Salin Artikel

Sekolah Rusak, Siswa SDN Bantargebang Sukabumi Belajar di Tenda Darurat

SUKABUMI, KOMPAS.com - Bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Bantargebang di Kampung Ciwaru, Desa Bantargebang, Kecamatan Bantargadung, Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kerusakan.

Akhirnya proses kegiatan belajar mengajar terpaksa digelar di dalam tenda darurat. Hal tersebut telah berlangsung sekitar 5 bulan.

Kepala SDN Bantargebang Edi Suhaedi mengungkapkan, proses belajar mengajar di tenda ini dilakukan karena terdapat beberapa bangunan ruang kelas yang rusak dan terancam ambruk.

"Sempat ada siswa yang tertimpa atap yang ambrol," ungkap Edi kepada awak media saat ditemui di SDN Bantargebang, Sabtu (28/10/2023).

Makanya mereka berinisiatif mendirikan tenda darurat untuk proses kegiatan belajar mengajar. Langkah ini sebagai upaya mencegah bangunan kelas ambruk tiba-tiba.

"Saat ini ada dua kelas yang di tenda, kelas tiga dan enam," ujar Edi.

Menurut dia proses kegiatan belajar mengajar di dalam tenda darurat tidak bisa optimal. Proses belajar maksimal hanya sampai pukul 10.00 WIB. Berikutnya baik guru maupun siswa merasakan kepanasan.

"Kami juga pernah mencoba menggelar rapat bersama orangtua murid di tenda dan merasakan ketidaknyamanan. Apalagi para siswa," tutur Edi.

Para siswa yang mengikuti proses kegiatan belajar di tenda darurat mengakui tidak nyaman. Apalagi bila hari sudah siang saat matahari bersinar akan terasa sangat panas.

"Panas Pak, gerah sekali. Belajarnya jadi gak nyaman," aku Revandi (12) siswa kelas 6 di sela proses kegiatan belajar mengajar.

Begitu juga dituturkan siswa lainnya Intan Niya Palestina (12). Selain merasakan ketidaknyamanan, ia tidak bisa fokus mengikuti pelajaran.

"Tidak bisa konsentrasi, panas dan gerah," tutur Intan.

Baik siswa maupun guru di SD tersebut mengharapkan segera ada perbaikan bangunan ruang kelas. Karena ruang kelas yang ada sudah tidak layak digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar.

Kerusakan bangunan SD mulai diketahui sejak 2019 yang diakibatkan faktor alami dan bangunan sudah tua.

Dua kepala sekolah sebelumnya juga telah melaporkan bangunan rusak dan mengajukan perbaikan. Sempat ada program perbaikan bangunan hanya satu ruang kelas. Sekarang dipakai untuk kelas 1 dan 2 secara bergiliran.

"Kami berharap bangunan sekolah ini secepatnya diperbaiki. Jangan sampai terjadi hal tidak diinginkan yang akhirnya menyalahkan kami," harap Edi.

Pantauan Kompas.com di SDN Bantargebang yang berlokasi di lingkungan permukiman Kampung Ciwaru itu terdapat tiga bangunan dan kamar mandi. Hanya satu bangunan yang tampak masih baru.

Dua bangunan lainnya, satu bangunan terdiri 3 ruang kelas dan satu bangunan untuk ruang guru sekaligus perpustakaan. Dinding bangunan dan lantainya terdapat banyak retakan, begitu juga atapnya bolong-bolong.

Di bangunan yang rusak dan terancam ambruk masih ada satu ruang kelas yang masih dimanfaatkan untuk proses kegiatan belajar mengajar. Meskipun ruangan tersebut kondisinya memprihatinkan.

https://bandung.kompas.com/read/2023/10/30/053023878/sekolah-rusak-siswa-sdn-bantargebang-sukabumi-belajar-di-tenda-darurat

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com