Salin Artikel

Polresta Cirebon Tangkap 4 Sindikat Pelaku TPPO ke Suriah dan Irak

CIREBON, KOMPAS.com - Satgas TPPO Polresta Cirebon Jawa Barat, menangkap empat orang yang diduga menjadi ujung tombak sindikat TPPO di sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon.

Keempatnya, bertugas sebagai pencari calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang disalurkan secara ilegal.

Kapolresta Cirebon Kombes Pol Arif Budiman menyampaikan, keempat pelaku ini antara lain dua orang pelaku perempuan yakni berinisial LV (44) dan M (53), serta dualaki-laki berinisial M (49) dan R (61).

Dua pelaku lainnya yang bertugas sebagai penyalur di tingkat perusahaan, yakni perempuan NP (52) dari Cirebon dan Lelaki (DM) di Cianjur, masih dalam pengejaran petugas.

Arif menerangkan, keempat orang pelaku yang telah ditangkap berperan sebagai petugas lapangan yang mencari korban di sejumlah wilayah Kabupaten Cirebon. Mereka ditangkap dengan kasus, korban, dan laporan yang berbeda-beda dalam kurun waktu satu pekan lalu.

Dalam pemeriksaan petugas, keempatnya terbukti melakukan pemberangkatan PMI atau TKI secara ilegal atau unprosedural. Bahkan, dua dari empat pelaku memberangkatkan dua korban perempuan ke negara konflik, yakni Irak dan Suriah.

"Yang pertama, tersangka inisial M, telah menempatkan pekerja migran di Turki dan kemudian korban meninggal dunia di Turki. Korban sebelumnya ingin di Korea, lalu diberangkatkan ke Polandia, tiba-tiba dipindahkan ke Turki. Namun karena pekerjaan dan perlakuan tidak sesuai, tidak jelas, korban jatuh sakit, hingga meninggal dunia di Turki," kata Arif membuka ungkap kasus TPPO di Mapolresta Cirebon, Jumat siang (8/6/2023).

Jenazah PMI yang meninggal dunia atas nama Tubagus Farik (23), akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada tahun 2022, yang sebelumnya diberangkatkan oleh tersangka M pada September 2021

Begitupun yang dilakukan oleh tersangka R (61) yang memberangkatkan korban Uun (34) warga Gegesik Kabupaten Cirebon, ke Damaskus Suriah. Uun awalnya akan bekerja sebagai asisten rumah tangga di Abu Dhabi Arab Saudi. Namun setiba di bandara, tiket yang dia terima ke Suriah.

Berdasarkan pengakuan korban, Uun berontak dan meminta pulang namun tidak dihiraukan hingga akhirnya tiba di Suriah, yang dipenuhi peperangan.

Uun dipekerjakan secara tidak manusiawi hingga berulang kali mendapatkan kekerasan. Uun berhasil pulang setelah pemerintah bergerak melakukan penyelamatan.

Arif menerangkan keempat pelaku TPPO ini kerap kali bermodus memberikan uang saku di awal kepada para korban. Pelaku juga menjanjikan upah perbulan dengan nilai besar.

Korban yang butuh uang dan butuh pekerjaan akhirnya tergiur, tidak berpikir panjang untuk bersikap lebih berhati-hati.

Arif mengimbau agar seluruh warga yang hendak bekerja sebagai PMI atau TKI harus mengikuti dan menempuh cara yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk mengantisipasi kejadian serupa.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, ke empat ersangka terancam pasal 4 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) dan atau pasal 81 UU RI No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI), dengan penjara paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp 120.000.000, dan paling banyak Rp 600.000.000.

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/09/140757278/polresta-cirebon-tangkap-4-sindikat-pelaku-tppo-ke-suriah-dan-irak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com