Salin Artikel

Otopsi Siswa SD Korban Pengeroyokan di Sukabumi Berlangsung 4 Jam, Hasilnya Keluar Setelah 2 Pekan

Upaya untuk mencari tahu penyebab pasti kematian MHD melibatkan dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamsudin Kota Sukabumi. 

Otopsi yang berlangsung sekitar empat jam langsung dilakukan di taman pemakaman umum Kecamatan Sukaraja, Sukabumi, Rabu (31/5/2023).

Pelaksanaan otopsi ini juga disaksikan kuasa hukum keluarga korban dan Badan Advokasi Indonesia (BAI) Kabupaten Sukabumi.

Dokter Forensik RSUD R Syamsudin SH, dr Nurul Aida Fathia mengungkapkan, ada temuan luka di tubuh MHD. 

Namun, penyebab luka itu masih harus dipastikan lewat serangkaian uji di laboratorium.

"Apakah benar itu memar atau bukan, karena untuk luka-luka yang terbuka tidak ada. Jadi kita pastikan dulu warna yang berbeda itu bukan karena pembusukan apakah itu memar atau bukan," ungkap Aida kepada awak media selesai otopsi di Sukabumi, Rabu siang.

Aida menjelaskan pelaksanaan otopsi ini memeriksa seluruh anggota tubuh, mulai dari kepala hingga ujung kaki dengan difokuskan ke bagian kepala, leher, dada, dan perut.

Untuk alat gerak dari atas dan bawah diperiksa dari permukaan. Bila ada yang mencurigakan diperiksa lebih lanjut.

"Sampel yang kami ambil mulai kulit yang kita curigai pembukaan kemudian organ-organ dalam, totalnya ada sepuluh jaringan," jelas dia.

Aida menuturkan sampel-sampel ini akan diperiksa di laboratorium. Biasanya pengerjaan di laboratorium untuk histapatologi sekitar dua pekan.


Kuasa hukum keluarga korban, Rolan Benyamin Pardamean Hutabarat, menuturkan ekshumasi dilaksanakan setelah keluarga korban meminta pendampingannya.

"Dengan otopsi kami ingin mengungkap penyebab kematian yang sebenarnya. Karena kematian ini kami anggap tidak wajar," tutur Rolan kepada awak media di lokasi eskhumasi.

Menurut Rolan, dari keterangan keluarga korban, almarhum sebelum meninggal sempat menyebutkan secara lisan terjadinya indikasi pemukulan atau pengeroyokan sampai akhirnya sempat dirawat dan meninggal dunia di rumah sakit.

"Hasil visumnya kami belum menerima, tapi nanti kami akan koordinasi dengan penyidik. Kami juga saat ini akan menunggu hasil eskhumasi saja," tutur dia.

Kepala Kepolisian Sektor Sukaraja Kompol Dedi Suryadi mengatakan otopsi jenazah anak dilaksanakan dalam rangkaian proses penyidikan perkara.

Sebelumnya pihak keluarga sempat menolak otopsi dan membuat laporan polisi.

"Hari ini otopsi sudah dilaksanakan oleh dokter forensik," jelas Dedi kepada awak media selesai otopsi.

"Selanjutnya kami juga menunggu hasil optosi dari dokter forensik untuk melengkapi penyidikan," sambung dia.

Sebagai informasi, seorang siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 2 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan meninggal dunia, Sabtu (20/5/2023).

Sebelum mengembuskan napasnya dalam perawatan medis di rumah sakit, anak berusia 9 tahun itu diduga mengalami penganiayaan oleh teman di sekolahnya beberapa hari lalu.

"Awalnya kami keluarga tidak mengetahui bila cucu saya menjadi korban penganiayaan," ungkap kakek korban, MY (52) kepada awak media setelah pemakaman di Sukabumi, Sabtu siang.

Menurut dia, keluarga membawa korban ke rumah sakit karena mengeluh sakit.

Saat itu mengeluhkan dadanya sakit dan napasnya sesak juga rahang dan tulang punggungnya dirasakan sakit.

"Saat ditanya dokter juga awalnya tidak mengaku. Namun akhirnya setelah ditanya sampai empat kali oleh dokter baru mengakui dipukuli temannya," ujar MY.

https://bandung.kompas.com/read/2023/05/31/174648378/otopsi-siswa-sd-korban-pengeroyokan-di-sukabumi-berlangsung-4-jam-hasilnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke