Salin Artikel

Ada 32 Siswa SMP Belum Bisa Baca Tulis, Kadisdik Pangandaran: Kita Bantu

Temuan ini berawal saat kepala sekolah SMP tersebut membuat sebuah program terkait gerakan literasi sekolah.

"Kepala sekolah baru diangkat, Januari kemarin. Kepala sekolah ingin membuat sebuah program terkait literasi," kata Agus saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat (4/8/2023) petang.

Kemudian kepala sekolah membuat tim tersebut. Setelah tim terbentuk, tim menemukan ada beberapa siswa yang masih belum lancar atau bisa membaca dan menulis.

"Justru ini temuan dari tim sekolah itu sendiri. Akhirnya tim tersebut membuat program agar anak-anak ini bisa baca tulis," jelas Agus.

Menurut dia, siswa tersebut tahu soal huruf maupun angka. Hanya saja, mereka belum lancar dalam membaca maupun menulis.

Jumat pagi, Agus mengatakan, sudah mendatangi sekolah tersebut. Dia memotivasi para guru.

"Saya memotivasi rekan-rekan guru, bagaimana supaya anak-anak, peserta didik yang masih belum mampu membaca diberi waktu, diberi perhatian khusus," kata Agus.

Dia meminta agar guru tidak perlu malu mendapati anak didiknya masih belum bisa membaca.

"Ini tantangan untuk kita (agar anak tersebut bisa baca tulis)," tegasnya.


Apa pun persoalannya, bagi Agus, pihaknya mempunyai tugas khusus agar anak-anak itu ke depannya bisa membaca.

"Ayo kita dorong, bantu untuk bisa membaca," tegasnya.

Langkah ke depan yang akan ditempuh sekolah, kata Agus, akan mengelompokan anak sesuai kompetensinya masing-masing.

Dia mengaku sudah memberi arahan terkait hal itu.

"Tadi sudah berkumpul dengan guru. Ayo dari 32 anak itu kita kelompokan, misalnya ada yang hanya perlu dilancarkan (membaca), kita kelompokan," kata Agus.

Agus menyebutkan, para guru harus semangat, menyediakan waktu, menyediakan perhatian agar anak-anak tersebut ke depannya bisa sama dengan anak-anak yang lain.

"Bagi saya, tiap anak punya bakat, minat, kecerdasan masing-masing," tegasnya.

Ditanya soal anak tersebut mengalami kelainan atau kesulitan dalam membaca, Agus mengatakan, hal itu akan dianalisis lebih lanjut.

Namun demikian, kata dia, jika anak-anak tersebut membutuhkan perhatian khusus, maka pihak sekolah sudah bagus dengan menyediakan pendidikan inklusif bagi anak tersebut.

"Apakah memang betul kebutuhan khusus atau memang motivasi anak dulu kurang atau rendah, atau mungkin metode cara mengajar yang harus diubah. Nanti sedang dipelajari oleh tim Gerakan Literasi Sekolah," jelas Agus.

Agus juga akan menganalisis latar belakang keluarga anak-anak tersebut. 

Bila anak butuh waktu banyak untuk membaca di rumah, maka pihak sekolah mungkin akan berkunjung ke rumah.

"Kita sampaikan kepada keluarga, agar orang tua bisa membantu anak-anak di rumah untuk membaca dan lainnya," katanya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP 1 Mangunjaya, Adi Sumarna tidak menyalahkan pihak manapun terkait ada siswanya yang belum lancar baca tulis.

Yang jelas, kata dia, sekolah ingin memberikan pelayanan serta membantu siswa dalam proses pendidikannya tanpa harus merasa minder karena belum lancar baca tulis.

"Kami ingin mencari solusinya," terang Adi melalui pesan Whatsapp, Jumat sore.

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/04/201945078/ada-32-siswa-smp-belum-bisa-baca-tulis-kadisdik-pangandaran-kita-bantu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke