Salin Artikel

Menjajal Tanjakan SpongeBob di Lembang, Butuh Keahlian Khusus agar Tak Gagal Mengerem dan Telat Oper Gigi

Tidak sedikit pengendara mencari jalan tikus demi menghindar antrean kendaraan di jalur utama itu. Jalan alternatif melalui Jalan Dago Giri maupun Jalan Punclut menjadi opsi untuk memotong waktu dan menghindar dari jebakan macet jalan raya utama.

Namun jalan alternatif tersebut memiliki kontur yang tak biasa. Aspal mengelupas, badan jalan yang sempit, minim penerangan, hingga tanjakan ekstrem yang dikenal sebagai Tanjakan SpongeBob.

Tanjakan tersebut menjadi salah satu jalan terjal yang dilalui kendaraan wisata jika pengendara memilih jalan alternatif dari arah Kota Bandung menuju kawasan Lembang.

"Tanjakan SpongeBob menghubungkan arus dari arah Punclut melalui Jalan Pagermaneuh dan tembus di Lembang. Atau jika dari arah Jalan Dago Giri bisa memotong lebih cepat dari jantung Kota Bandung sampai ke Lembang," ujar Kepala Desa Pagerwangi Agus Ruhidayat saat ditemui di Lembang, Jumat (3/11/2023).

Meski bisa memotong waktu tempuh, pengendara harus membekali diri dengan keahlian khusus. Sebab, tidak sedikit pengendara yang gagal menaklukan tanjakan SpongeBob.

"Banyak yang mengalami kecelakaan tunggal. Karena tidak tahu medan jalan yang akhirnya gagal rem atau telat oper gigi," kata Agus.

Tanjakan SpongeBob memang tak selucu namanya. Pengendara harus memiliki skill berkendara di jalanan terjal demi bisa lolos dari jalan dengan kemiringan ekstrem itu.

"Tidak ada nama resmi yang disematkan pada tanjakan itu. Penyebutan nama SpongeBob itu murni penyebutan dari masyarakat. Ada juga yang menyebut tanjakan Doraemon dan sebagainya," ungkap agus.

Trik menanjak

Jika pengendara menggunaka motor matik, pegendara harus menyiapkan jarak beberapa ratus meter sebelum menanjak. Sementara jika pengendara menggunakan kendaraan manual, bersiaplah menanjak dengan gigi rendah.

Sebelum menanjak, setidaknya pengendara bisa memperkirakan bahwa medan jalan di Tanjakan SpongeBob ini menukik tegak lurus ke atas tanpa berkelok. Pengendara akan dibawa menikmati tanjakan dengan menengadah langsung menghadap langit.

Tarik gas perlahan dan semakin kencang saat mendekat ke tanjakan. Saat berada di tengah tanjakan usahakan menahan gas dengan kecepatan yang stabil. Bagi pengendara kendaraan manual bisa mengoper gigi lebih rendah untuk menjaga laju kendaraan.

Jika kendaraan dirasa tidak cukup tenaga untuk menanjak, pengendara bisa lakukan manuver jalan zig-zag. Manuver zig-zag itu biasa dilakukan agar mesin tidak terasa berat sebab jalan akan terasa lebih landai.

Setibanya di atas bukit, pengendara bersiap mengendurkan gas dan siaga menempel rem belakang untuk menahan agar kendaraan tidak kebablasan.

Jika terpaksa harus berhenti di tengah tanjakan, hindari berhenti di belakang kendaraan besar. Sebab, kendaraan kita bisa saja lepas rem dan mundur ke bawah.

Trik menurun

Di tanjakan SpongeBob ini, pengendara akan merasakan adrenalin bak naik wahana roller coaster saat menuruni jalan. Ketinggiannya akan memacu kendaraan melaju lebih kencang kendaraan meski tanpa digas.

Jika pengendara hendak menuruni jalan curam di Tanjakan Spongebob maka perlu dipastikan rem harus berfungsi normal. Sebab pada proses turun ini rem berperan penting ketimbang gas.

Saat mulai menjajaki jalan menurun kendaraan matik bisa menggunakan rem belakang dahulu dengan cara tangkap lepas tangkap lepas. Jika pengendara manual, maka masukan gigi saat menuruni tanjakan.

Upayakan tidak menahan rem sampai bawah. Sebab faktor utama yang menjadikan rem blong terjadi karena panasnya kampas rem yang terlalu lama di tekan hingga terjadilah rem blong.

https://bandung.kompas.com/read/2023/11/05/051400778/menjajal-tanjakan-spongebob-di-lembang-butuh-keahlian-khusus-agar-tak-gagal

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com