Salin Artikel

Sungai Citarum Surut, Produksi Listrik di Waduk Saguling Menurun

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Waduk Saguling di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, mengalami kekeringan setelah dilanda kemarau panjang dampak fenomena El Nino.

Permukaan air di daerah aliran sungai (DAS) Citarum hingga bermuara di Waduk Saguling mengalami surut. Sedimentasi di badan sungai bahkan terpantau mengering menyisakan rumput liar.

Surutnya Waduk Saguling terlihat jelas dengan adanya penampakan jembatan apung yang menghubungkan Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Cihampelas. Jembatan tersebut terdampar di badan sungai yang mengering.

"Kondisi jembatan apung begini sudah terlihat sejak 2 bulan terakhir. Selama itu pula di kawasan ini belum turun hujan," ujar Budi (34) warga setempat saat ditemui, Rabu (18/10/2023).

Budi menjelaskan, lokasi jembatan apung ini merupakan muara aliran Sungai Citarum atau pintu masuk air ke Waduk Saguling.

Di lokasi ini, sedimentasi lumpur yang bercampur dengan sampah dari wilayah Bandung Raya berkumpul dan membentuk daratan. 

"Jembatan apung ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan 2 kecamatan. Tapi hanya bisa dilalui kendaraan roda 2. Masyarakat memilih jembatan ini karena bisa memangkas waktu sampai 15 menit lebih cepat dibandingkan lewat jalan raya," papar Budi.

Surutnya sungai Citarum, berdampak pada berkurangnya debit air di Waduk Saguling. Debit air yang sedikit ini mengakibatkan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling tidak optimal.

Sebab jantung produksi listrik di PLTA Saguling sangat bergantung pada debit air untuk mengoperasikan turbin.

Saat ini terjadi penurunan muka air waduk sekitar 12,81 meter dari tinggi optimal di DAM Saguling.

Debit air masuk atau inflow ke Waduk Saguling yang semula 300 meter kubik per detik, kini surut menjadi 6 meter kubik per detik.

"Data per pukul 6.00 WIB pagi ini, level DAM Saguling 630,43 meter di atas permukaan laut (mdpl), sudah terjadi penurunan setinggi 12,81 meter dari tinggi optimal level DAM Saguling 643,00 mdpl," ujar Ahli Tata Kelola Pembangkit PLTA Saguling Novy Heryanto. 

Pada kondisi kemarau panjang seperti ini, PLTA Saguling menjalankan skema pemakaian air dan pembatasan jam operasional.

Jika debit air normal, PLTA Saguling akan beroperasi 24 jam. Namun karena kekeringan ini, PLTA difokuskan untuk mengcover puncak beban listrik di pulau Jawa dan Bali dengan durasi waktu operasi selama 5 jam, yakni pukul 17.00-22.00 WIB.

"Namun demikian level air Waduk Saguling saat ini masih dikatakan normal, karena batas bawah level air yang masih diizinkan untuk operasi unit setinggi 624.50 mdpl, masih tersimpan air yang bisa digunakan untuk memutarkan turbin PLTA setinggi 6,69 meter," tutupnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/10/18/184240978/sungai-citarum-surut-produksi-listrik-di-waduk-saguling-menurun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke