Salin Artikel

Terbakarnya TPA Sarimukti dan Nestapa Ratusan Warga Alami ISPA

Asap bertambah pekat dan bau terbakar semakin menusuk ketika beberapa ratus meter lagi menuju TPA yang menjadi tempat pembuangan sampah bagi empat kota kabupaten di Jawa Barat ini.

Di udara, terlihat helikopter water bombing milik BNPB hilir mudik menjatuhkan empat ribu liter air ke titik-titik kebakaran setiap kali terbang. Asap masih terlihat pekat yang menandakan kebakaran masih terjadi di hari ke tujuh ini.

Neni Suryani menggandeng tangan cucunya, Muhammad Rizki, masuk ke ruang praktik dokter di Posko Kesehatan TPA Sarimukti yang dibuka oleh Puskesmas Cipatat Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (26/8/2023).

Cucu laki-lakinya yang berumur 9 tahun itu mengalami sesak napas dan batuk. Setelah diperiksa, Rizki didiagnosis mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat menghirup asap kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang telah berlangsung sejak sepekan lalu.

Sang nenek, Neni, juga mengalami gejala serupa. Mata nenek berusia 68 tahun itu pun mengalami perih atau didiagnosis konjungtivitis akibat terpapar asap.

Konjungtivis adalah peradangan selaput yang meliputi bagian depan mata atau konjungtiva dan menyebabkan mata berwarna kemerahan.

Neni mengetahui kebakaran TPA Sarimukti saat tetangganya berteriak “kebakaran” sambil berlarian menuju TPA yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumahnya yang berlokasi di Kampung Jati RT 1 RW 1 Desa Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Neni keluar rumah dan melihat asap sudah membumbung tinggi disertai dengan nyala api.

Sejak itu, rumahnya kerap sesak dengan asap yang terbawa angin. Asap yang membuatnya mual.

Asap kebakaran TPA Sarimukti masuk pula ke rumah Heri yang jaraknya sekitar dua kilometer dari TPA Sarimukti.

Kakek berusia 60an tahun itu pun mengalami keluhan serupa, yaitu sesak napas dan mata perih. Tapi dia merasa belum perlu memeriksakan diri ke dokter.

“Asapnya sampai sini, terasanya pengap. Kebanyakan (mengalami) sesak napas,” ujarnya kepada Yuli Saputra, wartawan di Bandung yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Sabtu (26/8/2023).

Data Posko Kesehatan Puskesmas Cipatat mencatat hingga Sabtu (26/8/2023) siang, warga yang mengalami ISPA sebanyak 246 pasien dan konjungtivitis sebanyak 19 pasien.

Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga orang pasien yang terdiri dari dua dewasa dan satu balita terpaksa dirujuk ke RSUD Cikalong Wetan karena mengalami sesak napas berat.

Pasien yang berkunjung ke posko kesehatan darurat tersebut kebanyakan didiagnosis ISPA.

Data pasien yang tercatat memeriksakan diri pada Sabtu (26/8/2023), dari 68 pasien, 59 pasien mengalami ISPA.

“Yang banyak berkunjung ke sini dan berobat dari warga dari RW 10 dan 15. Paling banyak mengalami ISPA," kata Nuraeni, Kepala Puskesmas Cipatat yang ditemui di lokasi, Sabtu.

"Banyaknya orang dewasa, kalau anak-anak kemarin juga cuma 20-an, kalau dewasanya hampir 60an,” lanjut Nuraeni.

Penyakit ISPA juga mendominasi diagnosis pasien yang berobat ke Posko Kesehatan Polda Jawa Barat yang dibuka di Kantor Desa Sarimukti. Hingga Jumat (25/8/2023), jumlah pasien ISPA berjumlah 176 pasien.

Tim Kesehatan Polda Jabar sempat pula melakukan pemeriksaan dari pintu ke pintu dan menemukan sebanyak 35 warga mengalami ISPA.

Dokter di Posko Kesehatan Puskesmas Cipatat, dr. Fiqih Firdaus menyebutkan, paparan asap yang terus menerus dan dalam jumlah banyak bisa mengakibatkan gangguan pada pernapasan serta iritasi pada mata.

Itulah sebabnya, banyak warga sekitar TPA Sarimukti mengalami penyakit ISPA dan konjungtivitis.

Jika paparan asap kebakaran ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, kata Faqih, dikhawatirkan warga akan mengalami gangguan kesehatan yang lebih berat, bahkan berisiko pada kematian.

“Jadi kalau dampaknya ke warga, kalau menghisap asap terlalu lama, yang pertama sudah pasti ke pernapasan, yang mana kalau ke pernapasan itu dia bisa menyebabkan sesak napas, batuk-batuk jadi ISPA, infeksi saluran pernapasan atas," jelas Fiqih.

Dampak yang kedua, lanjutnya, mata akan terasa pedih, dan kepala pusing karena kadar oksigen di dalam darah jadi berkurang.

"Pusing lemes itu mah sudah pasti disertai sesak napas. Kalau jangka panjangnya, bisa banyak," kata Fiqih.

"Kalau terus-terusan, (kebakaran) ini berbulan-bulan, dampaknya bisa jadi kanker paru-paru. Sama kayak rokok lah gitu," ujarnya.

Lebih jauh Faqih menerangkan bahwa kebakaran sampah yang berkepanjangan ini akan memperburuk kondisi penderita asma dan tuberculosis (TB).

“Risiko terberatnya kalau sampai sesak napas berat bisa sampai ke kematian," cetusnya.

"Katanya masih ada (warga) yang dekat TPA dan masih bekerja, itu yang berisiko. Polisi sudah mengevakuasi menyuruh warga ke sini lah (ke tempat aman) setidaknya,” kata Fiqih.

Supaya mencegah korban lebih banyak, Fiqih mengimbau warga berdiam di rumah atau mengenakan masker ketika bepergian. Selain itu, warga disarankan meminum banyak air putih.

“Pertama pakai masker, kurangi kegiatan di luar karena asapnya banyak di luar," ujar Faqih.

Ia juga mengimbau warga banyak minum air putih untuk menggantikan kadar oksigen di dalam darahnya itu lebih cepat.

"Kalau kita buang, bakal tergantikan lagi cairannya itu lebih cepat. Bisa dua kali lebih cepat dari pada yang kurang minumnya,” katanya.

“Kalau untuk kebakarannya, harus secepatnya dihentikan agar si asap tidak terlalu lama mengudara dan diisap oleh masyarakat karena makin lama, makin buruk terhadap paru-paru,” pesan Fiqih.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Kabupaten Bandung Barat melaporkan kondisi terakhir kebakaran TPA Sarimukti, per Minggu (27/8/2023) pagi.

Disebutkan, seluruh areal TPA sampah dari mulai zona 1,2,3 dan 4 sudah terbakar dengan luas areal yang terbakar sudah memasuki 90 persen.

“Api masih terus membara terutama di zona 1 yang berbatasan dengan hutan Perhutani sedangkan untuk zona 2,3,4 menyisakan bara api yang menimbulkan asap pekat di seluruh areal TPA bahkan asap sudah memasuki desa di sekitar TPA tergantung arah angin,” tulis siaran pers yang diterima Minggu (27/8/2023).

Satu unit helikopter water bombing yang telah dioperasikan sejak Jumat (25/8/2023) sore terus melakukan upaya pemadaman dengan pengeboman air.

Pada Jumat (25/8/2023), helikopter water bombing beroperasi selama 2,5 jam di zona 1.

Dalam rentang waktu tersebut, terjadi 30 kali pengeboman air dengan total volume air -yang airnya diambil dari Waduk Cirata- sebanyak 120 ribu liter.

“Satgas Darat melaksanakan pemadaman di seluruh zona 1,2,3 dan 4 untuk api permukaan dengan hasil 90% padam, namun api atau bara di bawah masih menyala yang menimbulkan asap pekat,” tulis Pusdalops Kab. Bandung Barat.

Data Pusdalops Kabupaten Bandung Barat menyebutkan, lahan TPA yang terbakar sudah mencapai 18,4 hektar dari luas 25,8 hektar lahan yang sudah dikuasai Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Kebakaran yang terjadi sejak Sabtu (19/8/2023) malam itu, bermula di zona empat, kemudian merembet ke zona tiga, dua, kemudian zona satu.

Akibat kebakaran itu, satu kendaraan alat berat milik TPK Sarimukti terbakar yang diduga semakin memicu kebakaran tambah besar.

Mimin Siti Aminah, warga yang rumah dan warungnya berlokasi tepat di seberang TPA Sarimukti menceritakan awal mula terjadinya kebakaran.

Suami Mimin adalah karyawan TPK Sarimukti yang bertugas mengendarai kendaraan alat berat yang terbakar itu.

Mimin mengisahkan, awalnya kebakaran kecil terjadi sekitar pukul 22.00 WIB, Sabtu (19/8/2023).

Satu jam kemudian, petugas keamanan TPK Sarimukti memanggil suaminya untuk membantu memadamkan api.

Sekitar pukul 03:00 WIB, Minggu (20/8/2023), kata Mimin, api berhasil dipadamkan, hanya menyisakan asap. Namun paginya, api kembali menyala, bahkan semakin besar.

“Minggu pagi itu anginnya kencang, gede lagi apinya sampai hari ini. Asapnya tebal banget,” cerita Mimin yang sempat mengalami sesak napas dan mata perih.

Kebakaran yang awalnya terjadi di zona empat, mulai merembet ke zona tiga dan dua yang dekat dengan rumah Mimin.

Ibu tiga anak ini semakin khawatir lantaran api semakin mendekati tangki bahan bakar minyak dan oli yang berada di sekitar area kebakaran.

