Salin Artikel

Korban Bayi Tertukar Tuntut Pertanggungjawaban Korporasi RS Sentosa

BOGOR, KOMPAS.com - Keluarga bayi tertukar di Bogor, Jawa Barat, menuntut pertanggungjawaban korporasi rumah sakit (RS) Sentosa, tempat bayi mereka dilahirkan satu tahun lalu. Pasalnya, pihak rumah sakit hanya melimpahkan kesalahan kepada para perawat dan bidan.

Kuasa Hukum Siti Maulia, Rusdy Ridho menegaskan, pihaknya akan menempuh jalur hukum atas kesalahan Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit yang menyebabkan perawat dan bidan lalai saat melayani pasien.

Akibat kelalaian itu, dua bayi yang dilahirkan setahun lalu tertukar dari ibu biologis atau kandungannya.

"Kelalaian dari tenaga kesehatan itu tidak bisa dilimpahkan kepada mereka saja. Tapi harus ada pertanggungjawaban dari korporasi rumah sakit," ujar Rusdy saat dihubungi, Kamis (31/8/2023).

Jika dari awal SOP dilakukan dengan benar, kata Rusdy, tidak akan terjadi kelalaian yang menyebabkan dua bayi tertukar.

Adapun SOP yang dilakukan oleh Ibu Siti Maulia (37) atau kliennya selama ini adalah rawat pisah dari bayinya seusai bersalin. Seharusnya, Siti dan bayinya bisa melaksanakan rawat gabung.

Hal itulah yang membuat awal mula gelang dobel atau gelang dengan nama sama terpasang di kedua bayi hingga akhirnya dua bayi laki-laki tertukar.

Dalam PP Nomor 33 Tahun 2012 harus ada rawat gabung ibu dan bayi selama 24 jam.

Kelalaian pelayanan kesehatan sudah seharusnya menjadi tanggung jawab rumah sakit.

Namun, hingga kini, rumah sakit tidak bertanggung jawab dan justru malah melimpahkan kesalahan kepada lima perawat dan bidan. Mereka dinonaktifkan karena terlibat dalam kasus tersebut.

"SOP dari rumah sakit ini kan tidak benar, ya ada rawat pisah itu loh. Intinya yang kita laporkan itu korporasinya. Bukan perorangannya. Kalau dari awal rawat gabung, kan gak mungkin bayi bisa tertukar," ungkapnya.

Rusdy membeberkan awal mula peristiwa dua bayi dari pasien atas nama Ibu Siti Maulia dan Ibu Dian terjadi RS Sentosa, Kemang, Kabupaten Bogor.

Pada Senin (18/7/2022) tahun lalu, kliennya melahirkan seorang bayi secara sesar. Saat itu, bayi yang baru lahir dirawat pisah bukan rawat gabung.

Pada Selasa (19/7/2022) atau hari kedua, Ibu Siti baru bertemu bayinya. Namun, bayi itu diambil lagi pada malam berikutnya.

Di saat bersamaan, Ibu Dian juga melahirkan seorang bayi laki-laki. Yang mana, sambung Rusdy, dua bayi laki-laki tersebut tertukar.

"Baru Rabu pagi dikasih lagi. Ngapain terlalu lama. Dipisah kan cuman buat mandi aja, kenapa harus lama-lama.

Dipisahnya itu satu hari full, yang hari kedua, ke hari ketiga itu pagi dikasih sampai malam. Malam diambil lagi, besok pagi baru dikasih lagi," ungkapnya.

"Kan kecuali ada indikasi medis, ya boleh lah dipisah, nah ini kan gak ada indikasi medis. Kalau alasannya Covid-19, ya ibunya kan gak Covid-19 dan saat itu juga diswab dia. Jadi gak ada fasilitas rooming in. Dan itu gak dikasih tau kepada buk Siti," imbuhnya.

Tak berhenti di situ, Siti akhirnya pulang ke rumah pada Rabu (20/7/2022). Saat itu, gelang atau tanda nama pada bayi tersebut berbeda atau tertukar.

Kelima perawat dan bidan itu akhirnya datang ke rumah Ibu Siti Maulia. Mereka meminta gelang bayi yang tertukar. Ibu Siti bahkan sempat menanyakan apakah bayi tersebut ikut tertukar.

Namun, para perawat dan bidan itu bilang yang tertukar hanya gelang saja. Pra perawat dan bidan akhirnya mengakui kelalaian setelah ada hasil tes DNA pertama dari Ibu Siti.

"Ibu Siti lahiran Senin, sedangkan Ibu D lahiran Selasa, jadi ketukernya di Rabu pagi sebelum pulang. Berarti kedua-duanya ini dipisah, bukan digabung atau di ruangan ibu dan bayi yang sama. Ketukernya Rabu pagi pas dimandiin itu, kan dikasih lagi ke ibunya, nah pas dikasih itu udah ketuker," jelas Rusdy.

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/01/054858678/korban-bayi-tertukar-tuntut-pertanggungjawaban-korporasi-rs-sentosa

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com