Surahman (55), petani asal Kecamatan Cibeber, mengatakan, kemarau panjang membuat tanamannya rusak dan tak berbuah maksimal akibat ketiadaan pasokan air.
Sudah hampir dua bulan lahan garapannya seluas 1.000 meter persegi ini tak terairi.
“Soalnya di sini sawah tadah hujan, jadi sangat bergantung dari hujan. Kalau sudah kemarau seperti sekarang ini, ya jadinya seperti ini,” kata Surahman saat ditemui di sawahnya, Rabu (23/8/2023).
Kondisi bulir padi yang dipanen Surahman kali ini buruk. Ukurannya kecil dan kopong.
Biasanya, kondisi padi dengan usia masa tanam seperti saat ini, bagus dan siap panen.
“Ini juga dipanen karena kalau dibiarkan juga tanaman bakal merusak tanahnya,” ujar Surahman.
“Ya, semoga saja masih ada yang bisa diambil, tapi tidak berharap banyak kalau melihat kondisi padinya seperti ini,” kata Surahman menambahkan.
Surahman menilai, harusnya sawah bisa diairi karena letaknya tak jauh dari bantaran sungai. Caranya dengan menyedot air dari sungai lalu dialiri ke sawah.
Namun, ketiadaan biaya membuatnya pasrah dan hanya bisa berharap hujan segera turun.
Surahman berharap ada bantuan dari pemerintah bagi para petani yang mengalami gagal panen akibat bencana kekeringan ini.
“Setidaknya bisa mendapatkan bantuan bibit untuk musim tanam selanjutnya karena sekarang praktis tidak menghasilkan apa-apa, hasil panennya tidak ada sama sekali,” ujar Surahman.
Nasib serupa dialami Aep Saepudin (70) yang mengaku sudah tak lagi ke ladang karena tanamannya sudah tak berbuah.
"Tanaman kacang dan cabainya di kebun pada mati semua karena sudah hampir dua bulan tidak mendapatkan air," kata petani asal Kampung Cijengkol, Desa Sukamanah ini.
Tak hanya berdampak ke lahan kebun, kekeringan juga mengakibatkan Aep dan warga lain kesulitan air bersih.
"Sekarang harus antri untuk dapat jatah air bersih. Sumur di rumah sudah mengering semua," ujar dia.
Dihubungi terpisah, Camat Cibeber Indra Sunggara menjelaskan, lahan pertanian di wilayahnya mengalami kekeringan dan terancam gagal panen.
“Karena di sini sawahnya banyak yang tadah hujan sehingga sangat tergantung hujan untuk pengairannya,” kata Indra.
Pihaknya masih menunggu hasil pendataan di lapangan terkait luas lahan pertanian yang terdampak dan yang terancam gagal panen.
“Ini karena kemarau, ya. Informasi dari BMKG karena adanya fenomena El Nino juga. Semoga dalam waktu dekat bisa segera turun hujan. Kita sudah berikhtiar, salah satunya menggelar salat Istisqa kemarin,” imbuhnya.
https://bandung.kompas.com/read/2023/08/24/080924878/kekeringan-di-cianjur-petani-panen-lebih-awal-dan-kesulitan-air-bersih