Salin Artikel

Turunkan Angka Stunting, Pj Wali Kota Tasikmalaya Rutin Sowan ke Warga Pelosok Lewat Aksi "Bageur"

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, berhasil menurunkan angka stunting lewat program Tasik Bageur yang dilaksanakan mulai awal Januari 2023 sampai sekarang.

Jumlah anak stunting Kota Tasikmalaya berhasil dientaskan sebanyak 691 orang dalam waktu 3 bulan terakhir dari jumlah yang tercatat sebelumnya sebanyak 1.370 orang.

Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah saat itu langsung menjalankan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk pengentasan stunting di tiap daerah.

Dirinya langsung meminta seluruh ASN di wilayahnya jadi orangtua asuh anak stunting dan program Bageur atau Baik dengan Baznas dan para agnia yang dikoordinasikan oleh Baznas, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan setempat.

"Alhamdulillah kita sudah 3 bulan ini menggalakkan program one ASN one anak stunting. Jadi dari 1.370 anak stunting di Kota Tasikmalaya khususnya balita, data terakhir by name by adresnya ada itu sudah terentaskan 691 anak stunting balita," jelas Cheka kepada Kompas.com di kantornya, Senin (5/6/2023).

Cheka menambahkan, Tasik Bageur selama ini tak memakai uang pemerintah, tapi hasil urunan dari Baznas, para agnia, dan warga Kota Tasikmalaya secara ikhlas.

Setiap pekannya, Cheka bersama para agnia dan instansi terkait langsung memberikan bantuan kebutuhan gizi ke rumah-rumah anak stunting terutama di wilayah pelosok.

Selain itu, gerakan Tasik Bageur pun menyasar para jompo dan warga kurang mampu untuk diberikan bantuan kebutuhan pokok sehari-hari.

Sehingga warga Kota Tasikmalaya pun menjuluki dirinya dengan sebutan bapak kukurusukan alias paling suka blusukan ke kampung-kampung terpencil.

"Mudah-mudahan nanti dalam 3 bulan ke depan sisanya bisa normal dan tak stunting. Jadi tahun ini bisa nol stuntingnya, kita usahakan," tambah Cheka.

Meski demikian, Cheka pun mengaku selalu ada kendala dalam setiap program yang sedang dijalankan terasuk Tasik Bageur.

Selama ini, kendala utama ketika anak balita stunting itu memiliki komorbit atau penyakit bawaan.

"Misalnya TB dan lain sebagainya. Maka kalau seperti itu kita harus selesaikan penyakitnya. Baru stuntingnya. Di (Kecamatan) Purbaratu ini tinggal sisa 50 balita stunting. Ada 3 anak stunting yang masih ada komorbit. Yang lainnya Insya Allah kita bereskan tahun ini stuntingnya," kata dia.

Cheka menyebut berkeliling ke rumah warga pelosok sengaja setiap hari Rabu tiap pekannya menemui para penderita stunting dan warga tak mampu.

Bahkan, dalam waktu dekat kita akan melaksanakan lebih progresif lagi dengan cara membuat WA Masking kepada orang tua asuh.

"Saya harus memastikan program yang kita jalankan itu sampai ke masyarakat. Makanya kita cek langsung. Jadi tak hanya memberikan perintah. Tapi untuk mengecek apakah si ASN itu benar melaksanakan tugasnya atau tidak," katanya.

Sementara itu, Ningsih (46), salahsatu orang tua anak stunting di Kota Tasikmalaya mengaku bahagia karena ada pejabat dan kepala daerah langsung menemui dan membantunya untuk kesehatan anaknya.

Sebelumnya, anaknya divonis stunting dan setelah berjalan pemenuhan gizi lewat Tasik Bageur sudah terbebas dari stunting sesuai pemeriksaan tenaga medis.

"Alhamdulillah, sangat terbantu dan baru pertama kali ke rumah ada wali kota langsung datang ke rumah saya di kampung ini," kata dia.

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/05/101157778/turunkan-angka-stunting-pj-wali-kota-tasikmalaya-rutin-sowan-ke-warga

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com