Salin Artikel

9 Upacara Adat Sunda dari Menyambut Kehamilan dan Kelahiran Bayi

KOMPAS.com - Dalam tradisi masyarakat Sunda, terdapat berbagai upacara adat terkait daur hidup manusia yang masih dilakukan hingga saat in.

Upacara adat Sunda tersebut dilakukan dengan cara tertentu yang memiliki maksud dan makna yang baik.

Sesuai perjalanan kehidupan manusia, upacara adat ini dilakukan ketika menjalani tahap masa kehamilan, melahirkan, dan pernikahan.

Berikut adalah beberapa upacara adat Sunda terkait daur hidup serta penjelasannya.

Upacara Adat Sunda saat Menyambut Kehamilan

Masyarakat Sunda mengenal tiga tradisi menyambut kehamilan yang dilakukan sesuai umur kehamilannya. Upacara adat ini dilakukan ketika kehamilan memasuki usia empat bulan, tujuh bulan, dan sembilan bulan.

Yang menarik adalah upacara adat saat kandungan berusia tujuh bulan yang disebut tingkeban.

Tingkeban berasal dari bahasa Sunda diartikan sebagai “tingkeb” artinya tutup, memiliki makna bahwa ibu yang sedang mengandung dilarang beraktivitas yang berat karena usia kandungan mendekati masa melahirkan.

Upacara adat tingkeban dimulai dengan pembacaan doa, prosesi siraman yang dibarengi dengan pelepasan belut dan pemecahan kelapa.

Saat kelapa dijatuhkan ke tanah terdapat maksud untuk menebak jenis kelamin bayi, yaitu apabila kelapa itu tidak pecah maka bayi yang dalam kandungan
berjenis kelamin laki-laki, sedangkan apabila kelapa tersebut pecah maka bayi tersebut perempuan.

Upacara adat ini diakhiri dengan prosesi menjual rujak kanistren yang dibeli dengan koin dari genting.

Upacara Adat Sunda saat Menyambut Kelahiran Bayi

Ketika menyambut kelahiran sang buah hati ke dunia, masyarakat Sunda akan melakukan beberapa tahapan upacara adat.

Upacara adat Sunda saat menyambut kelahiran bayi merawat tembuni, nenjrag bumi, puput puseur, ekahan, nurunkeun, dan cukuran.

Merawat Tembuni

Upacara adat merawat tembuni adalah ritual khusus saat mengubur atau menghanyutkan tembuni (ari-ari) yang dianggap saudara bayi dalam kepercayaan masyarakat Sunda.

Tembuni akan dibersihkan, kemudian diletakan ke dalam kendi dan diberi bumbu-bumbu yakni garam, asam, serta gula merah. Terakhir, kendi ditutup dengan kain putih serta diberi bambu kecil, digendong oleh paraji dan didoakan sebelum dikubur atau dihanyutkan.

Nenjrag Bumi

Upacara adat nenjrag bumi adalah ritual unik agar bayi kemudian kelak menjadi pemberani, tak mudah takut dan terkejut yang dilakukan dengan dua cara.

Pertama dengan menghentakkan kayu atau alu di dekat bayi yang dibaringkan sebanyak tujuh kali. Kedua dengan meletakkan bayi di pelupuh (lantai bambu), kemudian ibunya akan menghentakkan kaki ke pelupuh sebanyak tujuh kali.

Upacara Puput Puseur

Upacara puput puseur dilakukan setelah pusar bayi mengering dan lepas dengan maksud agar pusar tidak menonjol ke luar. Hal ini dilakukan dengan cara meletakan tali pusar ke dalam kanjut kundang yang ditutup dengan bungkusan kasa berisi uang logam dan kemudian diikatkan ke perut bayi.

Upacara ini diadakan dengan tahapan memberikan nama, membaca doa selamat, serta membagikan bubur merah dan bubur putih ke keluarga besar dan tetangga.

Ekahan

Ekahan adalah upacara adat aqiqah setelah bayi berusia 7 hari, 14 hari, atau 21 hari, dalam rangka memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah dikaruniai buah hati.

Orang tua sang bayi akan menyembelih domba atau kambing dengan ketentuan dua ekor untuk anak laki-laki atau seekor jika anak perempuan, yang kemudian dimasak dan dibagikan.

Nurunkeun

Upacara nurunkeun adalah upacara adat yang dilaksanakan pada hari ketujuh setelah upacara puput puseur dengan tujuan mengenalkan bayi pada lingkungan sekitarnya.

Orang tua akan menyediakan makanan ringan serta buah-buahan yang dibungkus dan digantung pada bambu melintang, sementara makanan berat diletakkannya di bawahnya. Di bambu yang sama, dibuat pula ayunan kain yang digunakan untuk menimang bayi selagi paraji membacakan doa.

Seusai prosesi berakhir, tamu akan dipersilahkan menyantap makanan yang tersedia, sementara makanan ringan yang digantung pada bambu dibagikan ke tamu anak-anak.

Cukuran

Cukuran adalah upacara adat yang dilaksanakan pada hari ke 40 untuk membersihkan atau menyucikan rambut dari segala najis.

Bayi akan dibaringkan di tengah para tamu yang akan bersholawat serta berdoa, sementara beberapa di antaranya akan mencukur rambut sang bayi.

Sumber:
repository.uniga.ac.id  
gramedia.com  

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/26/223341578/9-upacara-adat-sunda-dari-menyambut-kehamilan-dan-kelahiran-bayi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com