Salin Artikel

DLH Sebut Kondisi TPA Sarimukti Buat Sampah Menumpuk di Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Asep Kusumah angkat bicara soal sampah di Kabupaten Bandung yang beberapa bulan terakhir belum diangkut.

Asep mengatakan, persoalan paling mendasar terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, termasuk di beberapa pasar, karena keterlambatan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.

Menurutnya, keterlambatan yang terjadi bukan hanya terjadi pasca-Lebaran. Namun sudah terjadi sejak beberapa bulan sebelumnya.

"TPA ini sedikit terkendala tidak hanya pasca-Lebaran, tetapi sejak masuk musim penghujan," ujar Asep, saat dihubungi Selasa (16/5/2023).

Selain itu, volume sampah yang dihasilkan masing-masing daerah juga cukup tinggi. Faktor musim penghujan, menjadi salah satu penyebab. 

Asep menjelaskan, ketika musim penghujan, kondisi TPA Satimukti cukup rawan dilalui armada pengangkut sampah.

Selain licin, infrastruktur yang lain sangat tidak mendukung, termasuk perubahan jam operasional TPA Sarimukti. 

Dulu, TPA Sarimukti bisa buka hingga malam. Namun kini jam operasional dibatasi hanya sampai pukul 17.00 WIB.

Kondisi ini membuat armada yang datang mesti antre dan tidak memungkinkan untuk kembali ketika muatan yang dibawanya belum diturunkan.

Secara otomatis, kata Asep, armada harus menginap di lokasi dan menurunkam muatan.

"Memang di lokasi zona buang itu akses sedikit terganggu dengan licin, infrastruktur yang membuat terhambat, jam opersional juga, dulu kan bisa sampai malem. Saat musim penghujan ada pengaturan jam opersional sampai sore saja," ungkap dia.

Ketika ada keterlambatan, proses pengangkutan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) termasuk di pasar tradisional, ikut terlambat. 

Biasanya, dalam sehari, armada pengangkut sampah Kabupaten Bandung bisa melakukan operasi bersih (opsih) dua sampai tiga kali dalam sehari.

"Ketika ada keterlambatan di TPA, armada yang tadinya bisa perhari dua kali mengantarkan, bahkan kalau truk opsih itu perhari bisa tiga kali, otomatis kinerjanya berkurang," ujar dia.

Menurutnya, sampah di Kabupaten Bandung saat ini terlihat menggunung di beberapa TPS. Itu merupakan akumulasi dari keterlambatan yang terjadi di TPA Sarimukti.

"Dengan keterlambatan waktu seperti itu, otomatis hari berikutnya dia terlambat lagi ke sumber sampah. Nah ini kan menjadi akumulasi, karena hampir seluruh armada kita termasuk Bandung Raya memiliki keterlambatan dari sisi durasi waktu," kata dia.

Meski begitu, Asep mengaku telah melakukam Opsih di beberapa TPS secara bergiliran.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/16/164646878/dlh-sebut-kondisi-tpa-sarimukti-buat-sampah-menumpuk-di-bandung

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com