Salin Artikel

Seniman Pangandaran Berjuang Kenalkan Gondang Buhun di Tengah Kemajuan Zaman

Kesenian ini masih eksis hingga sekarang berkat kelompok peduli kebudayaan tradisional di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Kelompok peduli kebudayaan ini menamakan diri Ngancik.

Sejumlah seniman yang tergabung dalam Ngancik ini bertekad kuat untuk melestarikan warisan kearifan budaya.

Kelompok Ngancik ini bekerja sama dengan pemerintahan desa, kecamatan, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran untuk menggali potensi kearifan budaya lewat seni tradisional Gondang Buhun.

Upaya yang dilakukan untuk melestarikan, Gondang Buhun biasanya ditampilkan pada acara hajatan di Hari Jadi Desa Cikalong.

Selain itu, saat peresmian Panggung Budaya Giri Samboja, ada acara sakral yang biasa dilaksanakan pada acara hajatan masyarakat Desa Cikalong.

Acara tersebut di antaranya, Mit-amitan dan Manurun.

"Semua ada kawih-nya. Manurun, Mit-amitan di-kawih-kan, dan dipirig (diiringi) lisung buhun, gondang buhun," kata seniman Gondang Buhun, Darman, saat ditemui, Kamis (21/9/2023).

Alat yang dipakai dalam seni tradisional Gondang Buhun ini yakni lesung dan halu. Cara main kesenian ini, lesung dipukul pakai halu.

"Masing-masing seniman gondang punya fungsinya masing-masing di antaranya gejog, tirir, singgul, toel," jelas Darman.

Gondang Buhun dimainkan oleh delapan orang dan seorang sesepuh.


Jadi seniman hanya sampingan

Para seniman tradisi Gondang Buhun, merupakan petani. Mereka hanya kerja sampingan saja dala. menggeluti seni tradisional ini.

Menurut Darman, profesi sebagai seniman gondang buhun belum bisa dijadikan sebagai mata pencarian.

"Untuk saat ini belum," katanya.

Saat pandemi Covid-19, para seniman Gondang Buhun bahkan tidak merasa terganggu. Hal ini, karena profesi utama mereka adalah petani.

"Pelaku seni adalah seorang petani," ujar Darman.

Kemajuan zaman jadi tantangan

Lebih lanjut, dia menyebutkan kemajuan zaman menjadi tantangan dalam melestarikan seni tradisional Gondang Buhun.

Saat ini, banyak masyarakat yang lebih menonton pementasan modern.

"Upaya pelestarian budaya harus menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah," kata Darman.

Dia mengakui, memiliki rasa khawatir seni tradisional ini bakal hilang atau ditinggalkan generasi ke depan.

Namun demikian, Darman dan rekan-rekannya tidak tinggal diam. Kelompok peduli budaya ini terus berupaya memperkenalkan kepada generasi milenial agar kebudayaan ini tidak punah.

Selain itu, mereka juga memanfaatkan media sosial untuk mengenalkan dan mempromosikan seni tradisional Gondang Buhun. Salah satu medsos yang dibuat adalah di Instagram dengan nama akun desa.wisata.budaya_cikalong.

"Rasa memiliki budaya yang membuat kami bertekad melestarikan seni budaya ini," ujarnya.


Dukungan pemerintah

Menurut Darman, pemerintah daerah sudah mendukung upaya-upaya pelestarian Gondang Buhun.

Dinas terkait, kata dia, sudah berkolaborasi dengan kelompok peduli budaya untuk menggali potensi kesenian ini.

Pemda biasanya mengundang dalam Festival Tampaling, lomba layang-layang, dan perayaan hari jadi daerah.

Pemerintah juga menyediakan tempat pagelaran berupa panggung budaya.

"Di Desa Cikalong ada panggung budaya Giri Samboja. Fasilitasnya, panggung pagelaran budaya, leuit atau tempat penyimpanan padi, saung lisung, mushola," jelasnya.

Cerita singkat lahirnya Gondang Buhun

Gondang Buhun berawal dari kisah kehidupan keluarga petani.

"Versi Cikalong (Pangandaran), nama keluarga itu Jaka Tarum dan Nawang Wulan," kata Darman.

Suatu hari, Nawang Wulan menitipkan penanak nasi kepada Jaka Tarum. Ia berpesan kepada Jaka Tarum untuk jangan sekali-kali membuka penanak nasi tanpa sepengetahuannya.

Namun, Jaka Tarum penasaran ingin membuka penanak padi tersebut. Kemudian ia membukanya dan terjadi malapetaka.

"Padi tersebut tidak jadi nasi," kata dia.

Nawang Wulan marah karena pesannya dilanggar. Dia menuntut Jaka Tarum membuat alat untuk menumbuk padi yang harus selesai dalam waktu satu malam.

Karena Jaka Tarum orang sakti, maka selesailah alat penumbukannya yang disebut halu.

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/21/113913278/seniman-pangandaran-berjuang-kenalkan-gondang-buhun-di-tengah-kemajuan-zaman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke