknya yang menjual bahan sembako dan olahan kulit lumpia, kemudian kios penggilingan daging, serta pedagang olahan kelapa.

Hidayat menambahkan, meski kondisi di depan kiosnya terdapat gunungan sampah, tapi ia tidak kehilangan pelanggannya.

Ia mengatakan, pelanggan yang kerap datang ke tiga kios tersebut merasakan hal yang sama, yakni sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.

"Paling yang susah itu cari pembeli biasa yang baru datang, apalagi ibu-ibu biasanya suka enggak mau karena jijik atau jorok, akhirnya nyari ke lokasi yang lain, kalau pelanggan mah tetep ada," ujar dia.

Tak hanya itu, tulisan bernada peringatan seperti "Hati-hati Saat Melangkah" serta "Awas Kepala Kejedot" ditulisnya menggunakan sepidol di atas kardus yang dipasangnya di tembok-tembok kios.

"Jadi sebetulnya pedagang, pembeli juga sudah bosan harus bagaiamana, karena terus aja kaya gini," terangnya.

Menurutnya, para petugas pengelola pasar sudah kerap menyetorkan iuran ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung. 

Saat ditanyai, soal pengangkutan sampah oleh para pedagang termasuk dia kepada para petugas.

Hidayat hanya mendapatkan jawaban bahwa sampah bukan lagi kewenangan pihak pengelola sampah.

Ia mengaku ditarik retribusi kebersihan sebesar Rp 5.000, sedangkan kios yang berada di seberangnya ditarik retribusi dengan harga Rp 10.000.

Meski begitu, saat ini sudah tiga bulan, beberapa kios yang terdampak sudah tidak ditarik retribusi oleh pengelola pasar.

"Jangankan ke kita petugas juga enggak mau ketemu kita, saya paling nanya ke tukang sapu, atau ngobrol sama yang narikin sampah, kalau mau tahu perkembangannya," terang dia.

Informasi terakhir, kata Hidayat, soal pengelolaan sampah di Pasar Sehat Cileunyi, bakal dipindahtangankan.

"Terus kemarin katanya mau dipindahin tanggung jawabnya, tapi saya enggak tahu ke siapa dan teknisnya seperti apa," tutur dia.

Hidayat membenarkan jika yang membuang sampah di Pasar Sehat Cieleunyi bukan hanya pedagang, tapi ada juga warga sekitar atau pembeli.

"Sampah warga sekitar juga, kebanyakan pada buang di sini, karena mereka tahu kalau pagi enggak boleh ke sininya pagi atau malem," beber dia.

Ia berharap, pengelolaan sampah yang bertahun-tahun di Pasar Sehat Cileunyi itu bisa terselesaikan dengan baik.

"Mudah-mudahan, segera terselesaikan, atau paling tidak ada alternatif dan solusi terkait sampah di sini," tutur dia.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/15/153349078/cerita-pedagang-pasar-sehat-cileunyi-sulit-dapat-pembeli-baru-karena-sampah

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com