Salin Artikel

Cerita Balita yang Dilarikan ke RS Setelah 6 Hari Menghirup Asap dari TPA Sarimukti

Nenek itu berjalan cepat mengarah ke petugas medis yang berada di Posko Kesehatan Dampak Kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti. Rupanya, ia ingin memeriksa kondisi sang cucu yang mengalami sesak napas hebat.

Daffa, bocah 2,5 tahun, mengalami gangguan pernapasan akut. Di atas pangkuan sang nenek, paru-parunya memompa oksigen lebih cepat.

Wajahnya pucat pasi, tangis, dan sesak beradu, bocah kecil itu hanya berlinang air mata dengan suara mengerang kesakitan.

Dokter di posko kesehatan itu langsung bergerak meraih tabung oksigen, selang sepanjang lebih kurang 1 meter kemudian dipasangkan dan alat bantu pernapasan dipasang ke lubang hidung demi melancarkan pernapasan Daffa.

Daffa mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) imbas menghirup asap kebakaran TPA Sarimukti.

Daffa adalah korban dengan kondisi terparah di dalam keluarga Dedeh yang mengalami gangguan pernapasan.

Selama enam hari, keluarga Dedeh seolah hidup dalam labirin asap yang tak berkesudahan.

Api di TPA Sarimukti tak henti-henti mengamuk. Semua zona pembuangan kini sudah tak tertolong, lahan sampah dan satu alat berat ekskavator hangus terbakar.

"Satu keluarga kena. Saya juga batuk. Ada satu lagi kakaknya juga mengalami batuk sama sesak, tapi enggak separah Daffa," kata Dedeh.

Keluarga Dedeh merupakan satu dari ratusan keluarga yang tinggal dan menggantungkan hidupnya di TPA Sarimukti.

Sehari-hari warga asal Kecamatan Gununghalu ini memungut sampah yang memiliki nilai jual untuk dirupiahkan.

Keluarganya tinggal di sebuah gubuk para pemulung di Kampung Ciherang yang berada kurang lebih 1 kilometer dari lokasi kebakaran.

Meski jaraknya terbilang jauh dari titik api, tapi asap kebakaran cukup pekat melanda kamar tidurnya sekalipun saat udara berembus ke arahnya.

"Dari tempat kerja (TPA) jauh. Tapi asapnya masuk ke rumah hampir siang dan malam," tutur Dedeh.

Kondisi Daffa tidak memungkinkan untuk dirawat di posko. Tak lama diperiksa, Daffa kembali dibopong ke ambulans untuk selanjutnya dirujuk ke RSUD Cikalongwetan agar mendapat perawatan yang lebih optimal dan ditangani dokter ahli.

"Kata dokter enggak usah mikirin biaya. Sekarang mau dirawat di RSUD. Mudah-mudahan ada jalannya. Yang penting cucu sembuh," ucap Dedeh.

41 orang sesak napas selama 6 hari kebakaran

Posko Kesehatan Dampak Kebakaran TPA Sarimukti sengaja didirikan sebagai posko darurat untuk pemeriksaan kesehatan warga yang mengalami dampak negatif dari kepulan asap kebakaran.

Dalam tiga hari terakhir, tercatat sudah ada 41 orang yang terindikasi mengalami gangguan pernapasan akut.

Jumlah itu diduga akan terus bertambah melihat masih besarnya asap yang melanda perkampungan warga.

"Sejak Hari Selasa, kita sudah dibuka posko kesehatan. Hari Selasa ada 2 pasien ISPA. Pada Rabu 3 orang. Terus hari ini sampai jam 11:00 WIB, sudah ada 36 masyarakat ISPA," ujar Koordinator Posko Kesehatan Kebakaran TPA Sarimukti sekaligus Kepala Puskesmas Cipatat, Nuraeni, kemarin.

Keluhan warga yang mendatangi posko hampir seragam, mereka mengeluhkan sesak napas, batuk-batuk, dan gangguan tenggorokan. Keluhan yang datang pun datang dari berbagai kalangan usia, baik itu bocah maupun lansia.

"Penyebaran penyakit ISPA dirasakan warga mulai dari usia balita hingga lansia. Selain ISPA keluhan yang kita terima yakni sakit mata," jelasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/25/112102678/cerita-balita-yang-dilarikan-ke-rs-setelah-6-hari-menghirup-asap-dari-tpa

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com