Salin Artikel

Imbas Pembangunan Jembatan Cikereteg, Toko dan Rumah Warga Retak-retak

Pantauan Kompas.com, retakan-retakan terlihat banyak di bagian lantai, dinding, dan plafon rumah warga. Kini, sebagian warga terpaksa harus mengungsikan keluarganya.

Seperti diketahui, longsoran tanah susulan memutus Jembatan Cikereteg yang merupakan akses utama Bogor-Sukabumi, pada awal 2023.

Baru tiga bulan terkena bencana longsor, kini warga harus menghadapi penderitaan baru. Rumah dan toko mereka rusak parah akibat getaran keras pemasangan bore pile dan alat berat lainnya.

Hal itu yang membuat dinding rumahnya retak-retak dan mengganggu istirahat keluarganya.

Tidak jarang, anak-anaknya yang masih kecil ketakutan karena dirasa seperti gempa.

"Penurunan alat berat yang langsung dijatuhkan membuat getaran seperti gempa ke bangunan yang di bawah, plus bor yang gede itu membuat kaca-kaca di sini sampai bergetar, retak," kata dia kepada Kompas.com, Senin (22/5/2023).

Efek dari pekerjaan proyek itu juga mengganggu dua anaknya yang sedang belajar. Kini, mereka tak bisa lagi belajar di malam hari dan terpaksa mencari tempat yang tenang ke rumah saudara atau tetangga.

"Anak saya ada dua masih kecil-kecil, SD. Sekarang enggak bisa belajar ngerjain PR. Terus saya yang pekerjaannya hanya penjual gorengan juga rugi karena sudah enggak bisa jualan lagi. Sudah 3 bulan enggak ada penghasilan," keluh penjual leupeut di dekat Jembatan Cikereteg itu.

Ia dan anaknya yang masih berusia 9 bulan pun terganggu suara bising saat hendak istirahat.

"Getarannya kayak gempa gtu kalau lagi bor. Biasanya dari pagi sampai dini hari. Saya tinggal di situ terganggu dan anak gak bisa tidur," ujar Zulkarnaen.

Pedagang kelontong ini menyebutkan, di deretannya atau kini disebut area C ada 10 bangunan yang dihuni 10 kepala keluarga mengalami retak-retak akibat terdampak proyek jembatan.

Warga-warga di Kampung Cikereteg, Desa Ciderum, Kecamatan Caringin ini pun was was takut bangunan bisa saja tiba-tiba roboh. 

Menurut dia, warga pun sudah melakukan protes dan sempat mendatangi pekerja proyek tersebut.

Namun, para pekerja proyek PT Brantas Abipraya tidak menggubris warga sekitar yang terdampak.

"Sosialisasinya juga enggak ada. Jadi kami merasa dirugikan intinya dengan adanya proyek ini. Tuntutan kita ya kompensasi, tolong diperhatikan. Karena semenjak kita usaha banyak dirugikan, termasuk perbaikan bangunan yang retak-retak," terangnya.

Pedagang ban, Khairuddin (48) juga mengaku kehilangan banyak pelanggannya.

Awalnya, ia masih bisa membuka tokonya usai longsor melanda ruas jalan di jembatan tersebut. 

Namun, belakangan ini, toko miliknya itu semakin terdampak proyek pembangunan jembatan permanen Cikereteg.

Para pekerja proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat (PUPR) menyimpan material bangunan di sepanjang pertokoan tanpa izin.

Kini, ia terpaksa harus menutup tokonya karena banyak mengalami kerugian. Selain karena longsor, kejadian ini menjadi musibah baru bagi perekonomian warga sekitar.


Tidak hanya itu, rumah-rumah warga pun rusak parah. Dirinya bahkan juga tidak mendapat sosialisasi dan kompensasi dari kejadian tersebut.

"Jadi toko terhalang beton proyek pembatas jalan itu. Akses jalan enggak ada sama sekali. Pelanggan yang kebanyakan pengendara juga tak lagi melihat ke sini. Jadi sekarang pendapatan nol. Percuma buka juga karena enggak ada hasilnya," kesalnya.

"Paralon tuh pada lepas dari sambungannya, jadi airnya tumpah ke tanah dan kemungkinan itu terjadinya longsor. Didiemin saja ama mereka (orang PUPR) waktu itu. Mereka malah menyebut ini musibah, jadi harus maklum. Loh, tapi kan tidak harus kita juga turut jadi korban lagi," imbuh dia.

Sementara itu, Naf'an (21). Pedagang mebel di blok B Kampung Cikereteg juga merasakan kerugian penghasilan. Ia mangaku bahwa pegawai terpaksa diberhentikan. 

Semenjak longsor saja sudah tutup total, mebel, perbaikan mesin, dan terpal. 

Alasan ditutup, kata dia, akses pelanggan tidak ada. Mereka akhirnya tidak bisa masuk beli karena akses tertutup. Pun mengirim dan menerima barang dari luar juga tidak bisa.

"Jadi awalnya masih bisa tuh karena yang tertutup di sebelah jalan. Nah semenjak longsor susulan itu sama sekali enggak bisa. Pas mulai proyek itulah kita kena lagi, ada pelebaran jalan. Kemarin dimintai surat IMB dari Menteri PUPR. Terus saya datang ke desa nanya buat apa. Katanya kemungkinan kena pelebaran jalan. Jadi dimintai IMB nya," jelas Naf'an.

Ia dan warga lainnya kecewa terhadap pemerintah karena belum adanya sosialisasi mengenai proyek perbaikan jembatan Cikereteg itu. Namun, tiba-tiba sudah mendapatkan surat teguran satu dan dua.

Ia menyampaikan bahwa warga sangat mendukung penuh proyek perbaikan jembatan tersebut, tapi hak-hak warga jangan sampai diabaikan.

Apabila tidak ada respons, maka sebagai warga yang terdampak akan membuat surat ke Presiden Joko Widodo.

"Kami meminta adanya kejelasan terhadap bangunan yang berada berdekatan langsung dengan Jembatan Cikereteg. Apakah ada ganti rugi, sewa atau kompensasi," jelasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/22/185451278/imbas-pembangunan-jembatan-cikereteg-toko-dan-rumah-warga-retak-retak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke