Salin Artikel

Pimpin Rapim, Bey Machmudin Bahas Penanganan Kebakaran TPA Sarimukti

BANDUNG, KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudi memimpin rapat pimpinan di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (7/9/2023). Pada rapat ini salah satu fokus utama yang dibahas terkait penanganan kebakaran TPA Sarimukti dan sampah.

Diketahui, kebakaran TPA Sarimukti sudah berlangsung lebih dari dua pekan. Api pertama kali muncul pada Sabtu (19/8/2023) sekitar pukul 20.00 WIB. Hingga kini api belum padam dan asap masih mengepul di sejumlah titik.

"Fokus jangka pendek tentang Sarimukti. Api sudah padam 50 persen," ujarnya kepada awak media di Gedung Sate, Kamis (7/9/2023).

Selain soal kebakaran, penanganan TPA Sarimukti juga menjadi utama yang harus segera diselesaikan. Pasalnya, tempat pembuangan sampah darurat di sekitar TPA Sarimukti hampir penuh.

Dia mengungkapkan, pemerintah akan membuka lahan baru untuk penampungan sampah di Bandung Raya. Namun demikian, pihaknya masih menunggu hasil kajian yang dilakukan bersama akademisi ITB.

"Sedang menunggu assesmen ITB, dalam dua hari ini sudah ada assesmen ITB, sudah disetujui akan dibuka lahan baru," kata Bey.

Menurutnya persoalan sampah yang ada di Bandung Raya jangan hanya mengandalkan Pemprov Jabar. Tetapi diperlukan kerja kolektif dari masyarakat, pemerintah dan pihak lainnya sehingga pengelolaan sampah bisa optimal.

"Sebetulnya sudah ada kerjasama dengan daerah-daerah itu untuk mengurangi sampahnya. Sampah ini tidak hanya provinsi, harus dengan kota dan kabupaten, dan tentunya masyarakat juga," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar, Prima Mayaningtyas menyebutkan, saat ini kobaran api permukaan di TPA Sarimukti sudah tidak terlihat lagi. Namun masih terdapat bara yang masih menyala di bawah tumpukan sampah dengan ketebalan 50 meter.

"Api masih ada di zona 2, 3 dan 4. Dari atas kelihatan padam tapi dari bawah ketebalan sampah 50 meter itu masih ada (bara)," katanya.

Dibantu TNI, upaya pemadaman kebakaran TPA Sarimukti dilakukan dengan cara menimbun tanah di sejumlah titik api.

"Dengan TNI kita sudah kerahkan beberapa truk ngambil sedimen yang ada di Citarum untuk menutup sampah itu. Supaya gasnya itu bisa tertahan," ucap Prima.

Dia menambahkan, tempat pembuangan sampah darurat seluas 0,6 hektar yang bisa menampung sampah Bandung Raya sebanyak 8.600 ton di sekitar TPA Sarimukti saat ini kondisinya hampir penuh.

"Kita sudah membagi kuotanya, tapi Cimahi sudah kehabisan kuota. Nah hari ini kalau saya mau buka yang di dalam itu secara teknis aman, jadi jangan karena kita pengen buka tapi tidak aman," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/08/104533078/pimpin-rapim-bey-machmudin-bahas-penanganan-kebakaran-tpa-sarimukti

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com