Salin Artikel

Cerita Seniman Tradisi Badud Pangandaran, Pernah Dicemooh dan Dibayar Alakadarnya

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Seni tradisional Badud berasal dari Dusun Margajaya, Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Saat ini, seni tradisional Badud dijalankan oleh generasi kedelapan.

"Seni Badud hanya lahir di Margajaya. Jadi memang kami asli, bukan jiplakan," kata Yaya, salah seorang seniman Badud saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (20/9/2023).

Seni Badud mulai diciptakan tahun 1868 atas dasar keinginan masyarakat yang merasa bosan dan takut pada binatang buas ketika musim panen tiba. Maka dibuat alat yang disebut dogdog, terbuat dari bambu yang dijadikan alat musik pengiring kesenian badud.

Dalam penampilannya, pemain mengenakan atribut topeng binatang yang berwujud kera, lutung, dan harimau

Yaya sudah puluhan tahun menekuni seni tradisional Badud. Selama itu pula, Yaya sudah mengenyam suka duka dalam menjaga seni ini agar tidak punah.

Disebut seni memalukan

"Dulu sebelum Pangandaran mekar (dari Kabupaten Ciamis), memang seni badud identik seni memalukan. Orang-orang ingin melihat (pertunjukan) ke yang modern, seperti (pentas musik) dangdut," kata Yaya yang juga merupakan kepala dusun Margajaya ini.

Bahkan, ada rekannya sesama pemain seni badud yang minta berhenti. Dia tidak mau ikut saat diajak pentas seni badud.

"Malah ada yang sudah jalan (latihan bersama) minta berhenti. Saat itu pernah mau mentas, anggota diberi kabar, namun satu persatu tidak mau. Mereka berhenti," kenang Yaya.

Saat itu, anggota yang bertahan hanya tiga orang.

"Saya sampai nangis. Besok mau pentas, yang lain pada enggak mau. Karena katanya malu (main badud)," katanya.

Yaya bertekad kuat bahwa seni tradisional ini harus dipertahankan. Seni badud, kata dia, sudah turun temurun.

"Kami tak mau (seni ini) hilang begitu saja. Salah satu budaya kami yang hanya satu-satunya di Pangandaran. Seni yang lahir dari dusun kami," tegas dia.

Tantangan saat ini

Jika dulu terkendala anggota yang tidak mau bermain Badud, kini kendalanya dari kesejahteraan anggota. Yaya mengatakan, seni tradisional Badud memang biasa dipentaskan dalam acara-acara besar, tetapi pemasukan tak sesuai.

"Namun dibayar minim. Alakadarnya," kata Yaya.

Diakuinya, kendala yang dihadapi para seniman badud saat ini adalah sisi finansial. Para seniman badud, lanjut dia, berasal dari orang menengah ke bawah.

"Tumpuan penghasilannya hanya dari itu (seni badud)," ungkapnya.

Dia tidak menampik, seni tradisional badud selalu diikutsertakan dalam setiap acara di Pangandaran. Tak pernah absen.

"Kami selalu nomor satu saat ada event. Tidak pernah tak dilibatkan," ujar Yaya.

Namun, lanjut dia, hal ini berbanding terbalik dengan kesejahteraan para seniman badud. Pernah pada satu even, kata Yaya, ia membawa 24 anggota.

"Namun hanya dibayar Rp 1,5 juta seharian, itupun untuk dibagi dengan 24 anggota," keluh Yaya.

Kalau fasilitas, tambah dia, seniman badud memang dimanjakan. Difasilitasi kendaraan, dan makan yang bagus.

"Di sisi lain kami kadang-kadang berhitung penghasilan, kerja sehari dapat berapa," kata dia.

Seni tradisional Badud memang menjadi kebanggan Pangandaran, tapi tidak dibarengi dengan kesejahteraan para senimannya.

Yaya mengaku prihatin, khususnya kepada para anggotanya yang sama-sama berjuang melestarikan seni tradisional Badud.

"Dari finansial memprihatinkan. Tidak sepantasnya seni yang hanya ada satu ini, tapi dibayar alakadarnya," tegasnya.

Disinggung ihwal regenerasi, Yaya menjelaskan, regenerasi pemain badud tidak sulit. Bahkan, anggotanya ada yang anak-anak.

"Selain bapak-bapak, ada anak-anak juga. Perempuan juga ada," kata dia.

Para anggotanya sangat antusias ikut kesenian ini. Bahkan saat mau tampil, Yaya harus membatasi jumlah anggota saking banyak yang mau tampil.

"Yang lain masih mau ikut. Soalnya itu jadi kebanggaan tersendiri," tegas dia.

Bantuan pemerintah dan media sosial

Sementara itu, para seniman Badud merasa bantuan dari pemerintah belum memadai. Dulu pernah diberikan pemerintah saat pandemi Covid-19.

"Ada bantuan sembako," kata Yaya.

Dia berharap, pemerintah baik pusat maupun daerah secara intens mengadakan acara yang melibatkan seni tradisional Badud. Saat ini, pentas seni tradisional Badud digelar saat ada acara-acara tertentu.

"Inginnya rutin digelar," harap Yaya.

Selain bantuan dari pemerintah, Yaya juga berusaha mempromosikan seni tradisional badud di media sosial. Bahkan dia mempunyai chanel Youtub yang bernama Badud Margacinta.

"Youtube sudah ada, tapi tidak secara intens meng-upload video kegiatan. Hanya sebatas kalau ingat, baru upload," katanya.

Kata dinas pariwisata

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Tonton Guntari mengatakan, pada prinsipnya para seniman badud selalu ditampilkan saat ada kegiatan resmi pemda. Selain itu, dalam even-even lainnya.

"Mereka selalu diundang dalam acara pemerintah. Sering tampil juga di luar acara pemda. Mereka juga tampil kalau ada pawai-pawai," kata Tonton.

Pihaknya juga membantu mempromosikan seni tradisional Badud di medsos Disparbud. Selain itu, dipromosikan di pusat informasi turis di Pangandaran.

"Kami bantu promosi," jelasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/20/224542378/cerita-seniman-tradisi-badud-pangandaran-pernah-dicemooh-dan-dibayar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke