Salin Artikel

Kisah Korban Perdagangan Orang Asal Cirebon, Dipaksa Kerja sampai Lumpuh

Dia merupakan satu dari beberapa korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang berhasil pulang, tapi tidak dengan kondisi sedia kala.

Saat tiba di halaman Mapolres Cirebon Kota, WS datang didampingi tim Dok Kes Polres Cirebon Kota.

Kedua orang keluarganya juga mendampinginya. Mereka langsung menemui tim Satgas TPPO untuk saling berbagi informasi. 

WS tampak meratapi nasibnya yang berubah jauh dengan kondisi sebelum berangkat ke Arab Saudi secara ilegal.

Sebelum menjadi buruh migran, perempuan itu bercerita dirinya dalam kondisi sehat, segar, bugar, dan gemuk. 

WS berangkat menjadi pekerja migran pada awal 2021 setelah tergiur iming-iming oleh perempuan berinisial D, sebagai calo atau pencari calon TKI. 

Selama dua tahun bekerja di Arab Saudi sebagai asisten rumah tangga (ART), WS mendapatkan beban kerja yang melebihi batas.

Bahkan upah yang harus diterimanya utuh, mulai tersendat di tahun kedua.

Beban kerja yang lebih dan tidak seimbangnya bayaran, sebut WS, membuatnya jatuh sakit, bahkan hingga mengalami kelumpuhan di kedua kakinya.

“Saya ikut sponsor aja pak. Dua tahun kerja di sana. Tahun 2022 saya sakit, pertamanya perut, tambah sakit. Majikan saya suruh kerja terus, sampai masuk rumah sakit. Dirawat dua minggu. Sampai tiba-tiba kurus begini, dan ga bisa jalan,” kata WS saat ditemui Kompas.com di Mapolresta.

WS tidak mengira, jerih payahnya memperbaiki kondisi ekonomi keluarga berakhir dengan bencana.

Bak jatuh tertimpa tangga, WS justru harus membayar rumah sakit hingga proses kepulangannya ke Indonesia dengan biaya sendiri pada April 2023.

Pihak yang memberangkatkan hingga tuan rumah yang mempekerjakan tidak memberikan sedikit pun uang untuk berobat hingga ongkos pulang.


Satgas TPPO Polres Cirebon Kota Tangkap Perempuan Tersangka TPPO 

Kepala Kepolisian Resor Cirebon Kota AKBP Ariek Indra Sentanu menyampaikan, Satgas TPPO Polres Cirebon Kota telah menangkap perempuan berinisial D yang bertugas sebagai calo pekerja migran ilegal.

D bersama inisial R, sponsor yang berada di Luar Cirebon, kerja sama memberangkatkan WS secara ilegal.

Bahkan mereka mengiming-imingi korban dengan gaji tinggi hingga memberinya uang imbalan Rp 6.000.000 sebelum diberangkatkan.

Korban yang terbujuk tipuan pelaku, akhirnya mau berangkat meski tidak mengetahui bahwa WS akan bekerja di luar negeri secara ilegal.

“Desember 2020, pelaku datang ke korban kemudian mencoba mengiming-imingi untuk kerja di Saudi, diberikan fee sebesar Rp 6.000.000, dan gaji kurang lebih 1200 riyal atau Rp 4.700.000. Pada tanggal 21 Januari 2021, korban berangkat ke Arab Saudi,” jelas Ariek di tengah gelar perkara. 

Selama kurang lebih dua tahun, pada April 2023, korban kembali ke Indonesia, dalam kondisi sakit. 

Polisi langsung menerima laporan dan  menangkap pelaku inisial D pada Rabu (7/6/2023), dan langsung menggeledah rumahnya.

Dari lokasi itu, polisi mengamankan barang bukti berupa beberapa jumlah paspor. 

Belakangan diketahui D berperan sebagai calon yang menyerahkan korban ke orang lain berinisial R sebagai sponsor.

Saat ini R sudah masuk dalam daftar pencarian orang.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pelaku D dijerat pasal 4 tentang pemberantasan perdagangan orang dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara .

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/14/173633578/kisah-korban-perdagangan-orang-asal-cirebon-dipaksa-kerja-sampai-lumpuh

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com