Salin Artikel

Kisah Kegigihan Suami Istri Pembuat Batu Bata di Kuningan untuk Naik Haji

Keduanya berhasil melunasi biaya haji yang naik, dan resmi dijadwalkan berangkat menginjakan tanah suci tahun ini.

Keduanya sangat bahagia, karena dapat menunaikan rukun islam yang kelima setelah tertunda sejak 2021, karena pandemi Covid-19.

Keras jerih payahnya membuat batu bata, seperti keras cita-citanya menunaikan ibadah haji. Itulah yang tergambarkan oleh sosok Sulaeman, warga Desa Karangmangu, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.

Pria berusia 74 tahun ini akhirnya dapat berangkat haji tahun ini setelah penantian dan perjuangan panjang.

Pasalnya, bukan semudah membalikan telapak tangan, Sulaeman mengumpulkan sisa-sisa uang dari usahanya membuat batu bata sejak masih muda, puluhan tahun silam.

Menggunakan lahan seadanya di samping rumah, Sulaeman mengolah tanah untuk dijadikan batu bata.

Dia mengolahnya dengan mencampurkan air dengan tanah, membuat adonan, lalu mencetaknya menjadi batu bata.

Tidak berhenti di situ, Sulaeman menyusun potongan batu bata, hingga setengah kering, untuk selanjutnya dilakukan pembakaran sebagai tahap akhir.

Setelah selesai, Sulaeman pula, yang harus menjualkan satu persatu potongan batu bata itu kepada pembeli, yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Kuningan, dan sekitarnya.

Semua itu dia lakukan seorang diri saat masih bujangan, hingga mampu menikahkan seorang perempuan bernama Asmah (64).

Pernikahan ini pun dibiayai dengan menggunakan uang hasil penjualan batu bata.

“Saya juga susah payah, dek. Saya juga ikut buat batu bata. Jadi manis pahit bersama, dek. Berjuang sama-sama dengan bapak sejak menikah dari tahun 1968,” kata Asmah sambil mengingat kisahnya.


Mulai saat itu, pasangan suami istri ini kompak menjadi pembuat batu bata, hingga perlahan menambah satu persatu orang yang mau bekerja bersamanya. Usahanya kian bertambah dan berkembang.

Hingga pada 2012, keduanya diingatkan oleh saudara untuk berangkat haji.

Di saat itu, keduanya memutuskan untuk mendaftarkan haji dari sisa-sisa tabungan usaha batu bata.

Ternyata jalan yang keduanya cita-cita kan untuk dapat menunaikan ibadah haji, tidaklah mulus.

Penjualan batu bata keduanya sempat lesu, utamanya di saat musim hujan. Keduanya menyadari, usaha batu bata sangat bergantung pada alam untuk proses pengeringan.

Keduanya yang khawatir tidak dapat melunasi haji, akhirnya rela menjual satu mobil operasional untuk melunasi biaya haji, hingga akhirnya lunas.

Tak berselang lama, di saat kemarau panjang, keduanya tiba-tiba kembali mendapatkan pesanan cukup banyak hingga mendapatkan kembali keuntungan untuk membeli kembali mobil operasional.

Keduanya sempat sedih, lantaran rencana berangkat pada 2020 tertunda karena pandemi Covid-19.

Begitu pula pada 2021, saat haji masih dilakukan dengan berbagai pembatasan.

Saat mulai terbuka, Sulaeman tidak diperbolehkan berangkat kaena usianya 73 tahun, melebihi batas usia yang ditetapkan pemerintah 65 tahun.

Pada tahun ini, keduanya dipanggil sebagai calon haji inti, dan dapat menunaikan rukun islam yang kelima.

Sulaeman dan Asmah, membuktikan kegigihannya membuahkan manis, yakni berangkat ke tanah suci menunaikan ibadah haji.

Keberangkatan keduanya pun juga dikagumi sanak saudara dan juga tetangga atas kegigihannya.

Keduanya dijadwalkan berangkat ke tanah suci pada besok, Selasa (30/5/2023), melalui embarkasi bandara Kertajati Kabupaten Majalengka.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/29/143328178/kisah-kegigihan-suami-istri-pembuat-batu-bata-di-kuningan-untuk-naik-haji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke