Salin Artikel

Menengok Lukisan Cap Batik Kentang, Karya Anak Rumah Belajar Sabilulungan

BANDUNG, KOMPAS.com - Alana (10) dan Rahma (10) terlihat sibuk membatik dan menggoreskan kuas di sebuah kanvas yang digelar di depannya.

Alih-alih menggunakan alat cap konvensional, mereka membatik menggunakan kentang.

Kentang yang sudah dibelah menjadi dua kemudian dibuat berbagai macam bentuk. Belahan kentang itu dicelupkan ke cat acrylic untuk kemudian dicap ke atas kanvas.

"Haha, tanganku belepotan," ucap Alana riang saat mengerjakan karya lukis batiknya, di Rumah Belajar Sabilulungan, Jalan Sukasari, Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Sabtu (24/6/2023).

Di sebelahnya, Rahma nampak berhati-hati mengguratkan kuas. Gadis kecil itu tampak teliti mewarnai setiap bentuk gambar yang dibuatnya. Sementara anak di sudut lainnya sibuk menempel kertas untuk membuat kolase.

Usai mengerjakan karyanya, Alana dan Rahma mencuci tangan. Sesekali Alana juga mengajak temannya ke sudut ruang pameran untuk melihat karya mereka yang terpajang di dinding.

"Itu gambarku," kata Alana sambil menunjuk sebuah gambar berjudul "Topeng" dengan bangga.

Alana bercerita, gambar yang dibuat dari crayon itu tercipta setelah dia membaca sebuah buku.

"Aku emang suka menggambar sejak kelas 1 SD," jawabnya polos.

Alana merupakan anak asuh Rumah Belajar Sabilulungan yang sedang membuat pamerah di rumah tersebut.

Sebanyak 130 gambar hasil karya anak yang terdiri dari lukisan dari crayon atau oil pastel, acrylic, hingga kolase dipajang di setiap sudut ruangan rumah belajar itu.

Hasil karya anak-anak di bawah bimbingan seniman terkenal Andi Sopiandi ini mendapatkan apresisi yang tinggi dari para pengunjung, relawan, hingga donatur.

Rumah Belajar Sabilulungan merupakan tempat belajar gratis bagi anak-anak prasejahtera.

Awal mula Rumah Belajar Sabilulungan

Salah satu pendiri, Dini Singadipoera bercerita, Rumah Belajar Sabilulungan dibangun setelah dia mengajar selama delapan tahun di rumah bimbingan belajar anak prasejahtera di Jakarta.

Dini dan beberapa rekan pendiri Yayasan Humanisty lainnya akhirnya memutuskan untuk membuat tempat serupa di kota kelahiran mereka, yakni Kota Bandung.

"Saya ngajar di sana (Jakarta) sama ibu Luki Munaf. Karena berasal dari Bandung, akhirnya tercetus untuk membuat di Bandung. Ternyata banyak anak di Bandung yang tingkat pendidikannya rendah dan kemampuan menangkap pelajaran yang rendah, hingga intelorenasinya rendah," kata Dini.

Namun sebelum membidani Rumah Belajar Sabilulungan, Dini melakukan riset dan survei lokasi, agar apa yang mereka berikan di dunia pendidikan bisa tepat menyentuh sasaran.

Dini mulai melakukan survei pada 2017 hingga memilih wilayah Sekeloa sebagai lokasi Rumah Sabilulungan.

Lokasi Sekeloa dipilih bukan tanpa sebab. Banyaknya anak-anak prasejahtera di kampung padat penduduk yang berada di tengah kota Bandung ini menjadi salah satu pertimbangan.

"Setelah disurvei, (di sini) banyak anak prasejahtera. Survei ke sekolah, anak-anak ini penerimaan pelajaran dan karakternya juga perlu dibantu. Makanya kita putuskan sewa tempat dan akhirnya cari guru tetap dan volunteer," ucapnya.

"Awalnya tempat yang disewa kecil banget rumah beberapa petak," katanya.

Perekrutan siswa pun diseleksi dengan sangat ketat, supaya mereka yang belajar di rumah bimbingan belajar ini benar-benar anak prasejahtera di lingkungan sekitar.

"Kita benar-benar survei anak membutuhkan yang belajar gratis di tempat kami, sebelum anak direkrut, anak isi formulir disurvey dulu, bahkan sampai didatangi ke rumahnya," ucapnya

Lima tahun berdiri, Rumah Belajar Sabilulungan semakin berkembang. Kini sebanyak 35 anak mendapatkan pembelajaran gratis dari tiga guru tetap, dan sejumlah relawan ahli di bidangnya masing-masing.

"Baru 35 anak, awal tahun ini kami menerima 10 anak lagi. Harapannya tahun depan bisa 50 total anak, konsep belajarnya memang kayak private," ucapnya.

Pameran lukisan anak

Terkait pameran lukisan anak di Rumah Belajar Sabilulungan, Dini mengatakan bahwa ide ini tercetus untuk memotivasi anak-anak agar lebih giat mengasah kreativitas mereka.

Hasil karya anak-anak ini banyak diminati pengunjung, undangan, hingga donatur. Nantinya, uang hasil lelang tersebut akan diterima oleh anak-anak prasejahtera sendiri dan untuk kegiatan sosial dalam hal ini pendidikan.

"Anak-anak ini juga bisa belajar bukan hanya menerima tapi juga memberi. Mereka punya kontribusi dari hasil karyanya sendiri," ucapnya.

Dari 130 lukisan gambar anak yang di pamerkan, 85 gambar terjual.

Sementara itu, seniman lukis asal Bandung Andi Sopiandi yang merupakan salah satu guru relawan di Rumah Belajar Sabilulungan ini mengatakan bahwa pameran ini merupakan salah satu cara untuk mengasah kreativitas anak dalam menuangkan ide dari pikiran mereka yang masih liar.

"Dari karya mereka ini saya bisa melihat karakter masing-masing, sifat anak, itu kelihatan dari goresan atau warna juga, kalau gambar dan warna tuntas, anak ini ulet," ucapnya.

Andi mengaku, membebaskan anak-anak menggambar untuk menciptakan hasil karyanya.

"Meski ada warna turunan, gradasi warna, tapi kalau berkarya dilepas," ucapnya.

Andi lantas menujukan salah satu gambar anak yang dinilai goresan dan arsiran liarnya memiliki karakter tersendiri.

"Hampir 4 bulan saya mengajar di sini, gambarnya (anak) bagus-bagus, sekalian saya motivasi mereka agar terus berkarya. Harapan Ke depannya karya mereka ini bisa menghasilkan untuk mereka sendiri," ucap pria yang telah melahirkan banyak talenta seniman-seniman tersebut.

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/25/173410478/menengok-lukisan-cap-batik-kentang-karya-anak-rumah-belajar-sabilulungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke