Salin Artikel

Pria Akamsi di Bogor Wajibkan Warga Beli Pasir dari Tokonya jika Masih Ingin Tinggal di Kampungnya

Dalam video yang diunggah sejumlah akun Instagram, pria yang merupakan warga setempat alias anak kampung sini (akamsi) itu kesal karena ada pasangan suami istri yang tidak membeli bahan bangunan di tempatnya.

"Poin satu, pelaku pengadang truk material pasir dan memaksa memberi jatah," tulis pengunggah dalam video tersebut.

Pria pengadang itu menjelaskan, ada aturan tentang pembelian pasir di kampungnya. 

"Kenapa pakai orang sana. Beli pasir ke saya, kan ada aturannya di sini. Pakai orang lain tidak apa-apa, tapi kan ada aturannya, Ya mau ngasih berapa kek gitu," ujar pria berkacamata tersebut.

"Kenapa beli ke orang lain!," lanjut dia.

Warga yang terlibat cekcok dengan pria itu kemudian menjelaskan kondisi keuangan mereka. 

Dia dan istrinya mengaku membeli di toko lain karena bisa dicicil.

"Kenapa saya harus beli ke Mamang (pria pengadang) terus? Kok enggak boleh ke material lain? Saya juga enggak beli, tapi nyicil," ujar warga yang diadang.

Pria pengadang kemudian menjawab bahwa jika masih ingin tinggal di kampung itu, pasangan suami istri itu harus beli pasir yang dijualnya.

Pria berkaus hitam itu kemudan mengancam dan mengajak duel warga yang membeli pasir tersebut. 

Pasangan suami istri itu kemudian menyampaikan akan menelepon dan melaporkan pria itu ke polisi.

Namun, pria berkaus hitam justru menantang dan tidak takut dengan polisi karena merupakan warga di kampung tersebut. 

"Telepon saja, enggak takut, orang sini kok, kenapa takut," teriak pria itu.

Dia mewajibkan setiap mobil atau truk material yang lewat untuk membayar sejumlah uang. Alasannya, pembelian pasir harus darinya.

"Poin dua, kalau tidak order pasir ke dia, kita dipaksa pakai aturannya. Harus ngasih jatah (uang)," tulis pengunggah 

Penjelasan polisi

Kapolsek Tamansari, Iptu Agus Hidayat mengatakan, pengadangan oleh pria bernama Jaji itu terjadi pada Senin (26/6/2023). 

"Keributan antara dua orang ini terjadi di wilayah Desa sukaresmi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Jadi sudah ditangani. Nah, pelaku pengadangan sudah diamankan ke kantor, nama Jaji," ujar Agus saat dikonfirmasi, Selasa (27/6/2023).

Agus mengatakan, peristiwa itu terjadi usai warga berinisial JZ memesan pasir dari toko lain.

Sopir truk pengangkut pasir kemudian diadang oleh Jaji dan diwajibkan membayar sejumlah uang. Akibatnya, pihak JZ dan Jaji terlibat adu mulut.

Polisi kemudian mengamankan Jaji ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Pihak JZ juga turut dipanggil.

"Anggota bergerak mendatangi lokasi kejadian dan mempertemukan kedua belah pihak," ujarnya.

Perangkat desa setempat dan kepolisian kemudian memediasi kedua pihak dan keduanya sepakat berdamai.

Kesepakatan ini dibuktikan dengan surat pernyataan.

"Dari informasi yang kami dapat dari warga sekitar memang konflik ini sudah sering terjadi. Namun, dengan pertemuan yang kita gelar pada hari ini (Selasa), kedua belah pihak bersepakat menyelesaikan perihal tersebut dengan kekeluargaan. Saat ini kedua belah pihak sudah berdamai," jelasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/06/28/083604278/pria-akamsi-di-bogor-wajibkan-warga-beli-pasir-dari-tokonya-jika-masih-ingin

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com