Salin Artikel

Tempat Pembuangan Sampah Liar Bermunculan di Kabupaten Bandung, Usaha Warga Terganggu

Pantauan di lapangan, di sepanjang Jalan Raya Gading Tutuka, terdapat dua titik TPS liar.

TPS liar pertama berada di seberang Gapura Kampung Cipe'er, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Sampah yang memanjang hingga 7 meter tersebut, berada tepat di pinggir jalan raya.

Rata-rata sampah tersebut didominasi oleh sampah anorganik dan sampah rumah tangga.

Sebagian sampah ada yang sudah dimasukan ke dalam kantor kresek, sementara yang lain dibiarkan bertumpuk tak beraturan.

Selain mengeluarkan bau tak sedap, sampah di TPS liar tersebut sudah hampir memakan jalan protokol.

TPS liar kedua berada tidak jauh dari titik TPS liar pertama. Hanya bertaut beberapa puluh meter saja.

Di sana, sebagian sampah ada yang dimasukan ke dalam kantong kresek plastik kemudian dimasukkan ke dalam karung beras. 

Kemudian bentuk TPS liar di titik kedua tidak memanjang, melainkan bertumpuk ke atas. Meski terlihat lebih tertata, tapi tetap saja TPS liar tersebut mengganggu aktivitas warga.

Sugih Yuandi (34) salah seorang warga Kampung Cipe'er mengatakan TPS liar yang bertumpuk dan memanjang tepat di sebrang pintu masuk ke Kampung itu bukan lah pemandangan baru.

Menurutnya, apabila terjadi keterlambatan pengangkutan sampah, lokasi tersebut kerap menjadi TPS liar.

Ia mengatakan, bukan hanya warga sekitaran Jalan Raya Gading Tutuka yang kerap membuang sampah di TPS liar itu, pelintas juga sering membuang sampah di sana.

"Memang pasti selalu ada TPS liar kaya gitu, sudah enggak aneh, yang buangnya juga bukan warga di sekitaran sini, tapi banyak warga yang lewat ikut buang makanya kondisinya kaya gini," kata Sugih ditemui, Selasa (10/10/2023).


Sugih membenarkan, terjadi keterlambatan pengangkutan sampah termasuk di Kampungnya.

Informasi yang didapatnya, setelah kebakaran di TPA Sarimukti, hinga kini menyebabkan sampah masih sulit di tangani. 

"Aduh berapa lamanya saya lupa, cuma memang agak lambat sekarang," ujar dia.

Sugih mengungkapkan di wilayahnya sebagain warga ada melakukan pembakaran untuk menangani keterlambatan pengangkutan.

"Sebagian mah dibakar, mungkin karena lama diangkut, terus sampahnya juga banyak kayanya jadi bertindak sendiri," kata Sugih.

Terkait TPS liar, ia mengaku cukup terganggu, pasalnya aroma tak sedap kerap menganggu warga, terutama saat pagi hari.

"Ya kalau ditanya terganggu ya jelas, ini aja baunya banget, pengennya mah segera ditangani," terangnya.

Hal serupa juga dirasakan Patra Zaenudin (29) salah seorang penjual makanan di sekitaran TPS liar.

Patra mengaku sangat terganggu dengan adanya TPS liar tersebut. Selain memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan.

Patra menilai adanya TPS liar membuat bisnis warung nasi yang dibangunnya sedikit terganggu.

"Saya buka dari pagi, kalau pagi tuh bau banget, orang yang mau beli sarapan ya pada enggak jadi," ungkapnya.


Tidak sedikit dari pelanggannya yang protes terkait TPS liar tersebut. Bahkan, Patra juga telah meminta pengurus setempat agar mengadukan soal TPS liar itu.

"Keganggu banget, pelanggan pada enggak ada, terus jam makan siang  biasanya pada makan di sini, sekarang milih di bungkus karena bau," ungkapnya.

Patra membenarkan jika beberapa pengendara yang melintas kerap membuang sampah di sana.

"Banyak atuh, yang lewat tahu-tahu lempar, sampahnya berserakan. Kalau yang warga sini kan kadang ditumpuk atau dirapihkan dimasukan ke kresek," kata dia.

Tidak hanya di Soreang, sepanjang Jalan Katapang menuju Soreang, TPS liar juga terlihat di beberapa titik.

Terdapat empat titik TPS liar di sepanjang Jalan Katapang-Soreang. Kondisi empat TPS liar tersebut tak jauh berbeda dengan TPS liar yang ada di Soreang.

Beberapa memanjang, berserakan dan menghabiskan bahu jalan. Meski sebagian ada yang dimasukan ke dalam kantong kresek atau bekas karung beras. Namun tetap saja, tumpukan sampah tersebut mengeluarkan bau tak sedap dan menambah kesan jorok dan kumuh.

Iwan Gumilar (45) salah seorang warga Katapang mengatakan pemandangan tumpukan sampah sudah terjadi sejak satu bulan yang lalu.

Beberapa kali warga sekitar sempat menuliskan pesan menggunakan banner agar tak membuang sampah di lokasi tersebut.

"Wah sudah sering dikasih peringatan, tapi tetap saja masih ada yang buang, memang titiknya di situ-situ lagi," kata Iwan.

Iwan mengaku warga sekitar terganggu dengan adanya TPS liar tersebut. Namun, ia dan warga lainnya tak bisa berbuat banyak, lantaran ada keterlambatan pengangkutan sampah.

"Mau gimana lagi, kami coba larang masih saja ada, tapi ya kami coba rapihkan biar enggak mencolok gitu," ujar dia.


Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Asep Kusumah mengatakan sampah yang bertumpuk tersebut hanya menunggu giliran diangkut saja.

Ia mengklaim, saat ini Kabupaten Bandung sudah bisa menangani sampah sebanyak 250 ton per hari. 

"Kalau per unit 2 ton per jam, rata-rata lima jam. Kita sudah bisa menangani 250 ton per hari," ujarnya saat dijumpai di Kecamatan Cileunyi.

Asep menjelaskan Kabupaten Bandung memproduksi sampah sebanyak 1.300 ton per hari.

Sebelum TPA Sarimukti terbakar, Kabupaten Bandung hanya membuang sebanyak 300 ton saja, karena 70 persennya sudah ditangani.

"Begitu kebakaran, dari kita 300 ton perhari, kita hanya membuang 150 ton," kata Asep.

Menurutnya 70 persen sampah yang sudah tertangani, lantaran sudah adanya program dari Pemerintah Kabupaten Bandung (Pemkab) tentang pengelolaan sampah.

Mulai dari sistem pengelolaan sampah berbasis RDF, Insenerator, hingga TPS3R.

"Ini justru sudah diapresiasi justru untuk kabupaten bandung. Karena sudah berhasil penanganan pengurangan di sumber. Pak Bupati sudah launching RDF, ada dua inserinator, ada 164 TPS3R," ungkapnya.

"Kita juga sudah ada langkah-langkah teknis. Apalagi di perubahan sudah membeli 10 unit untuk mesin gibrig. Dari BTT provinsi ada 15 unit," tambahnya.

Menurutnya dengan adanya beberapa program yang dicanangkan Pemkab, ia menyakini Pemkab tidak akan mendapatkan sanksi terkait pengelolaan sampah.

"Jadi kalau untuk sanksi, ya kita jauh. Karena kita sudah berhasil dari 300an ton menjadi 150 ton. Secara teknis kita selama dua tahun ini insyaallah tidak perlu buang ke TPA. Untuk opteker pun kita sudah ada," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/10/11/105249578/tempat-pembuangan-sampah-liar-bermunculan-di-kabupaten-bandung-usaha-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke