Salin Artikel

Warga Tasikmalaya Heboh Nonton Bareng Hujan Meteor Perseid di Atap Rumah Tanpa Alat Apa Pun

Rupanya, banyaknya cahaya di atas langit yang sebagiannya terlihat melaju pelan dan sebagian besar sangat menyala itu sedang terjadi hujan meteor di langit Indonesia.

Dilansir dari unggahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di akun Instagram @brin_indonesia, hujan meteor ini dinamai Perseid karena titik radiasinya memancar dari rasi bintang Perseus.

Pantauan Kompas.com di wilayah Mangkubumi, Kota Tasikmalaya sekitar pukul 01.23 WIB, Sabtu dini hari, cuaca terlihat cerah dengan langit sangat terang dan terlihat banyaknya cahaya kecil berkilapan.

Berbeda seperti pemandangan bintang pada umumnya di langit, cahaya hujan meteor ini sangat terlihat jelas cahayanya dan jumlahnya sangat banyak.

Secara kebetulan di langit pun tak terhalang awan dan bisa terlihat langit kebiru-biruan dengan banyaknya cahaya kecil seperti butiran hujan berbagai ukuran.

Bahkan, sesekali di atas langit terlihat cahaya berukuran agak besar menonjol berbeda dengan lainnya dengan memancarkan cahaya laiknya lampu listrik rumah yang terlihat dari kejauhan.

"Ya, Alloh, Allohuakbar, ini hujan meteor, hei.. ini hujan meteor terlihat jelas banget. Ini benar salahsatu keindahan ciptaan Tuhan. Indah banget menyala-nyala. Iah kayak di berita, ini hujan meteor," jelas Marlianti (32), warga Kelurahan Cipari, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, yang sengaja bersama keluarganya menunggu hujan meteor sejak tengah malam pada Kamis dini hari.

Marlianti bersama keluarga dan para tetangganya semakin heboh saat ada kerlipan meteor terlihat seperti berjalan di atap lantai dua rumahnya.

Tetangganya pun bersautan meneriaki tetangga lainnya yang sengaja menonton fenomena alam itu di masing-masing atap beton paling tinggi rumahnya.

"Itu, lihat itu, ada yang agak besar banget keliatannya, kok nyala kayak listrik rumah kejauhan ya. Menyala banget," teriak dia yang diamini keluarga dan para tetangganya sembari menunjukan jarinya ke langit.

Hal sama diutarakan warga lainnya, Fauzan (23), yang mengaku dirinya penasaran dengan fenomena hujan meteor dan baru bisa dilihat saat dini hari.

Bersama belasan temannya, dirinya sengaja nongkrong di atap beton rumahnya dari malam hari sembari nongkrong minum kopi.

"Eh, iya ternyata ada benar hujan meteor. Serus menyala-nyala banyak cahayanya di langit. Kebetulan cerah lagi, jadi jelas biaa lihat tanpa pakai alat apapun. Kereen banget," ujar dia diamini rekan-rekannya yang pandangannya semua menuju ke langit.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, langit Indonesia akan dilewati oleh fenomena hujan meteor perseid yang mencapai puncaknya pada 12-13 Agustus 2023.

Hujan meteor merupakan fenomena yang terjadi saat batuan meteor jatuh menuju atmosfer Bumi.

Sejumlah meteor yang jatuh ke Bumi akan terlihat seperti tetesan hujan sehingga disebut hujan meteor.

Perseid bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle. Kecepatan meteor pada hujan meteor perseid ini dapat mencapai 212.400 km/jam. Hujan meteor perseid memiliki intensitas maksimal sebanyak 100 meteor per jam.

Ahli astronomi dan astrofisika Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menjelaskan, waktu terbaik untuk melihat hujan meteor perseid adalah pada Sabtu (12/8/2023) malam.

"Waktu pengamatan (terbaik) Sabtu malam Ahad, mulai pukul 01.30-05.00 WIB," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (11/8/2023).

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/12/062345178/warga-tasikmalaya-heboh-nonton-bareng-hujan-meteor-perseid-di-atap-rumah

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com