Salin Artikel

Perjuangan Bidan Pelosok di Cianjur Terabas Hutan Bantu Persalinan

CIANJUR, KOMPAS.com - Dewi dikejutkan dengan ketukan pintu rumah berulang kali di malam buta.

Dilongoknya ke luar lewat lipatan gorden jendela, seorang pria yang tampak gelisah berdiri tepat di depan pintu.

Berbincang sebentar dengan orang itu, Dewi langsung menyambar tasnya dan bergegas pergi.

Menembus dinginnya angin malam dan menerabas hutan, Dewi harus segera tiba di rumah seorang ibu hamil yang tengah mengalami kontraksi hebat, tanda persalinan.

Ia adalah Deudeu Dewi Kusumah (30) atau orang biasa memanggilnya Bidan Dewi. Profesinya menuntut Dewi selalu siaga kapanpun ada panggilan darurat melahirkan.

Bagi Dewi, menjadi bidan yang bertugas di daerah terpencil memiliki tantangan dan keseruan sendiri.

Sempat kesulitan di awal penempatan tugas, kini bidan Desa Gelarpawitan, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini sudah berdamai dengan alam.

Menyusuri hutan di malam hari, menapaki jalan terjal berliku, dan sesekali harus menerjang aliran sungai yang sedang deras, seakan menjadi standar operasional prosedur (SOP) kerjanya.

"Sudah enam tahun tugas sebagai bidan pelosok di sini," kata Dewi saat berbincang dengan Kompas.com via telepon seluler, Senin (10/7/2023).

Bertempur dengan Infrastruktur

Dewi mengaku, bertugas di daerah pelosok yang jauh dari ingar bingar pembangunan membentuknya tangguh.

Sejauh ini, tak terbesit di benak ibu satu anak ini untuk menyerah.

"Menyenangkan, dinikmati saja setiap prosesnya," ucap dia.

Kendati begitu, ia tentu berharap ada peningkatan infrastruktur jalan maupun jembatan di wilayah kerjanya.

Betapa tidak, kondisi jalan rusak dan akses jembatan yang tak layak menghambat tugasnya dalam memberikan layanan kesehatan yang paripurna kepada warga.

Bahkan, dalam setahun terakhir ia sudah tiga kali membantu persalinan ibu hamil di alam terbuka, di tepian jalan setapak, hingga di tengah hutan.

"Terakhir yang Senin kemarin itu, warga yang ditandu ke puskesmas, namun keburu lahiran di jalan," kata Dewi.

"Alhamdulilah sejauh dalam penanganan saya semuanya bisa tertangani, semoga terus demikian," sambungnya.

Harus nyekil dan menguasai medan

Menurut Dewi, menjadi bidan di wilayah terpencil dituntut punya keterampilan lebih serta harus mampu membuat perhitungan yang matang saat menangani pasien.

"Kuncinya harus tenang meski dalam situasi paling darurat sekali pun. Kalau panik bisa nge-blank di saat penanganan, dan tentunya itu bisa membahayakan pasien," ujar Dewi.

Dewi bercerita, dari sekian pengalaman tugasnya yang penuh liku, momen di saat dirinya tengah hamil tua tetapi harus menangani persalinan warga adalah yang paling berkesan.

"Berangkat malam dan turun ke sungai. Saat di tanjakan saya sampai harus didorong dari belakang dan ditarik dari depan oleh warga, sudah tak kuat jalan karena sedang hamil tua," kenang dia.

"Alhamdulilah bisa melaluinya, ibunya melahirkan selamat di puskesmas, dan kondisi kandungan saya sehat dan kuat. Sekarang anak saya sudah 5.tahun," ucapnya.

Ngetrail Desa Berbukit

Setiap hari Dewi harus menempuh jalan setapak untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga, terutama pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui. serta anak balita.

Tak hanya itu, Dewi juga dituntut mampu mengedukasi dan membuka wawasan masyarakat perihal pola hidup bersih dan sehat.

Kondisi jalan yang sangat tidak bersahabat serta kontur perkampungan yang berbukit dengan lokasi rumah warga yang saling berjarak menuntutnya handal mengendalikan si kuda besi, motor trail hitam yang setia menemaninya bertugas selama ini.

Meski terkadang, Dewi harus menyewa ojek jika situasi tak memungkinkan untuk berkendara seorang diri.

"Pulang pergi ongkosnya bisa habis Rp 150 ribu," ujar Dewi.

Tugasnya masih akan terus berlanjut, terlebih ada 24 ibu hamil dan beberapa di antaranya akan segera melahirkan, serta ratusan anak balita yang menjadi tanggungjawabnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/07/10/202652478/perjuangan-bidan-pelosok-di-cianjur-terabas-hutan-bantu-persalinan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke