Salin Artikel

2 Anak di Pamanukan Subang Terjangkit Difteri, Kadinkes: Harusnya KLB

SUBANG, KOMPAS.com - Dua anak berinisal MZ (9) dan BR (12) di Pamanukan, Kabupaten Subang terdiagnosa penyakit difteri.

MZ saat ini masih menjalani perawatan di RSHS Bandung, sementara BR dirawat di RSUD Ciereng.

Berkaitan dengan kasus difteri ini, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Subang Maxi mengatakan, seharusnya peristiwa ini sudah menjadi kejadian luar biasa (KLB).

"Karena ini menurut teori harusnya kejadian luar biasa. Kami sudah melakukan tracing setelah adanya laporan, kemarin didapatkan sebanyak 15 orang yang kontak erat," ujar Maxi saat memberikan keterangan kepada Tribunjabar.id, Jumat (6/10/2023).

Adanya kasus difteri di Subang, kata Maxi, mengingatkan akan Covid-19.

"Jadi kita seperti diingatkan kembali memori Covid-19. Kami sudah tracing kepada teman-teman sekolah dari anak ini. Nah tadi pagi kami sudah mengambil sample dari tenggorokan, untuk melihat mereka tertular atau tidak," sambungnya.

Dikatakan Maxi, Difteri adalah penyakit menular yang dapat disebarkan melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Gejalanya termasuk sakit tenggorokan dan masalah pernapasan.

Penyebab utama difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit.

"Penyakit ini dapat menyerang orang-orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Pengobatannya meliputi antibiotik dan antitoksin untuk mematikan bakteri. Salah satu langkah pencegahan difteri yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri,"katanya

Infeksi ini dapat menular melalui partikel di udara, benda pribadi, peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri.

"Selain penularan difteri juga bisa terjadi melalui air liur seseorang. Bahkan jika orang yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala difteri, mereka masih dapat menularkan bakteri hingga enam minggu setelah infeksi awal," ungkapnya.

Bakteri paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri melepaskan zat berbahaya yang disebut racun yang kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan lapisan abu-abu tebal.

"Lapisan ini umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara. Dalam beberapa kasus, racun ini juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal, sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa," ucapnya

Faktor risiko difteri dapat meningkat pada orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan, yaitu: Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah, Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS, Gaya hidup yang tidak sehat, Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.

"Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun, Tinggal di pemukiman padat penduduk, Bepergian ke daerah yang tinggi kasus penyakit ini,"katanya

Maxi mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi bersama dengan Dinkes Provinsi Jawa Barat, serta Kementerian Kesehatan, untuk membahas dengan kondisi saat ini perlu atau tidaknya menerapkan status KLB di kasus difteri ini.

"Kami di bawah panduan Dinkes Provinsi dan RS Hasan Sadikin sekarang masih menunggu hasil pemeriksaan dahak ini, dan berkonsultasi terus dengan Dinkes Provinsi dengan RS Hasan Sadikin dan Kementerian Kesehatan apakah akan ada pemberian ORI Outbreak Immunization Response namanya," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Dua Bocah di Pamanukan Subang Terjangkit Difteri, Dinkes Langsung Lakukan Tracing

https://bandung.kompas.com/read/2023/10/06/144443078/2-anak-di-pamanukan-subang-terjangkit-difteri-kadinkes-harusnya-klb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke