Salin Artikel

Perjuangan Zidan, Anak Kuli Bangunan di Bandung yang Lolos Bintara Polri

BANDUNG, KOMPAS.com - Dedy Taufiq (49) tak sanggup menahan tangis. Air matanya menangis tatkala putra keduanya, Muhamad Zadani Haikal Taufik (19), lolos seleksi Bintara Polri.

Dedy tahu betul bagaimana perjuangan Zidan, panggilan akrab putranya, untuk lolos menjadi calon anggota polisi.

Baginya, Zidan yang kini tengah mengikuti pendidikan Bintara di Sekolah Polisi Negara (SPN) di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, merupakan sebuah anugerah.

"Yang pasti perasaannya bangga sekali dapat kabar anak saya lulus sebagai polisi. Mengingat perjuangan dia selama ini saya sangat menyaksikan sekali," katanya ditemui di kediamannya, Selasa (25/7/2023).

Perjuangan Zidan

Sejak kecil, Zidan sudah bercita-cita menjadi seorang Polisi. Bahkan Zidan tak pernah takut melihat sosok polisi.

Polisi di mata Zidan, sosok gagah dan karismatik. Bahkan sejak usia dini, Zidan kerap meminta ayahnya mencari polisi yang tengah bertugas.

"Kalau pada umumnya anak kecil itu lihat polisi selalu takut, nah anak kedua saya ini enggak, dia malah pingin jadi polisi, katanya gagah kalau jadi polisi terus berwibawa. Sejak kecil selalu minta dicarikan tempat polisi bertugas," kata Dedy.

Zidan tumbuh dari keluarga yang pas-pasan. Rumahnya yang berlokasi di Kampung Cipicung RT 01 RW 02 Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pun jauh dari kata mewah.

Rumah yang ditinggali Dedy, sang istri Fitriani Hasanah (43), serta Zidan, berupa rumah petak berukuran kecil.  

Meski dibangun dua lantai, untuk mengakses kediaman Zidan agak sulit. Orang-orang harus menyusuri gang kecil.

Di depan rumahnya terdapat kandang ayam serta fasilitas pull up sederhana yang dibuatkan Dedy dari semen dan besi untuk menunjang latihan fisik Zidan.

"Ya saya hanya bisa buatkan semampu dan sebisa saya untuk menunjang dia latihan," kata Dedy.

Semakin dewasa, persiapan semakin dilakukan. Walaupun ia sempat tidak yakin anaknya lolos karena mendangar kabar biaya daftar polisi yang tinggi.

Pekerjaannya yang hanya seorang kuli bangunan, dirasa berat untuk membiayai tes anggota polisi.

"Penghasilan saya hanya Rp 125.000, kadang sambil jualan. Kalau waktu jadi kuli kadang borongan, kadang juga di suruh sama tetangga benerin fasilitas rumahnya yang rusak. Kalau borongan, saya biasa jadi tukang tembok," ungkap Dedy.

Namun, pesimisme tersebut gugur seketika, saat Zidan mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi polisi di tahun 2022.

Kala itu, Zidan masih duduk di kelas 3 SMK 2 Baleendah. Di usianya yang masih belia, Zidan sudah disibukan dengan berbagai kegiatan latihan.

Sambil menyelesaikan ujian akhir, Zidan juga mengikuti seleksi calon Bintara di Polresta Bandung.

Beruntung kala itu, pihak sekolah memberikan izin untuk Zidan. Ia diberikan waktu ujian secara mandiri di luar waktu siswa yang lain.

"Ini seleksi yang kedua. Pertamanya tahun 2022. Posisinya masih sekolah, sedang ujian akhir. Tapi karena ada perekrutan, dia ngikutin. Jadi daftar juga, sekolah juga masih jalan. Pas ujian juga bareng sama ujian akhir sekolah. Sempat dapet kompensasi dari pihak sekolah. Soalnya dia lagi tes di sana, jadi dia punya jam sendiri tes soalnya," beber Dedy.

Sejak pertama kali mendaftarkan diri, Zidan sudah sering melatih ketahanan tubuhnya, mulai dari olahraga lari, berenang, pull up, dan sit up.

"Kalau sudah lari, mau pagi atau sore pasti dia jalani, warga sini mah sudah tahu aktivitas anak saya," jelasnya.

Sayang di tahun itu, keinginan Zidan mesti tertunda. Ia dinyatakan tidak lolos saat menjalani test fisik tahap kedua.

"Iya waktu itu dia enggak lolos, sedih rasanya, satu saya enggak bisa memfasilitasi, dua dengar dia enggak lolos jadi campur aduk rasanya," kata Dedy.

Tak Patah Arang 

Sang ibu, Fitriani Hasanah (43) mengatakan, semangat anaknya luar biasa untuk menjadi anggota polri.

Zidan tidak pernah malu meski ayahnya hanya seorang kuli bangunan dengan penghasilan pas-pasan.

Bahkan, ia kerap mendengarkan kalimat optimisme Zidan saat dia dicemooh karena mimpinya tersebut. 

"Saya sempat down, tapi alhamdulillah anak saya yakin dan berkata nanti sama Dede buktikan.. setiap kali saya keluar dan ada yang meremehkan dia pasti bilang seperti itu. Dia sering bilang, kalau ada niat, usaha pasti ada hasil", ujar Fitri.

Usai tak lolos di tahun 2022, motivasi Zidan untuk menjadi seorang polisi tak pernah luntur secuil pun.

Sadar kedua orangtuanya memiliki keterbatasan finansial, Zidan mengisi waktu luangnya bekerja menjadi seorang pelayan di salah satu cafe.

Upah tiap bulan yang tak seberapa itu disisihkan untuk biaya pendaftaran anggota polisi.

"Bagi ukuran keluarga saya mah uang Rp 2 juta yang dia kumpulkan itu besar, itu kata dia untuk membiayai dia daftar jadi polisi," jelasnya.

Setelah mendapatkan informasi pembukaan seleksi Bintara Polri 2023, Zidan mengundurkan diri sebagai pelayan cafe, profesi yang digelutinya beberapa bulan. 

Jangan Arogan 

Kini langkah Muhamad Zadani Haikal menjadi seorang Bintara di Polri sudah di depan mata. Bahkan ia tengah menjalani proses pendidikan selama 7 bulan di SPN.

Dedy pun berpesan kepada anaknya, jadilah polisi yang melayani masyarakat dengan sepenuh hati.

"Saya selalu mengingatkan ke dia, jika sukses nanti menjadi seorang polisi, jangan lupa diri, tetap menjadi diri sendiri, jujur, amanah, dan tetap Istiqamah," ujarnya.

Baginya, apa yang diraih dan diupayakan Zidan untuk menjadi seorang polisi akan teramat sia-sia apabila Zidan tak bisa menunjukan diri sebagai seorang anggota polisi yang baik.

"Saya dan istri saya selalu berdoa yang terbaik untuk anak-anak saya, apalah artinya semua kalau dia (Zidan) tidak amanah kelak ketika sudah menjadi seorang polisi," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/07/25/150028378/perjuangan-zidan-anak-kuli-bangunan-di-bandung-yang-lolos-bintara-polri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke