Salin Artikel

10 Tempat Bersejarah di Bandung dan Cerita Menarik di Baliknya

KOMPAS.com - Kota Bandung menyimpan jejak sejarah yang sudah ada sejak zaman kolonial hingga pasca kemerdekaan.

Hal ini bisa diamati pada berbagai tempat bersejarah di Bandung yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya.

Tak hanya berbentuk bangunan, ada pula tempat bersejarah yang berbentuk monumen dan lain sebagainya.

Hal ini tentunya menyimpan potensi wisata, terutama wisata sejarah dan wisata edukasi yang akan menarik banyak wisatawan ketika musim liburan tiba.

Berikut adalah beberapa tempat bersejarah di Bandung yang dapat anda kunjungi, serta sedikit cerita yang tersimpan di baliknya.

1. Gedung Sate

Gedung Sate adalah salah satu bangunan ikonik di Kota Bandung, yang saat ini difungsikan sebagai Kantor Gubernur Jawa Barat.

Bangunan Gedung Sate dengan bentuk puncak atap yang khas ini beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 22, Kota Bandung,

Dilansir dari laman bandung.go.id, Gedung Sate dibangun pada tahun 1920-1924 oleh pemerintah Hindia Belanda.

Bangunan ini dirancang oleh tim arsitektur yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks, serta Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh V.L. Sloors.

Dirancang sebagai satu komplek perkantoran untuk instansi pemerintah (Gouvernements Bedrijven/GB), pembangunannya merupakan bagian dari program pemindahan pusat militer pemerintah Hindia Belanda dari Meester Cornelis ke wilayah Bandung.

Ciri khas puncak atap Gedung Sate ternyata bukanlah ornamen yang melambangkan tusuk sate.

Bentuk tiang dengan enam bulatan sebenarnya melambangkan 6 juta Gulden yaitu biaya yang digunakan untuk membangun gedung ini.

Gedung Merdeka adalah gedung bersejarah di Kota Bandung yang pernah digunakan sebagai lokasi dihelatnya Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika di tahun 1955.

Lokasi Gedung Merdeka berada di jalan Asia-Afrika nomor 65, Braga, Kecamatan Sumur, Bandung.

Dilansir dari laman bandung.go.id, bangunan ini dirancang oleh dua arsitek Belanda, oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker pada tahun 1926.

Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng) yang merupakan cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pada masa pendudukan Jepang, gedung sempat difungsikansebagai pusat kebudayaan dengan nama Dai Toa Kaman.

Saat ini Gedung Merdeka digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika di tahun 1955.

Gedung Indonesia Menggugat (GIM) adalah gedung bersejarah di Kota Bandung yang menjadi tempat Ir.Soekarno membacakan pledoi berjudul Indonesia Menggugat saat di sidangkan di Landraad Bandung, pada tahun 1930.

Lokasi Gedung Indonesia Menggugat (GIM) berada di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 5, Bandung.

Dilansir dari tribunnews wiki.com, bangunan ini didirikan pada tahun 1907 yang awalnya digunakan sebagai tempat tinggal warga Belanda.

Selanjutnya, pada tahun 1917 bangnan ini difungsikan sebagai Pengadilan Pemerintahan Kolonial Belanda.

Pada tahun 1930 terjadi peristiwa sejarah di mana tokoh pejuang kemerdekaan seperti Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Sastromolejono, dan Sartono diadili di tempat ini.

Di momen inilah Ir.Soekarno membacakan pledoinya yang berjudul Indonesia Menggugat sebagai bentuk perlawanan yang isinya berhasil membuat gempar Belanda.

Gedung Isola adalah gedung bersejarah di Kota Bandung yang memiliki arsitektur khas dan unik.

Lokasi Gedung Isola berada di Jalan Setiabudi No. 244, Bandung.

Dilansir dari laman bandung.go.id, bangunan yang dulu bernama Villa Isola dirancang oleh D.W. Beretty dengan menggunakan arsitek yaitu C.P.Wolff Schoemaker.

C.P.Wolff Schoemaker merancang Villa Isola pada tahun 1932,sementara pembangunannya berlangsung dari bulan Oktober 1932 dan selesai di bulan Maret 1933.

Villa Isola diresmikan 8 bulan kemudian yaitu pada 17 Desember 1933 dan sempat difungsikan sebagai tempat tinggal dan kantor komandan divisi tentara Hindia Belanda yang menguasai Kota Bandung.

Namun pada masa pendudukan Jepang, Villa isola digunakan sebagai markas tentara dan tempat penyimpanan peralatan perang tentara Belanda yang disita oleh Jepang.

Museum Pos Indonesia masih berada di kawasan Gedung Sate, di Jalan Cilaki No.73, Bandung.

Berdiri pada tepatnya pada tahun 1933, semula museum ini diberi nama Posten Telegraf Kantoor atau Kantor Pos Telegraf dan Telepon (PTT).

Museum Pos Indonesia menyimpan berbagai koleksi tentang perkembangan pos di Indonesia.

Selain ada perangko pertama yang diluncurkan di Indonesia, ada juga koleksi timbangan surat, koleksi surat tua, koleksi lukisan yang menggambarkan sejarah Pos Indonesia, dan masih banyak lagi.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah museum yang berada bawah naungan Kodam III/Siliwangi, TNI Angkatan Darat.

Lokasinya berada di Jalan Lembong No.38, Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini diresmikan pada tanggal 23 Mei 1966 oleh Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi ke-8, Kolonel Inf. Ibrahim Adjie.

Nama museum Mandala Wangsit bermakna sebagai tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat.

Sementara nama Siliwangi merupakan nama Komando Daerah Militer TNI-AD di Jawa Barat dan Banten yang diambil dari nama Raja Kerajaan Sunda.

Koleksi di dalam museum ini menggambarkan perjalanan perjuangan Divisi Siliwangi dan Rakyat Jawa Barat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hotel Savoy Homann adalah salah satu Bangunan Cagar Budaya yang menjadi saksi sejarah perkembangan Kota Bandung.

Dilansir dari laman bandung.go.id, hotel ini dibangun dan dimiliki oleh seorang warga negara Jerman yang bernama A. Homann.

Hotel Savoy Homann yang dibangun pada tahun 1880 semula bernama Hotel Pos Road.

Hotel Savoy Homann sempat difungsikan sebagai wisma Jepang (1942-1945) dan wisma PMI (1945-1948). Baru pada tahun 1949 fungsinya dikembalikan sebagai hotel seperti semula.

Momen bersejarah terjadi saat dilaksanakannya Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.

Hotel Savoy Homann saat itu digunakan sebagai tempat menginap para kepala negara seperti Gamal Abdul Nasser, Chuo En Lai, Jawaharlal Nehru, Soekarno, Sir John Kotelawala dan lain-lain.

Saat itu, Hotel Savoy Homann dikelola oleh Fr. J. van Es yang juga pernah mengelola Hotel Des Indes di Jakarta.

Monumen Bandung Lautan Api adalah monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa pembumihangusan Kota Bandung pada 23 Maret 1946.

Peristiwa tersebut merupakan bentuk perjuangan melawan Agresi Militer Belanda II di mana rakyat dan para pejuang Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.

Bentuk monumen yang memiliki tinggi 45 meter adalah tiga buah bambu yang menggambarkan alat yang menjadi penyulut kobaran api saat itu.

Lokasi Monumen Bandung Lautan Api berada di Lapangan Tegallega, di Jalan BKR, Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat adalah monumen yang dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Jawa Barat dalam melawan penjajahan.

Lokasi Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat berada di Jalan Dipati Ukur No. 48, Kota Bandung, atau berhadapan dengan Gedung Sate.

Di lokasi ini terdapat diorama untuk mengenang 7 perjuangan rakyat Jawa Barat mulai dari masa kerajaan, masa pergerakan, masa kemerdekaan, dan masa mempertahankan kemerdekaan.

Ketujuh diorama di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat tersebut yaitu:

Museum adalah yang menyimpan peninggalan-peninggalan berupa benda bersejarah dan benda antik yang bernilai seni tinggi dari Jawa Barat.

Museum ini didirikan tahun 1974 dan diresmikan pada 1980 dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Barat.

Baru pada tahun 1990, museum ini berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga.

Nama Sri Baduga diambil dari nama seorang Raja Agung Kerajaan Sunda yang beragama Hindu di Jawa Barat.

Keunikan arsitektur museum ini ada pada bentuk bangunannya yang menyerupai umah panggung dan suhunan panjang yang menggambarkan rumah khas Jawa Barat.

Sumber:
bandung.go.id 
tribunnewswiki.com  
museum.kemdikbud.go.id  
etheses.uinsgd.ac.id  

https://bandung.kompas.com/read/2023/09/28/180606478/10-tempat-bersejarah-di-bandung-dan-cerita-menarik-di-baliknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke