Salin Artikel

Cerita Warga Bandung "War" Tiket Uji Coba Kereta Cepat Jakarta Bandung, Berburu Sejak Malam

BANDUNG, KOMPAS.com - Antusias warga Bandung Raya untuk mencoba Kereta Cepat Bandung-Jakarta (KCJB) secara gratis, hingga hari ini masih tinggi.

Hal itu terbukti dari tingginya minat masyarakat untuk berburu tiket online.

Saat ini uji coba KJCB dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, dari 18 September hingga 24 September dan tahap kedua 25 September sampai 30 September. 

Meski peminatnya terbilang tinggi, tak sedikit masyarakat yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan tiket, lantaran kuota yang terbatas dan cepat terisi. 

Guna mencoba KJCB, tak sedikit warga yang terpaksa 'war ticket' hingga tengah malam untuk bisa memenuhi kuota dan mendapatkan kesempatan berkunjung ke Stasiun Halim Jakarta menggunakan kereta cepat.

Azkiyya Syifa (26) warga Kota Bandung membenarkan dirinya harus bekerja ekstra untuk menjajaki kereta cepat.

Pasalnya, pada masa uji coba tahap pertama, pendaftaran dibuka tengah malam dan pagi hari kuota sudah terisi sebanyak 98 persen.

"Saya sudah berkali-kali daftar di web http://ayonaik.kcic.co.id/dari kemarin tapi masih saja sulit, mungkin kuotanya sudah penuh," katanya saat dihubungi, Kamis (21/9/2023).

Ia mengaku penasaran dengan fasilitas dan kecepatan dari kereta cepat. Rencananya, Syifa akan menjajal kereta cepat dengan keluarganya. 

"Pasti nanti di tahap kedua, yang pendaftarannya tanggal 24 September, saya akan mencoba lagi. Kalau nanti war tiketnya, akan mulai tengah malam saat dibuka," jelasnya.

Syifa menurutkan, rasa penasarannya terhadap kereta cepat juga terdorong dari postingan beberapa akun di sosial media, terutama TikTok dan Instagram.

Menurutnya, proses mendapatkan tiket kereta cepat saat ini cukup menyulitkan. Pasalnya, yang mengerti dunia online hanya kalangan muda, sedangkan yang ingin menjajal kereta cepat juga terdapat masyarakat yang sudah lanjut usia.

Ia membayangkan, adanya kemudahan untuk mendapatkan kereta cepat.

"Kalau ditanya war tiket melelahkan iya, makanya harapan saya mendapatkan tiket uji coba kereta cepat ini sama mudahnya dengan mendapatkan tiket kereta lokal," tutur Syifa.

Hal serupa juga disampaikan oleh Eneng (30) warga Kecamatan Cileunyi,  Kabupaten Bandung. Hingga kini, ia masih belum berkesempatan untuk menjajaki kereta cepat.

Eneng mengaku masih kesulitan untuk melakukan 'war tiket' dengan konsumen yang juga memiliki niat yang sama. 

"Sudah mencoba entah berapa kali, susah daftarnya katanya sih penuh. Tapi katanya akan ada tahap dua, mungkin nanti akan war tiket dari pertama dibuka, meski harus daftar tengah malam," beber dia.

Pada uji coba tahap pertama, Eneng sudah mencoba mendaftarkan dirinya beserta anggota keluarganya di website KCJB pada tengah malam.

Namun sayang, upayanya itu terbilang sia-sia, lantaran hingga pagi hari konsumen yang ingin menjajal kereta cepat sudah penuh.

"Aku sudah coba war tiket, tapi enggak dapet aja, semoga yang kedua dapet. Mumpung sekarang gratis, nanti mah biayanya mahal," beber Eneng.

Sementara Elly Sriwidarti (54) warga Kota Bandung mengaku kesulitan mendapatkan tiket  gratis uji coba kereta cepat.

Ia kesulitan mendaftar onlilne dan memahami langkah-langkah pendaftaran. 

"Saya sudah tua, sekarang harus online susah juga mengaksesnya, ngandelin anak-anak di rumah pada sibuk," tuturnya.

Elly berharap, uji coba kereta cepat juga ramah terhadap masyarakat yang seusianya.

"Harapannya, kita juga bisa kebagian menjajal, kan belum tentu kalau nanti pas sudah bayar kita bisa coba," ujar Elly.

GM Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa menuturkan, uji coba kereta cepat melayani masyarakat umum. Saat ini uji coba tersebut dibagi menjadi dua tahap.

"Tahap pertama mulai tanggal 18 sampai 24 September," ujar dia beberapa hari lalu.

Di tahap pertama, menurut Eva, baru dibuka pendaftaran hari pertama, di hari itu sudah hampir terpenuhi. Jadi wajar banyak warga yang mengaku sulit mendaftar karena antusiasnya sangat tinggi.

"Untuk perjalanan 25 sampai dengan 30 September, baru akan kami buka kembali pendaftaran di tanggal 24 September nanti," ucapnya.

Dalam sehari, kata dia, kuota uji coba gratis KCJB melayani 2.000 penumpang. 

"1.000 penumpang untuk perjalanan dari Bandung yakni dari Stasiun Tegalluar menuju Stasiun Halim Jakarta, dan 1.000 penumpang lagi dari Jakarta yakni Stasiun Halim menuju Bandung, Stasiun Tegalluar," bebernya. 

Hingga kini, lanjut Eva, kesempatan bagi warga yang ingin mencoba sensasi naik KCJB secara gratis, masih terbuka di tahap ke dua.

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/21/184844278/cerita-warga-bandung-war-tiket-uji-coba-kereta-cepat-jakarta-bandung-berburu

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com