Salin Artikel

Kekeringan di Kota Bandung, Sumur Mengering hingga Warga Antre Air di Sumur Masjid

BANDUNG, KOMPAS.com - Fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif menyebabkan kemarau berkepanjangan dan kekeringan, tak terkecuali di Kota Bandung, Jawa Barat.

Kompas.com mencoba menelusuri wilayah terdampak musim kemarau kering ini, salah satunya di RW 09 Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung yang sudah terdampak sejak awal puncak musim kemarau ini berlangsung.

Ketua RW 09 Tamansari, Kota Bandung, Didin Jaenudin mengatakan bahwa kekeringan yang terjadi di wilayahnya ini cukup berdampak terhadap aktivitas warganya. Meski begitu, beberapa titik sumur resapan masih membantu menyediakan air bersih warga.

Dia mengatakan, kekeringan terjadi sejak awal puncak musim kemarau. Sebagian warga sudah merasakan kekurangan air, kini persentasenya bahkan meluas.

"Dari 440 KK warga RW 09 itu sekarang sudah 30 persen kesulitan air, terutama air bersih," ucapnya saat ditemui di lokasi, Kamis (12/10/2023).

Biasanya, sebagian warga memanfaatkan sumur yang digunakan secara umum dan pribadi, namun kini sebagian sumur tersebut surut tak tersisa bahkan kering dan tak bisa digunakan.

"Sumur buat umum itu ada tiga titik salah satunya di sumur di masjid yg masih bisa digunakan warga. Kalau di rumah masing-masing itu juga ada lumayan cukup banyak tapi saya tidak tahu berapa angka pastinya, mungkin 10 titik itu kering semua," ucap Didin.

Sumur-sumur ini surut sejak kemarau kering ini berlangsung, untuk mengantisipasi kekurangan air, banyak dari warga yang mengandalkan air ledeng dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk minum dan kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi saat ini, air ledeng pun dikeluhkan warga lantaran alirannya yang mulai berkurang.

"Biasanya untuk minum pake air ledeng, tapi alirannya kadang gak merata. Ada yang alirannya banyak, ada juga yang lebih kecil malah kaya sapu lidi," ucapnya.

Untuk memenuhi air bersih, saat ini warga mengandalkan Sumur di Masjid AR- Rahman. Menurut Didin, warga biasanya mengantri sekitar pukul 19.30 atau setelah Shalat Isya. "Untungnya di masjid pake pompa dan masih ada airnya. Warga biasanya mengantri untuk ambil air disini, biasanya sore atau ke malam untuk stock air di pagi hari," ucap Didin.

Didin bahkan inisiatif menampung air untuk memudahkan warga ketika kekurangan air. "Saya inisiatif nampung air, biar warga bisa ambil air disini," kata Didin menunjuk tiga wadah penampungan air yang tak jauh dari lokasi Masjid tempat warga mengambil air.

"Soal air ledeng yang ngocor (ngalir) atau enggaknya juga saya tidak tahu apa kendalanya, kok bisa gak merata ngalirnya," ujar Didin.

Didin mengajak Kompas.com berkeliling wilayahnya untuk menemui salah satu warga yang terdampak. Seorang warga, Susan (48) mengaku sumurnya kini kering. Normalnya, sumur tersebut biasa digunakan untuk mandi dan mencuci, namun kini kering lantaran musim kemarau.

"Kalau hujan sih full, tapi sekarang emang kering. Biasanya air sumur buat nyuci saja, kalau minum pake air ledeng," ucapnya.

Susan,  salah satu warga yang juga memanfaatkan air ledeng untuk kebutuhan sehari-hari, akan tetapi ia mengeluhkan saat ini air ledeng pun terbatas dan hanya mengalir di waktu tertentu saja.

"Saya punya PDAM sih, ngalirnya jam 19.00 - 24.00 malam, setelah itu gak ngalir, terus normal ngalir lagi jam 7 pagi. Tapi sekarang alirannya kecil, dan airnya juga sedikit menguning," ujarnya.

Meski kapasitas air kurang, Susan tetap mensyukuri apa yang didapatnya. bahkan untuk mencuci baju, Susan harus menunggu air terkumpul terlebih dahulu.

"Untuk nyuci saya biasanya nunggu airnya banyak dan terkumpul dulu, baru hari kemudian nyuci, jadi di kumpulin dulu," katanya.

Meski begitu, ia berharap musim kemarau segera berakhir karena kekeringan mulai terasa sangat berdampak di wilayahnya.

Didin kemudian memperlihatkan salah satu sumur warga di wilayahnya, tampak terlihat kondisi sumur mengering dan sengaja ditutup dengan menggunakan seng. Disekitarnya, terlihat sejumlah ember yang digunakan untuk menampung air bersih untuk kebutuhan warga sehari-hari.

Seperti diketahui, musim kemarau kering ini sempat diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) berlangsung sejak Agustus. Kemarau tahun ini di prediksi lebih kering dibanding tahun 2020-2022.

Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Barat, ada 23 kabupaten/Kota di Jawa Barat yang terdampak kekeringan air, atau 200 Kecamatan, 543 Desa atau 287.288 KK.

Wilayah terdampak itu diantaranya, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kota Cimahi, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten kuningan.

Kemudian Kota Depok, Kabupaten purwakarta, Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Bandung.

https://bandung.kompas.com/read/2023/10/12/161704978/kekeringan-di-kota-bandung-sumur-mengering-hingga-warga-antre-air-di-sumur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke