Salin Artikel

Kala Arsitek ITB Tata Ulang Kampung yang Hancur Diguncang Gempa Cianjur

CIANJUR, KOMPAS.com – Masyarakat penyintas bencana alam di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sudah kembali menata kehidupan mereka yang porak poranda pasca diguncang gempabumi.

Gempa M 5,6 yang terjadi pada 21 November 2022 telah meluluhlantakkan rumah-rumah penduduk, jalan, jembatan, rumah ibadah, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.

Tak hanya merusak infrastruktur, dampak gempa juga telah mengubah tata ruang wilayah permukiman sehingga perlu upaya penataan ulang kembali.

Rumah Amal Salman berinisiasi menata ulang permukiman warga yang terdampak melalui program konsolidasi tanah yang berlokasi di Kampung Cikadu 2, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Cianjur.

Kampung ini dipilih karena menjadi salah satu wilayah paling terdampak, hampir 90 persen infrastruktur rusak dan rumah-rumah warga luluh lantak.

Dikemukakan Ketua Umum Rumah Amal Salman, Mipi Ananta Kusuma, penataan kampung ini melingkupi pelebaran jalan dan gang, pembangunan drainase, penyediaan air bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, dan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau taman.

“Kalau semua itu ada, warga bertransformasi, punya aset, dan berkehidupan lebih baik, lebih maju dan bermartabat,” kata Mipi kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).

Mipi menuturkan, pembangunan yang melibatkan para arsitek Institut Teknologi Bandung (ITB) ini akan segera dikerjakan, diawali pelebaran jalan guna membuka akses kendaraan roda empat atau mobil.

Sementara jalan setapak dan ruas-ruas gang yang tadinya sempit dan berkelok akan dibuat lurus agar bisa dilalui sepeda motor.

“Dengan demikian, letak antar kapling tertata, tidak ada jalan atau gang yang buntu, semua mendapatkan akses. Lingkungan menjadi lebih presisi, dan ada ruang yang cukup,” Mipi menjelaskan.

Selain infrastruktur jalan dan gang, juga akan dibangun drainase, tangki septik komunal, fasilitas MCK, serta ruang terbuka hijau yang bisa dipakai warga untuk berolahraga, tempat beristirahat, berkumpul dan bermusyawarah.

“Semua ini sudah tertuang dalam site plan. Target kita dalam tujuh bulan ke depan program ini selesai, dan masyarakat bisa menikmati hasilnya,” ujar dia.

Dukungan Warga Iuran Tanah

Mipi mengemukakan, program ini bisa berjalan dengan adanya peran serta masyarakat yang secara sukarela menyumbangkan sebidang tanah mereka.

Kendati menurutnya, perlu kerja keras dan upaya berkelanjutan dalam menyosialisasikan program ini sehingga pada akhirnya warga mengerti dan turut berkontribusi.

"Karena sejatinya ini untuk kepentingan warga sendiri. Kampung menjadi lebih tertata, akses lebih leluasa, dan tentunya harga tanah menjadi naik,” ujar Mipi.

Hasanudin (38), seorang warga setempat menyambut baik rencana tata ulang kampungnya.

Ayah tiga anak ini pun menyumbangkan sebagian tanahnya untuk dipakai pelebaran jalan.

"Ini juga kan demi kepentingan bersama, semoga ke depannya kampung ini lebih maju, lebih terbuka aksesnya," tutur Hasan.

Hasan harus kehilangan rumahnya yang porak poranda diguncang gempa, dan terpaksa tinggal di tenda darurat bersama anak dan istri.

"Sudah enam bulan lebih tinggal di terpal. Ini baru mau mulai bangun rumah lagi berbarengan dengan program ini," ujar Hasan.

Bangun Masjid Ramah Gempa

Sebagai ikon dan pintu masuk ke kampung tersebut, Rumah Amal Salman bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB tengah membangun masjid dengan konstruksi ramah gempa.

Masjid yang dinamai Serambi Salman ini didesain unik dengan memakai material lokal berupa bambu yang dianggap cocok diaplikasikan di lokasi bencana karena relatif ringan dan kuat.

Material ini dipilih guna mengatasi trauma terhadap bangunan bertembok pasca bencana dengan harapan masyarakat merasa aman dalam menjalankan ibadah.

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/02/181421378/kala-arsitek-itb-tata-ulang-kampung-yang-hancur-diguncang-gempa-cianjur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke