Salin Artikel

Sawah Mulai Mengering, Sebagian Petani di Cirebon Memilih Panen Dini

Sebagian tanaman padi ini seharusnya dipanen pada pertengahan hingga akhir Agustus 2023.

Panen lebih awal ini dilakukan untuk menghindari potensi gagal panen yang disebabkan kurangnya pasokan air hingga menyebabkan kekeringan.

Pantauan Kompas.com di lokasi, sejumlah petani menunjukan areal persawahan Desa Bangodua yang mengalami kekeringan.

Mereka menunjukan aktivitas panen awal yang mulai dilakukan sejak akhir pekan Juli hingga memasuki Agustus. 

Mereka juga menunjukan kondisi tanah yang sudah retak meskipun tanaman padi masih tertancap, ini menyebabkan kondisi kematangan tanaman padi yang tidak merata.

Sebagian bulir padi bahkan masih berwarna agak kehijauan, di saat sebagian bulir lainnya sudah menguning. 

“Sebagian masih agak hijau, kurang air, dan belum waktunya (panen). Nanti di pertengahan atau akhir bulan Agustus,” kata Ramita (83) salah satu petani Desa Bangodua, saat ditemui Kompas.com, Rabu (2/8/2023).

Ramita juga menunjukkan kali kecil yang menjadi salur utama irigasi areal persawahan setempat yang juga sudah kering kerontang.

Saluran ini menghubungkan antara Desa Slangit, Desa Bangodua, dan desa lainnya.

Pria yang sudah sejak remaja menjadi petani ini mengaku terpaksa memanen padi yang ditanam di atas lahan sekitar 2 bau atau 14.000 meter pada hari ini.

Seharusnya, kata Ramita, padi yang dia tanam pada sekitar dua hingga tiga bulan lalu, dipanen pada pertengahan atau akhir Agustus.

Hal ini dia lakukan untuk mengurangi potensi gagal panen yang akan terjadi apabila menunggu akhir Agustus lantaran kurangnya pasokan air.


Selain gagal, akibat kurang air, kualitas dan kuantitas padi juga akan menurun. 

“Aliran irigasi kering, selama ini air dari bor, yang ada, yang enggak ada ya bangkrut (gagal panen). Kekeringan. Jadi sebagian panen belum saatnya, terpaksa, harusnya pertengahan atau akhir Agustus,” tambah Ramita. 

Jarsa, Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Bangodua, menerangkan, kondisi kekeringan sudah berlangsung sejak satu atau dua bulan lalu.

Kondisi pada akhir Juli dirasakan sangat parah. Akhirnya sebagian petani, memilih untuk memanen lebih awal.

Berdasarkan data desa, Jarsa menyampaikan, dari seluruh areal sawah desa Bangodua, ada sekitar 100 hingga 150 hektar sawah yang terdampak kekeringan hinggga melakukan panen awal.

Sebagian petani lainnya menunggu panen akhir agustus sambil mencari tambahan air.

“Ya kekeringan. Kekeringan bener. Saluran irigasi kering, bor pantek gak ada, hujan ga ada, ya kering, tidak ada suplai air, sudah sejak satu dua bulan lalu,” kata Jarsa saat ditemui Kompas.com di areal persawahan setempat. 

Jarsa menerangkan, imbas dari kekeringan ini, hasil panen para petani menurun. Baik dari sisi kuantitasnya, maupun kualitasnya.

Bahkan lahan sawah yang tidak teraliri air sama sekali gagal total sejak beberapa waktu lalu. 

Dia menggambarkan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, areal pertanian yang kekurangan air akan menghasilkan sekitar 2,5 ton dari yang biasanya 3,5 ton persatu bahu atau 7.000 meter.

Air, kata Jarsa, menjadi hal yang sangat penting bagi pertanian karena berimbang secara langsung kepada hasilnya. 

Dia berharap, pemerintah Kabupaten Cirebon, segera memberikan solusi dari kondisi kekeringan ini.

Pasalnya, para petani harus terus menggarap lahan pertanian sementara kondisi air yang semakin sulit didapat, membuat para petani berpikir ulang.

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/02/171617578/sawah-mulai-mengering-sebagian-petani-di-cirebon-memilih-panen-dini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke