Salin Artikel

Pandawara Group Terus Putar Otak untuk Sadarkan Warga soal Kebersihan Lingkungan

Gilang Rahma (23) salah seorang personel Pandawara Group mengaku terus mencari formula agar masyarakat mulai tertarik dengan pengelolaan sampah, terutama di wilayah sungai.

"Itu tadi kita sampai sekarang masih proses kita mencari rumus itu, gimana caranya agar masyarakat yang tidak tertarik atau tidak tahu sekali tentang sampah, agar bisa membuat mereka tertarik atau bergerak," katanya ditemui di sekitar Sungai Cikeruh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/7/2023).

Gilang menjelaskan, saat ini Pandawara Group masih terus berupaya menarik generasi muda seperti mereka agar mau memperhatikan lingkungan, bahkan terjun langsung.

Satu sisi lain, tindakan yang kerap disampaikan Pandawara Group melalui unggahan video di Instagram atau TikTok merupakan hal yang sulit diterima banyak orang.

Namun, mereka tetap menyakini yang dilakukan Pandawara Group bisa melahirkan efek yang optimal bagi lingkungan.

"Sebetulnya gini, apa yang disampaikan oleh Pandawara itu berita yang kurang baik, tapi di sisi lainnya itu bisa ajang edukasi juga, karena menurut riset banyak gen-z kurang tahu mengenai isu lingkungan yang ada di Indonesia," kata dia.

Pandawara Group, lanjut Gilang, memiliki cara sendiri agar upaya pembersihan sungai dari sampah bisa optimal.

Pertama agenda pembersihan suatu lokasi yang ditujukan untuk volunteer.

Kedua, untuk masyarakat umum. Untuk program kedua ini, kata Gilang, disesuaikan dengan kondisi sungai.

"Karena ada dua jenis pembersihan yan kita lakukan. Pertama, slot untuk beberapa volunteer dan yang kedua, untuk masyarakat umum, kalau  memang sungainya sulit dibersihkan oleh kita berlima maka kita buka untuk umum atau dengan instansi yang lain juga," terang dia.


Sejauh ini, sambung Gilang, upaya mengajak anak muda untuk terjun ke dunia lingkungan cukup menantang.

Pasalnya, tidak sedikit yang masih mempertanyakan apa maksud dari Pandawara Group melakukan gerakan tersebut.

Meski demikian, kata dia, energi dari anak muda ketika terjun ke suatu persoalan cukup militan.

"Saat ini follower Pandawara Group berkisar di usia 20 sampai 30 tahun, mereka masih militan. Seperti sekarang saya apresiasi. Semoga tidak hanya sekarang tapi ada pemeliharaan dan ada program yang berkelanjutan tentang pemeliharaan sungai jadi masyarakat bisa bikin program satu minggu sekali bisa kontrol," ucapnya.

Membebaskan siapa saja untuk ikut 

Gilang mengungkapkan, saat ini Pandawara Group membebaskan siapapun untuk terlibat dalam setiap program mereka.

Mereka tidak ingin membuat sistem pendaftaran bagi siapapun yang akan ikut terjun langsung.

"Jujur ini enggak terlalu banyak, karena bikinnya weekday, beberapa volunteer kita itu mengeluhkan kenapa dibuatnya weekday. Kita pernah buka google form ternyata jumlahnya luar biasa, sampai 1.600 lebih itu orang Bandung semua," terang dia.

Selain itu, selama ini Pandawara Group tidak pernah mengajak pihak-pihak terkait untuk terlibat dalam gerakannya, termasuk mendatang ratusan bahkan ribuan orang untuk upaya pembersihan.

Ia mencontohkan, saat upaya pembersihan Pantai di Labuan Banten dan di Lampung, bisa mendatangkan ribuan orang.

"Pantai pertama di Labuan Banten terkotor pertama, yang kedua di Bandar Lampung. Di Labuan kita dapat 1.800 orang di lokasi, kalau di Lampung 3.700 orang," ungkap dia.

Meski saat ini tergolong menjadi komunitas yang menarik perhatian publik. Gilang tak mempermasalahkan sebutan atau panggilan kepada Pandawara Group.

"Tergantung, sering juga yang bilang konten kreator banyak juga bilang gitu. Sekarang kita banyak bikin program," jelas dia.


Kritik untuk pemerintah

Gilang membenarkan, saat ini yang menjadi target oleh Pandawara Group adalah pantai dan sungai yang kondisinya kotor.

"Enggak itu atas inisiasi kita sendiri karena sampai sekarang kita selalu mencari  titik-titik terutama pantai, pantai mana aja yang kotor dan bermasalah dan kondisinya parah," tuturnya.

Meski begitu, Pandawara Group tetap berupaya memberikan masukan kepada pemerintah terutama soal upaya pelestarian lingkungan.

Gilang mengungkapkan, baiknya pemerintah memperketat dan mempertegas mekanisme serta regulasi terkait lingkungan.

"Lebih, diperketat dan diperkuat lagi untuk sanksinya seperti itu, mungkin bisa dibuatkan regulasi untuk seluruh masyarakat Indonesia yang kuat dan tegas, jadi lebih takut lah. Kita sering bilang ko ke pemerintah, kaya ada di salah satu Kecamatan di Kabupaten Bandung yang enggak punya TPS dan masyarakatnya buang sampah ke sungai dan mereka terus terang, aku sudah konsultasikan itu ke pihak terkait yang punya kapasitas," ujarnya.

Ditanya terkait pembiayaan selama menjalankan kegiatan, Gilang mengatakan Pandawara Group memiliki dua cara, menggunakan dana tanggung jawab sosial perusahaan atau tanpa sponsor sama sekali.

"Oh kita enggak pakai sponsor kaya kemarin di Lampung tanpa sponsor tapi nanti kita pegang beberapa CSR (corporate social responsibility) perusahaan untuk melakukan kegiatan yang sama, jadi ada yang dengan sponsor dan tidak dan itu terlihat kok di Instagram," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/07/26/161551678/pandawara-group-terus-putar-otak-untuk-sadarkan-warga-soal-kebersihan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com