"Apinya kelihatan banget. Sempat ada kekhawatiran apinya merembet (ke rumah)," aku Mimin.

"Yang khawatir pas mau mendekat banget sama tangki BBM. Itu kan pada sibuk orang-orang. Deg-degan banget takut ada ledakan."

"Waktu itu kan damkar (pemadam kebakaran) juga nonstop (bekerja) sampai malam karena api sudah mendekat tangki BBM,” ungkap Mimin dengan nada tegang.

Mimin menyaksikan bagaimana suami dan pekerja TPK Sarimukti sibuk berusaha mengamankan tangki BBM dari risiko terbakar.

Mereka menelepon Pertamina unruk membantu memindahkan isi BBM di tangki yang saat itu dalam kondisi penuh.

“Kan itu tangki BBM itu penuh buat alat berat. Pertamina ditelepon. (BBM) diangkutin dulu sama mobil Pertamina. Oli, spare part, segala macam dari gudang dipindahin, soalnya takut kebakar. Alhamdulillah selamat,” ucapnya lega.

Pihak berwajib masih belum memastikan kronologis dan penyebab kebakaran.

Meski muncul beragam dugaan pemicu kebakaran, mulai dari puntung rokok hingga gas metan.

Salah satu warga, Heri menduga, kebakaran dipicu gas metan yang tidak teralirkan dengan baik.

Biasanya, kata dia, di areal sampah itu dipasang beberapa cerobong atau pipa yang berfungsi mengalirkan gas metan.

Namun sekitar enam bulan ke belakang ini, Heri mengaku tidak melihatnya.

“Tadinya ada, jadi enggak ada. Paralon itu untuk mengeluarkan gas metannya. Waktu tahun kemarin juga, kalau masih ada paralon itu, api keluar melalui paralon."

"Kalau dari puntung rokok, operator dan pemulung juga merokok, gak ada kejadian (kabakaran),” tutur Heri.

Akan tetapi, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim kebakaran tersebut merupakan dampak kemarau yang saat ini sedang terjadi.

Sebab, kebarakan serupa tak hanya dialami di Bandung Barat saja, tapi di sejumlah wilayah lain di Jawa Barat.

“Tercatat di hari ini ada kebakaran walaupun kecil di TPA di Garut, Bekasi, Purwakarta, dan Subang,” ucap Emil, nama panggilan Ridwan Kamil, usai melakukan pantauan kebakaran di udara, Jumat (25/8/2023).

Sebelumnya, Emil dan Bupati Bandung Barat, Hengki Kurniawan sempat menuliskan di akun media sosialnya bahwa puntung rokok yang dibuang sembarangan adalah penyebab kebakaran TPA Sarimukti. Namun pernyataannya itu kemudian dianulir.

“Per hari ini kita belum 100 persen menyakini, tapi dari laporan di awal hari kelihatannya ada insiden itu, tapi secara ilmiahnya kami butuh waktu untuk membuktikannya,” sebutnya.

Kebakaran TPA Sarimukti berdampak pada kurang lebih 120.000 jiwa warga di sekitarnya.

Bupati Bandung Barat, Hengki Kurniawan telah menetapkan status Tanggap Darurat atas kebakaran TPA Sarimukti terhitung sejak Selasa (22/08) hingga Senin (11/09).

Sementara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menurut Emil, telah melakukan sejumlah upaya untuk menangani warga yang terdampak, baik secara kesehatan maupun ekonomi.

“Kita akan memberikan bantuan berupa sembako kepada mayoritas warga yang terdampak dan kebutuhan-kebutuhan lainnya."

"Dapur umum juga untuk hampir 500an warga terdampak dan relawan sudah kita siapkan hari ini,” kata Emil.

Lebih lanjut Emil menyatakan pihaknya akan segera membuka tempat pembuangan sampah sementara bagi warga di empat kabupaten kota, yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi, yang pembuangan sampahnya terganggu karena kebakaran di TPA Sarimukti.

Dia mengatakan pemerintah saat ini sedang berupaya membuka akses jalannya dan akan diperlukan waktu dua hari.

“Jadi selama dua hari kepada kota kabupaten terdampak mohon menyesuaikan sambil paling cepat Minggu (27/8/2023) paling telat Senin (28/8/2023) pagi bisa membuang sampah secara normal dan berharap Minggu atau Senin 100 persen penanggulangan sampah sudah beres,” janji Emil.

Sementara mengenai penanganan kebakaran lebih lanjut, Emil menyatakan terus berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk BMKG untuk mengupaykan rekayasa cuaca agar turun hujan, bila kondisinya telah memungkinkan.

“Jika memungkinkan kalau awannya sudah banyak, kita akan rekayasa cuaca melalui teknologi modifikasi cuaca,” pungkas Emil.

https://bandung.kompas.com/read/2023/08/28/043000878/terbakarnya-tpa-sarimukti-dan-nestapa-ratusan-warga-alami-ispa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke