Salin Artikel

Curhat Petugas Kebersihan Pasar Sehat Cileunyi, Gaji Rp 30.000 Sehari, Kerap Diomeli Pedagang karena Sampah Menggunung

Sudah berbulan-bulan lamanya, Yayat harus menerima amarah, cacian, dan keluhan para pedagang. Bahkan, nada sumbang itu mesti ia dengar sejak mulai bekerja hingga menutup hari.

Sebagai petugas, Yayat hanya bisa menerimanya dengan lapang dada. Katanya, wajar saja keluhan dan cacian itu keluar dari mulut pedagang.

Pasalnya, para pedagang sudah geram dan tak tahu lagi harus bagaimana meluapkan kekesalan gara-gara sampah yang tak kunjung diurusi oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

Sampah-sampah itu menumpuk dan mengular.

"Dapat komplain dari pedagang sering, mau enggak mau pedagang pasti nyalahin ke saya, padahal saya cuma pegawai," katanya saat ditemui di Pasar Sehat Cileunyi, Kamis (18/5/2023).

Yayat tetap mengendepankan profesionalismenya sebagai petugas kebersihan di Pasar Sehat Cileunyi. Yayat hanya bisa menjawab bahwa ia hanya pekerja kecil saat mendapatkan omelan.

"Kumaha deui atuh, da abi mah saukur padamel, pami bade ngeluh ulah ka abi (Gimana lagi, saya hanya pekerja, kalau mau mengeluh jangan ke saya)," katanya.

"Sabar ya harus sabar, saya juga harus jaga nama baik tempat saya kerja. Masa mau dilawan dan sampai berkelahi, malu juga," jelasnya.

Tak diangkut 

Yayat mengatakan, pedagang bukan hanya marah karena sampah yang menggunung saja.

Akan tetapi, sampah yang tak diangkut lebih dari dua bulan itu mulai tumpah dan masuk ke lapak (tempat) milik pedagang, terutama di los penjual daging.

"Pedagang komplain karena sampah membeludak dan belatung sampai ke lapak. Saya tanggung jawab kalau di bagian wilayah saya kotor maka saya yang dimarahin, makanya pasti saya jalankan tugas semaksimal mungkin," ungkapnya.

Meski tumpukan sampah di Pasar Sehat Cileunyi bukan pertama kali terjadi, Yayat menyebut jika kondisi saat ini lebih parah dari sebelumnya.

Biasanya, sambung Yayat, pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kerap melakukan Operasi Bersih (Opsih) setiap menjelang puasa.

Saat melakukan Opsih, pihak DLH, kata Yayat dipastikan menurunkan 20 unit truk pengangkut sampah.

"Biasanya sebelum puasa diangkut, tahun kemarin diangkut, biasanya lebaran itu bersih. Hanya tahun ini saja yang belum," ujarnya.

Tak sedikit para pedagang yang bertanya padanya mengenai kondisi tersebut. Namun Yayat mengaku dirinya hanyalah petugas yang menjalankan perintah dari atasan.

Beberapa pekan yang lalu, ia sempat dipanggil oleh pimpinannya dan membahas soal keluhan pedagang.

Hasil rapat menyebutkan, jika biaya menyelesaikan persoalan sampah yang menggunung tersebut mencapai Rp 50 juta.

"Saya dipanggil kemarin sama pimpinan, sekali ngangkut itu Rp 50 juta, tapi saya cuma bisa mengikuti arahan aja," katanya.

"Sebetulnya, saya capek disalahin terus, padahal saya hanya pekerja, tugas saya hanya membersihkan sampah yang ada di lapak atau kios kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)," lanjut dia.

Normalnya, sambung Yayat, Opsih atau pengangkutan sampah di Pasar Sehat Cileunyi dilakukan satu minggu sekali.

Tapi, sejak puasa tahun lalu, Opsih dan pengangkutan tidak pernah terealisasi.

"Satu minggu sekali juga kadang-kadang, armada truk itu kadang datang kadang enggak," terangnya.

Pilihan untuk melakukan Opsih atau pengangkutan selama satu minggu sekali, sambung dia, sangat masuk akal.

Pasalnya, sampah di Pasar Sehat Cileunyi, tidak hanya bersumber dari pedagang saja. Akan tetapi, baik pembeli atau warga juga ikut membuang sampah di lokasi itu.

Bahkan, tak sedikit warga yang membuang sampah di Pasar Sehat Cileunyi hingga satu mobil bak terbuka.

Jika ditegur, kata Yayat, warga lebih sering balik memarahi pedagang dan petugas. Tak sedikit pula yang berujung perkelahian. 

"Perbandingannya yang buang dua truk dan yang narik cuma satu truk, sedangkan sampah yang datang itu juga dari pembeli juga," tuturnya.

Persoalan lain yang menghambat proses pengangkutan sampah atau Opsih di Pasar Sehat Cileunyi, yakni truk yang kesulitan masuk.

Yayat menambahkan, truk pengangkut sampah harus menunggu pedagang selesai berjualan.

"Armada terhambat karena digunakan oleh pedagang, jadi kadang truk sampahnya balik lagi karena jalan digunakan pedagang," tambahnya.

Yayat mengatakan, dulunya lokasi TPS Pasar Sehat Cileunyi berada di dekat perbatasan pemukiman warga dengan Pasar.

Titik tersebut, cukup jauh dari kios dan lapak pedagang Pasar Sehat Cileunyi. Bahkan, dulunya lokasi sampah yang menggunung dan mengular bisa dijadikan tempat parkir.

"Lokasi sampah ini biasanya dibuat parkir motor, nah di belakang baru TPS. Jadi awalnya sampah ini di belakang, dulu mah dipisah yang organik dan yang nonorganik. Sekarang beda, itu para pedagang di los ini sudah pindah ke depan karena jengah dengan keadaan sampah," tuturnya.

Menjadi petugas pembersih sampah di Pasar Sehat Cileunyi sebenarnya bukan keinginan Yayat.

Sejak dulu, tak terbesit sedikit pun menjadi petugas pembersih sampah. 

Namun Yayat mengatakan dirinya hanya mengenyam bangku pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD). Dia pun berdamai dengan impiannya dan berlapang dada menjadi seeorang petugas kebersihan.

"Mau gimana lagi, ini sudah takdir, berupaya sudah tapi jalannya gini yang penting halal," katanya.

Sejak 2001, tepatnya 12 tahun lalu, ia memulai menjadi tukang pembersih sampah di Pasar Sehat Cileunyi. 

Baginya, pasar tersebut merupakan sumber mencari penghidupan untuk keluarga.

"Dulu saya digaji cuma Rp 20.000 per harinya, sekarang naik Rp 10.000, jadi Rp 30.000. syukuri saja" kata Yayat.

Di Pasar Sehat Cileunyi, terdapat 10 orang petugas pembersih yang memiliki lokasi tugas yang berbeda.

"Saya kebagian di los daging, sekarang sepi, dulu mah saya bersihin di pel tiap pagi, sekarang mah ya gini penuh sampah," ucapnya.

Hingga kini, Yayat dan 9 orang lainnya masih terus menerima komplain dari para pedagang, lantaran sampah yang menggunung di Pasar Sehat Cileunyi tak kunjung ditangani.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/18/151812678/curhat-petugas-kebersihan-pasar-sehat-cileunyi-gaji-rp-30000-sehari-kerap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke