Salin Artikel

Cerita Warga Bandung Ikut Uji Coba Kereta Cepat Gratis

BANDUNG, KOMPAS.com - Ahmad Bisri (46), warga Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sejak pagi sudah bersiap-siap untuk mencoba Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), Minggu (17/9/2023).

Dia bersama sang istri berangkat dari rumahnya menuju Stasiun Tegalluar di Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung menggunakan kereta lokal dari Stasiun Padalarang, KBB sekitar pukul 06.00 WIB.

"Naik dari Padalarang turun di Gedebage, terus lanjut pakai taksi online sampe ke sini (Tegalluar)," ujar Ahmad saat ditemui, Minggu (17/9/2023).

Dia mengaku penasaran dengan moda transportasi kereta cepat yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini. Rasa penasaran ini semakin menggebu, setelah mengetahui KCJB membuka uji coba untuk masyarakat umum secara gratis.

Ahmad pun mulai mencari informasi bagaimana cara mendaftar untuk bisa ikut uji coba tersebut. Usai mengetahui caranya, dia bergegas mencoba mendaftar melalui laman http://ayonaik.kcic.co.id/.

Pada percobaan pertama, dia sempat pesimis lantaran laman pendaftaran tiba-tiba tidak bisa dibuka. Namun, dia tetap berusaha hingga pada percobaan kedua dia berhasil mendapatkan tiket meskipun cukup memakan waktu.

"Saya pesan tiketnya online, saya pesan tadi malam. Sempet down juga websitenya. Pas dua kali coba baru dapat," ucap Ahmad.

Perjuangan Ahmad pun belum berhenti disitu, di Stasiun Tegalluar dia bersama sang istri harus antre di meja verifikasi peserta uji coba. Panjangnya antrean, dilaluinya dengan sabar karena akan menjajal KCJB.

Setelah melalui antrean yang cukup melelahkan, Ahmad bersama sang istri kemudian memilih tempat duduk. Menurutnya, fasilitas tempat duduk di KCJB cukup bagus dan nyaman.

Di stasiun Tegalluar, KCJB berangkat sekitar pukul 08.59 WIB. Kereta ini sempat berhenti sebentar di Stasiun Padalarang pukul 09.13 WIB sebelum meneruskan tujuannya ke Stasiun Halim di Jakarta Timur.

Selama perjalanan, Ahmad tak henti-hentinya melihat indahnya pemandangan dari dalam KCJB. Tak terasa akhirnya sampai di Stasiun Halim sekitar pukul 09.42 WIB.

Sesampainya di Stasiun Halim, dia dan ratusan penumpang lainnya diberikan waktu sekitar 30 menit untuk berkeliling dan beristirahat di area stasiun tersebut, sebelum kembali berangkat menuju Bandung.

KCJB berangkat kembali dari Stasiun Halim menuju Stasiun Tegalluar sekitar pukul 10.29 WIB. Setelah sampai kembali di Bandung sekitar pukul 11.15 WIB, Ahmad mengaku sangat senang bisa mencoba KCJB meski hanya sebentar.

Menurutnya, KCJB merupakan salah satu moda transportasi publik saat ini yang sangat keren. Disamping teknologinya yang canggih, perjalanan memakai kereta ini juga sangat cepat bahkan tidak merasakan guncangan saat melaju pada kecepatan maksimalnya sekitar 350 km/jam.

"Senang sih ini, keren karena teknologi dari Bandung-Jakarta perjalanan mungkin 40 menitan. Terus jalannya juga smooth (mulus) keretanya juga keren," pungkas Ahmad.

Lebih lanjut, diakuinya pengalaman ikut uji coba ini sangat luar biasa. Dia berharap, bisa kembali merasakan sensasi menaiki KCJB di kemudian hari bersama keluarga.

Sementara itu, Elis, warga sekitar Tegalluar mengaku sempat deg-degan saat kereta ini pertama kali berjalan dengan kecepatan tinggi. Tetapi, lambat laun dia mulai merasa nyaman karena tidak merasakan getaran selama perjalanan.

"Kayak naik lift tapi ini lebih cepat jalannya," ucapnya.

Dari segi fasilitas, dia menyebutkan KCJB sangat bagus dan nyaman. Bahkan, anak-anak pun senang saat ikut uji coba ini. Namun, dia berharap ada kursi khusus untuk anak kecil.

"Anak juga tadi pas di dalam juga senang. Mudah-mudahan kedepannya ada kursi buat anak kecil," kata Elis.

Diketahui, kegiatan uji coba KCJB tidak berbayar bersama penumpang ini akan dilakukan hingga 30 September 2023 dengan kuota 500 tempat duduk untuk setiap perjalanan kereta cepat.

Selama masa uji coba KCJB untuk masyarakat umum berlangsung, KCIC menyediakan 4 jadwal perjalanan pulang pergi (PP) setiap harinya.

Dengan demikian, total terdapat 8 perjalanan kereta api yang beroperasi setiap harinya selama masa uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung.

Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa menerangkan, kegiatan uji coba operasional ini memberikan kesempatan pada masyarakat untuk merasakan pengalaman menggunakan kereta api dengan kecepatan tinggi hingga 350 kilometer per jam.

"KCIC membuka pendaftaran uji coba operasional kereta api cepat (KA Cepat) tidak berbayar untuk masyarakat umum," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/9/2023).

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/17/152514578/cerita-warga-bandung-ikut-uji-coba-kereta-cepat-gratis

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com