Salin Artikel

Update Kasus Guru Ngaji Abal-abal Cabuli 17 Murid di Garut, Bupati Minta Warga Rahasiakan Identitas Korban

KOMPAS.com - Bupati Garut, Rudy Gunawan, meminta kepada masyarakat untuk merahasiakan identitas para korban pencabulan guru ngaji di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Permintaan itu dilontarkannya agar para korban yang berusia 8 tahun hingga 12 tahun tidak dibully atau dirundung di lingkungannya.

"Jangan sampai (korban) kena olok-olok atau bullying di sekolahnya atau di lingkungannya ya," kata Rudy, dikutip dari TribunJabar.id, Jumat (2/6/2023).

Sebaliknya, Rudy mempersilakan kepada semua pihak terutama kepolisian untuk memublikasikan sosok pelaku.

Beri pelayanan bagi korban

Rudy mengatakan, pihaknya kini berupaya untuk memberi pelayanan yang dibutuhkan para korban, termasuk layanan penyembuhan trauma yang dialami anak-anak tersebut.

"Berkaca pada kasus Herry Wirawan, itu korban-korbannya sampai sekarang terjaga, bahkan ada yang sudah menikah, ada yang sudah bekerja dan lain-lain," ujar Rudy.

Sebelumnya, Aep Saepudin (50), guru ngaji di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, ditangkap polisi karena telah mencabuli 17 anak laki-laki yang merupakan muridnya.

Tindakannya diketahui setelah salah satu korban mengadu kepada orangtuanya. Dari pengakuan korban itulah kemudian diketahui adanya belasan korban lainnya.

Kasatreskrim Polres Garut, AKP Deni Nurcahyadi menyampaikan, Aep Saepudin telah ditangkap setelah orangtua korban melaporkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.

Deni menjelaskan, polisi kini masih melakukan pemeriksaan intensif kepada tersangka sembari menunggu hasil visum para korban.

"Kami belum bisa bilang begitu (adanya tindak sodomi), karena masih melakukan rangkaian penyidikan, yaitu masih menunggu hasil visum," ucap Deni.

Modus pelaku

Setelah melakukan kegiatan belajar-mengajar di rumahnya, Aep membujuk dan memaksa para korban untuk memenuhi hasratnya.

Usai melakukan perbuatannya, Aep kemudian mengancam para korban agar tak menceritakan peristiwa itu kepada orang lain.

"Kemudian setelah membujuk rayu, dia mengancam kepada anak-anak tersebut, yaitu mengancam dengan kalimat 'ulah bebeja ka sasaha bisi diarah' (jangan bilang kepada siapa-siapa nanti diincar)," ungkap Deni.

Ustaz gadungan

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut, KH. Sirojul Munir, mengutuk aksi pencabulan yang dilakukan Aep kepada para korbannya.

Munir pun lantas berkomunikasi langsung dengan Aep di Polres Garut. Dari hasil percakapan tersebut, Munir menyatakan bahwa Aep adalah ustaz abal-abal karena tidak memiliki landasan keilmuan yang jelas.

"Tidak punya guru agama yang benar, mungkin dia mengenal agama ini dari Google (atau) dari siapa saya tidak tahu ya. Yang jelas (dia) tidak ada sanad keilmuan," tutur Munir.

Munir mengungkapkan, Aep pun tidak mengenalnya yang merupakan Ketua MUI Kabupaten Garut.

Bahkan, Munir menambahkan, pelaku juga berbohong soal pesantren yang disebutnya sebagai tempatnya menimba ilmu.

"Kesimpulan saya, dia ini bukan ustaz, tapi ustaz abal-abal yang mengaku ustaz, jadi oknum masyarakat yang mengaku ustaz," jelasnya.

"Jadi ini yang perlu dijelaskan menurut saya, pernyataan saya ini bisa dipertanggungjawabkan dengan dasar-dasar keilmuan," tegasnya.

Munir pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak sembarangan dalam memilih sosok guru ngaji untuk anak-anaknya.

"Jangan salah menitipkan anak untuk diberi pelajaran kepada ustaz yang abal-abal, nantinya bahaya seperti yang terjadi saat ini, jadi harus selektif," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/02/130735778/update-kasus-guru-ngaji-abal-abal-cabuli-17-murid-di-garut-bupati-minta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke