Salin Artikel

Fakta di Balik Tewasnya 3 Pemuda Saat Ritual Pengobatan di Danau Kuari Bogor, Hilang Tenggelam 16 Jam

KOMPAS.com - Tiga pemuda ditemukan tewas di Danau Kuari, Desa Tegalega, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sebelum ditemukan tewas, ketiga pemuda asal Rumpin, Kabupaten Bogor tenggelam saat tengah menjalani ritual pengobatan alternatif pada Kamis (13/7/2023) pukul 22.00 WIB.

Ketiga korban bernama David (20), Badrussalam (25), dan Cecep (25) itu pun hilang selama 16 jam.

Jasad mereka ditemukan di kedalaman empat meter di danau tersebut pada Jumat (14/7/2023).

Berikut sederet fakta terkait kasus tenggelamnya tiga pemuda saat menjalani ritual pengobatan hingga akhirnya ditemukan tewas.

1. Terpeleset dan terseret arus

Staff Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Jalaludin mengatakan, tiga pemuda itu tenggelam saat menjalani ritual pengobatan.

"Tiga orang ini sedang melakukan ritual pengobatan alternatif dengan mandi di pinggir danau," ujar dia, Jumat (14/7/2023).

Menurut dia, petaka itu bermula ketika tujuh orang sedang melakukan ritual pengobatan alternatif dengan cara mandi malam di pinggir danau.

Saat melakukan pengobatan itu, David terpeleset dan jatuh ke tengah danau sedalam 10 meter. Korban yang terpeleset ini tidak bisa berenang.

Dia lantas meminta tolong, dengan sigap kedua temannya langsung berusaha menolong.

Akan tetapi, mereka juga malah ikut terbawa arus dan tenggelam ke dalam danau tersebut.

2. 4 orang selamat

Beruntung, empat orang lainnya selamat dan selanjutnya melaporkan kejadian itu ke warga sekitar.

"Satu orang korban ini terpeleset jatuh dan tidak bisa berenang, lalu dua rekannya berusaha untuk menolong namun malah ikut terbawa dan tenggelam ke dalam danau. Jadi tiga orang tenggelam dan empat lainnya selamat," ungkap Jalal.

Hingga Jumat siang, ketiga korban belum juga ditemukan. Lantas, petugas gabungan pun mencari korban di sekitar aliran danau.

Tim reaksi cepat (TRC) BPBD mencari korban menggunakan perahu karet untuk menyisir danau dan pencarian juga dilakukan melalui jalur darat.

3. Hilang tenggelam 16 jam

Ketiga korban dinyatakan hilang tenggelam selama 16 jam dan jasadnya ditemukan petugas gabungan setelah dilakukan pencarian menggunakan perahu karet.

Jalal menyebut, ketiga korban ditemukan secara berurutan. Korban pertama ditemukan pada pukul 14.00 WIB.

Tidak lama setelah itu, korban kedua dan ketiga juga turut ditemukan dengan posisi radius tiga meter.

"Korban pertama ditemukan atas nama David, korban kedua atas nama Badrussalam dan korban ketiga ditemukan kembali atas nama Cecep," ujar dia.

Setelah ditemukan, jenazah mereka langsung diserahkan tim SAR kepada keluarganya.

"Untuk saat ini korban dibawa ke Puskesmas Rumpin dan selanjutnya akan diserahkan ke pihak keluarga korban untuk dimakamkan," ucap dia.

Dalam proses pencarian, ketiga korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di kedalaman empat meter di danau itu.

Proses npencarian dilakukan puluhan personil SAR dari Unit TRC BPBD, Basarnas, Damkar, Polsek Cigudeg, TNI, Satpol PP, PMI dan masyarakat sekitar.

"Petugas gabungan melakukan pencarian dengan metode penyelaman di area danau. Korban ditemukan di bawah danau, tak jauh dari lokasi kejadian," ungkap dia.

5. Ditenggelamkan 7 kali

Dari penelusuran polisi, ritual pengobatan secara spiritual ini dilakukan oleh pria berinisial N (50).

Di daerah itu, N juga biasa disebut sebagai dukun pengobatan alternatif. Dia membuka praktik pengobatan di rumahnya.

Kapolsek Cigudeg Kompol Wagiman mengungkap, pengobatan tersebut dilakukan dengan cara ditenggelamkan sebanyak tujuh kali ke dalam danau.

"Jadi bapaknya (David) datang minta diobati, pengobatannya itu ya harus dimandikan. Karena yang berobat ini punya penyakit, sakit kejiwaan. Yang sakit cuman satu atas nama David ini," ujar dia.

Setelah itu, mereka kemudian menjalani ritual pengobatan secara spiritual dengan cara ditenggelamkan sebanyak tujuh kali ke dalam danau.

Sehingga David harus turun ke danau untuk diobati atau dimandikan.

Dia didampingi oleh empat pemuda lain. Tubuh dan kepalanya dipegang, direndam dan diangkat sampai tujuh kali.

6. Korban sempat berontak

Nahas, ketika proses ritual pengobatan itu berlangsung, David berontak dan terpeleset bersama dua orang lainnya.

"Saat dimandikan, yang memegangi keluarganya dan rekannya. Nah, pas itu dia berontak si pasien ini. Pas berontak itu yang lain kebawa dan kecebur ke danau yang lebih dalam. Karena enggak bisa berenang akhirnya tenggelam semua," beber dia.

Sementara itu, empat orang lainnya yang ikut turun memandikan berhasil menyelamatkan diri.

Selanjutnya mereka melaporkan kejadian itu ke warga sekitar.

Kini, polisi masih menyelidiki kasus tersebut. Pihaknya sudah menyita barang bukti pakaian milik korban.

"Ritual pengobatan itu legal atau ilegal, jadi dia di rumah buka praktik. Iya bisa dikatakan seperti itu dukun. Harusnya kan dibawa ke rumah sakit kalau si David ini sakit, tapi malah bawa ke situ. Yang membuat ritual pengobatan ini inisial N (50) warga sini Tegalega," kata dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Bogor, Afdhalul Ikhsan | Editor Pythag Kurniati, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://bandung.kompas.com/read/2023/07/16/122541778/fakta-di-balik-tewasnya-3-pemuda-saat-ritual-pengobatan-di-danau-kuari-bogor

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com