Salin Artikel

Kronologi Siswa SMP di Sukabumi Tewas Saat MPLS, Sekolah Sempat Tak Tahu hingga Keluarga Inisiatif Mencari Sendiri

Jasad MA ditemukan warga di Sungai Cileuleuy pada Sabtu siang.

Kepala Dinas Pendidikan Sukabumi Jujun Junaedi mengatakan kegiatan MPLS sebenarnya selesai pada Jumat (21/7/2023). Lalu berdasarkan kebiasaan di sekolah, acara dilanjutkan dengan hiking dan makan bersama.

Saat itu orangtua MA melapor ke sekolah karena anaknya tak kunjung pulang. Diduga, korban memisahkan diri dari rombongan saat hiking.

"Pada saat kembali ke sekolah ada beberapa anak yang memisahkan diri dari rombongan besar dan tidak diketahui oleh para pembinanya, sehingga pada saat pengecekan ada orang tua yang menginformasikan bahwa anaknya belum pulang," ucap Jujun.

Sementara Kepala Kepolisian Resor Sukabumi AKBP Maruly Pardede mengatakan, MPLS yang berisi kegiatan lintas alam itu diikuti oleh 120 siswa.

"Dilaksanakan mandi di sungai oleh seluruh siswa-siswi peserta MPLS hingga pukul 11.00 WIB, dan pada pukul 14.30 WIB ditemukan oleh warga bahwa salah satu siswa MOS SMPN 1 Ciambar telah tenggelam di sungai dengan keadaan sudah meninggal dunia," sebut Maruly, Senin (24/7/2023).

Imam (39), ayah korban bercerita saat kejadian, putra sulungnya yang baru masuk SMP itu ikut Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sekolah.

"Hanya saja saya berpikir kegiatannya itu di sekolah saja. Saya nggak tahu kegiatannya ada di luar sekolah," kata Iman yang bekerja di Jakarta.

Ia bercerita di hari kejadian, ada rekan MA yang datang ke rumah untuk mengembalikan sabuk milik MA. Saat itu lah istri Imam menanyakan keberadaan sang anak.

"Istri saya bertanya kepada temannya itu, anak saya ke mana. Karena tidak mengetahui lalu istri saya menyusul ke sekolah," ujar Iman.

Saat di sekolah tak ada satu pun yang tahu keberadaan MA. Selain sang istri, anggota keluarga juga ikut menyusul ke sekolah. Pencarian ke sekolah dilakukan hingga sampai tiga kali, namun hasilnya MA tak juga ditemukan.

"Mungkin kalau istri saya tidak ke sekolah, anak saya sampai sekarang nggak tahu ketemu atau enggak," ucap dia.

Karena tidak ada kepastian dari sekolah, keluarga dibantu warga berinisiatif mencari sendiri MA diantar teman MA ke lokasi sungai.

"Anak saya akhirnya ditemukan tenggelam di sungai Cileuleuy dalam kondisi meninggal dunia. Lalu dari lokasi langsung dibawa ke sini (rumah) dengan motor," jelas Imam.

Ia mengatakan saat ditemukan, MA masih mengenakan seragam sekolah dan topi.

"Tas, sepatu masih ada di sekolah sampai sekarang belum diambil," tandasnya.

Atas kejadian yang menimpa anaknya, Imam mempertanyakan pengawasan pihak sekolah saat kegiatan MPLS berlangsung.

"Saya mempertanyakan ke pihak sekolah kenapa bisa sampai terjadi begini. Saat ditanya apakah tidak ada pendamping, bilangnya ada. Kalau ada kenapa nasib anak saya begitu," urainya.

Pihak keluarga pun meminta pihak kepolisian mengusut kasus ini hingga tuntas.

"Kami intinya meminta keadilan untuk anak saya. Nyawa gak bisa dibeli," tegasnya.

Sebut kepsek menangis minta maaf

Setelah kejadian tersebut, pihak sekolah sempat mendatangi rumah duka di Kampung Selaawi, Desa Cibunarjaya.

Kedatangan pihak sekolah untuk mengucapkan bela sungkawa dan permohonnan maaf.

"Jadi pihak sekolah datang meminta maaf dan mengakui ada kelalaian," kata Wawan Kuswandi, keluarga korban, Selasa (25/7/2023).

Bahkan kata Wawan, Kepala SMPN 1 Ciambar yang datang secara langsung ke rumah korban. Saat meminta maaf, Kepala SMPN 1 Ciambar juga menangis.

"Jadi kepala sekolahnya langsung yang datang. Nangis-nangis meminta maaf," jelasnya.

Pihak keluarga pun mengaku telah memaafkan, namun tetap menyerahkan proses hukum ke Polres Sukabumi.

"Kami sudah maafkan, tapi prosedur hukum tetap kita jalankan sesuai instruksi penyidik," tandasnya.

Makam korban dibongkar

Guna menyelidiki penyebab pasti kematian korban, polisi membongkar makam MA pada Selasa (25/7/2023).

Pembongkaran makam dan otopsi terhadap jasad MA ini telah mendapat persetujuan dari pihak keluarga.

"Iya diotopsi, karena memang diserahkan sepenuhnya kepada Kapolres sesuai prosedur yang berlaku," kata ayah korban.

Proses pembongkaran makam atau ekshumasi dan otopsi berlangsung selama dua jam.

"Dua jam, tingkat kesulitan biasa aja. Sampel yang dibawa paru-paru. Tidak ada yang bisa dijelaskan lebih lanjut silakan ke penyidik saja," ujar dokter spesialis forensik, Arif Wahyono.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Budiyanto | Editor : Gloria Setyvani Putri), Tribunnews.com

https://bandung.kompas.com/read/2023/07/26/073700878/kronologi-siswa-smp-di-sukabumi-tewas-saat-mpls-sekolah-sempat-tak-tahu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke