Salin Artikel

Pemuda di Bandung Buat Film Dokumenter, Kritik Arak-Arakan 17 "Agustusan"

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejumlah pemuda di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengkritik kegiatan karnaval atau arak-arakan yang digelar setiap Hari Kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda tersebut, membuat sebuah film dokumenter berjudul, "Ini Merdeka?".

Film berdurasi satu jam lebih itu memperlihatkan dampak yang dihasilkan dari karnaval arak-arakan yang menjadi tradisi tahunan di Kecamatan Cicalengka.

Salah satu dampak yang disoroti dari film tersebut yakni sampah bekas karnaval yang kerap dibiarkan di pinggir jalan usai karnaval berlangsung.

Tak hanya menampilkan dampak konkret dari karnaval. Film tersebut juga mengurai sejarah karnaval setiap tanggal 17 Agustus yang saat ini kehilangan makna.

Sutradara film dokumenter "Ini Merdeka", Irfan (23) mengatakan, film yang dibuat satu tahun itu berangkat dari keresahan dampak arak-arakan.

Sejak tahun 2017, dirinya memerhatikan bagaimana karnaval tersebut berlangsung. Baru pada 2023, ia dan 11 orang lainnya ingin menyampaikan kritik tersebut melalui karya.

"Jadi setiap kami melihat arak-arakan dari tahun ke tahun selalu menyisakan sampah-sampah jadi kami tergerak untuk membuat film ini yang mengisukan isu sampah sendiri," ujar Irfan ditemui di Kecamatan Cicalengka, Bandung, Jumat (18/8/2023).

Irfan menjelaskan, satu sisi karnaval arak-arakan tersebut memiliki nilai positif yakni memperlihatkan antusias dan gotong-royong masyarakat Cicalengka.

Namun seiring waktu, esensi dari karnaval mulai hilang. Hal itu, terlihat dari gerobak-gerobak yang dibuat, jauh dari esensi kemerdekaan.

"Seperti misalnya terkait simbol-simbol yang ada dalam arak-arakan itu, itu kan melalui tank baja dan lainnya tidak terkoordinir dan tidak terarah dengan baik," ujarnya.

"Artinya panitia ini tidak mempertegas dan tidak mempunyai regulasi yang jelas untuk memberikan tema kepada masyarakat yang akan terlibat nanti di arak-arakan," tuturnya.

Di sisi lain, sambung Irfan, arak-arakan memiliki dampak negatif. Salah satunya sampah yang kerap ditinggalkan dan menjadi tanggung jawab masyarakat.

"Apalagi dengan sampah yang di dalam film ini menjadi sebuah penekanan bahwa sampah ini kondisi yang tidak terhindarkan dan menjadi masalah," kata Irfan.

Tak Ada Regulasi 

Akbar (23) salah satu crew dari Film "Ini Merdeka?" mengatakan, selama karnaval arak-arakan, panitia tidak memiliki aturan terkait tema karnaval, regulasi ukuran arak-arakan, hingga rute yang akan dilalui.

Pasalnya hingga kini, arak-arakan di Kecamatan Cicalengka kerap menjadi masalah. Selain sampah, kemacetan di jalur Cicalengka lama pun jadi persoalan.

Seperti tahun ini. Biasanya rute karnabal Agustusan sudah diumumkan sebelum pelaksanaan, untuk mengatur tank baca yang dibuat. Namun tahun ini tidak ada.

Bahkan panjang tank baju yang awalnya minimal 2 meter di lapangan, lebarnya bisa mencapai 4-5 meter. 

Akbar berharap, film tersebut diharapkan bisa menggugah warga yang akan mengikuti arak-arakan agar taat aturan, serta panitia memiliki arahan dan regulasi yang jelas. 

"Jadi aturan itu belum tersosialisasi dengan baik. Sebaiknya tahun yang akan datang lebih matang lagi," ungkap dia.

Sebelumnya, film tersebut sempat diputar satu pekan sebelum hari kemerdekaan di Aula Kantor Kecamatan Cicalengka.

Dalam screening film tersebut dihadirkan tokoh masyarakat serta beberapa narasumber yang ikut mengisi film dokumenter itu.

Namun, hingga jatuhnya Hari Kemerdekaan beberapa ruas jalan di Kecamatan Cicalengka masih terlihat sampah bekas arak-arakan.

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/18/183621078/pemuda-di-bandung-buat-film-dokumenter-kritik-arak-arakan-17-agustusan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke