Salin Artikel

Pembangunan Rumah Mangkrak, Korban Gempa Cianjur Tuntut Kontraktor Amanah

CIANJUR, KOMPAS.com - Sejumlah penyintas gempa bumi Cianjur, Jawa Barat meradang karena pembangunan rumah yang dikerjakan pihak kontraktor kondisinya mangkrak.

Akibatnya, hampir setahun pasca gempa, mereka belum bisa kembali ke rumah sehingga terpaksa menumpang tinggal di rumah kerabat maupun tetangga.

Kondisi ini seperti yang dialami Alek (42), salah satu korban gempa asal Kampung Cidulang, Desa Sukamahi, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur.

Alek mengatakan, pembangunan rumahnya yang mengalami rusak berat itu dikerjakan oleh salah satu aplikator.

"Awal dibangunnya itu di bulan 5 (Mei), tapi sejak bulan ketujuh (Juli) belum ada kelanjutannya sampai sekarang,” kata Alek saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (10/10/2023) petang.

Alek mengaku, awalnya berencana membangun kembali rumahnya itu secara mandiri. Namun, karena mendapat tawaran dan saran dari seseorang akhirnya menyerahkan pengerjaannya ke pihak ketiga.

“Waktu itu saya berpikir, ya sudah daripada ribet, mendingan beres dan gak tahu menahu soal dana. Tapi, malah seperti ini bangunannya,” ujar dia.

Sejauh ini, Alek tidak tahu perihal kelanjutan dari pembangunan rumahnya yang baru sebatas tiang rangka tersebut.

“Mudah-mudahan saja ini segera dilanjutkan lagi, biar segera beres, daripada begini kan mubazir juga,” ujar Alek.

Kondisi serupa juga dialami warga lain bernama Dewi (22), pembangunan rumahnya yang dikerjakan pihak kontraktor tak berlanjut dan kini kondisinya terbengkalai.

“Waktu itu janji tiga minggu beres, terima kunci, dan lampu nyala. Tapi buktinya gak ada, malah begini,” ujar Dewi, Selasa.

Pihaknya telah berupaya menghubungi pihak kontraktor untuk meminta pertanggungjawaban, namun sejauh ini tidak membuahkan hasil.

“Tolong amanah, kan uang sudah dikasihkan, tapi kondisi bangunan belum jadi,” ujar Dewi.

Terpisah, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Penanganan Gempa Cianjur, Kolonel Inf Heri Rustanto mengemukakan, pembangunan rumah warga korban gempa yang mangkrak merupakan salah satu persoalan yang banyak ditemui di lapangan.

Menurut Heri, banyak faktor yang menjadi penyebab, di antaranya karena persoalan teknis terkait administrasi data, dan ulah sejumlah oknum.

“Juga karena ada warga yang percaya sama calo. Bertebaran di jalan itu, calo, oknum-oknum," ujar Heri saat ditemui Kompas.com di kantornya, Rabu (11/10/2023).

Heri mengatakan, pihaknya telah merampungkan pembangunan sejumlah rumah warga yang sempat mangkrak karena ditinggalkan pihak kontraktor tersebut.

“Seperti yang di Talaga itu ada 27 unit, Nyalindung 2 rumah, dan beberapa lainnya on progres, seperti di Sarampad, dan Cibulakan,” kata dia.

Heri mengingatkan pihak-pihak terkait dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa ini untuk tidak coba-coba “bermain”.

"Kita sudah kantongi sejumlah pihak yang bermasalah, Akan kita tindaklanjuti ke proses hukum," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/10/11/185728378/pembangunan-rumah-mangkrak-korban-gempa-cianjur-tuntut-kontraktor-amanah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com