Salin Artikel

Warga Sebut Kerap Terjadi Kecelakaan Diduga akibat Kabel Menjuntai di TKP Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Masih terlihat jejak polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi pengendara sepeda motor yang tewas diduga akibat kabel fiber optik menjuntai pada Senin (11/9/2023).

Kecelakaan itu terjadi pada Sabtu (9/9/2023) di Jalan Mohammad Toha, Kampung Palasari, Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Pantauan di lapangan, cat semprot putih yang menandakan posisi lokasi korban Yudi terjatuh masih bisa dilihat.

Sementara, di seberang kiri TKP, terlihat petugas yang sedang memperbaiki kabel-kabel yang tidak rapi.

Warga mengatakan, kerap terjadi kecelakan diduga akibat kabel yang menjuntai.

Kabel tak beraturan terlihat menumpuk di tiang listrik. Beberapa di antaranya telah dipotong.

Di Jalur Mohammad Toha, terdapat kabel yang menjuntai ke bawah dan tampak semrawut. Sedangkan kabel yang melintasi jalan raya sudah nampak rapi.

Johana (39), salah seorang pedagang di lokasi tersebut, mengatakan, kerap terjadi kecelakaan yang melibatkan pengendara sepeda motor diduga akibat kabel optik yang menjuntai.

Dia pun mengatakan, sebelum terjadi kecelakaan yang menewaskan Yudi, terlebih dahulu ada truk kontainer tersangkut kabel saat melintas di sekitar TKP.

"Akibatnya (kabel) jadi menggelayut ke bawah. Setelah itu terdapat sepeda motor yang dikendarai korban melintas," ujar Johana saat ditemui di sekitar lokasi kejadian.

"Sepertinya korban terjatuh akibat tersangkut kabel, kalau tidak tersangkut, mungkin melakukan rem mendadak karena ada kabel dan terjatuh," sambung dia.

Sementara Jujun Hidayah (42), salah seorang warga yang melihat kejadian, mengatakan, lokasi korban terjatuh tak jauh dari kabel yang melintang.

Selain itu, kata Jujun, kejadiannya pukul 05.00 WIB, saat itu jalan masih sepi.

Jujun mengaku, usai kejadian tersebut, dia bersama warga lain langsung merapikan kabel yang melintang di jalan.

"Kita ke pinggirkan itu kabelnya," jelas dia.

Tak hanya itu, Jujun menyebutkan, saat malam hari di lokasi tersebut tak ada penerangan lantaran Penerangan Jalan Umum (PJU) sudah lama mati.

"Selain itu, gelap karena lampu penerangannya mati, jadi mungkin menyulitkan para pengendara juga. Harapan kami sebagai warga ya ditambah penerangannya," kata dia.

Ia berharap instansi terkait sering memeriksa kabel yang kerap menjuntai ke bawah dan semrawut.

Hal serupa juga dikeluhkan Yahya (48), ia menyoroti banyaknya kabel yang semrawut di dekat TKP.

Yahya menegaskan, di sekitar TKP masih terdapat kabel yang menggelayut ke bawah, tetapi tak melintang di Jalan Raya, hanya di sisi jalan.

"Kalau di bilang khawatir ya jelas, terus ya masih banyak cuma di pinggir, bukan di Jalan Raya, tapi tetap saja membahayakan," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/11/142517978/warga-sebut-kerap-terjadi-kecelakaan-diduga-akibat-kabel-menjuntai-di-tkp

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com