Salin Artikel

Kebakaran Hutan Gunung Ciremai Capai 177 Hektar, Terluas 3 Tahun Terakhir

Jumlah ini rekor tertinggi di banding tiga tahun sebelumnya. Pemerintah mengajak masyarakat kembali lakukan pemulihan hutan.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Kabupaten Kuningan, Maman Surahman, menyampaikan sepanjang Januari hingga November 2023, kebakaran lahan dan hutan mencapai 177 hektar.

"Saya berani ini sebut total karena sudah mulai masuk musim hujan ya, dan semoga tidak ada lagi kebakaran. Setelah kami rekap di beberapa lokasi, ada sebanyak 177 hektar," kata Maman saat ditemui Kompas.com di ruang kerjanya, Rabu petang (16/11/2023).

Maman menunjukkan data, bahwa di tahun 2023, kebakaran cukup luas. Sementara di tahun 2022 seluas 138 hektar, tahun 2021 0,77 hektar, dan 2020 seluas 28 hektar.

Kondisi kemarau panjang dan elnino menjadi salah satu penyebab luasnya kebakaran pada tahun ini.

Maman menjelaskan, kejadian kebakaran pertama dan cukup luas, adalah pada 25 Agustus 2023.

Kebakaran saat itu secara mendadak dan berlangsung cukup panjang selama 5 hari hingga 30 Agustus 2023.

Kasus kebakaran itu yang menyebabkan kebakaran paling luas mencapai angka sekitar 155 hektar.

Maman menerangkan saat itu tim BTNGC sudah melakukan apel siaga pengendalian.

Namun, masih dalam tahapan persiapan, sehingga kebakaran masif yang terjadi secara mendadak membuat panik dan kurangnya pengorganisasian.

"Kami juga tidak menduga, karena saat itu belum ada kesiapsiagaan baru tahapan persiapan, bersama tim BPBD terkait satlakdalkar, tapi saat itu kita sudah apel siaga pengendalian. Di luar dugaan, ternyata kebakaran sudah terjadi dan kami belum terorganisasi dengan baik," terang Maman.


Setelah itu, semua anggota tim gabungan turun dan kerja sama hingga berhasil melakukan pemadaman di seluruh titik.

Kasus kejadian kebakaran yang kembali terjadi beberapa di antaranya titik baru yang tersebar di beberapa wilayah dengan luasan sekitar 20 hektar di 5 sampai 10 kali kejadian.

Dari sekian banyak kebakaran, Maman menyebut vegetasi yang terbakar di wilayah BTNGC didominasi semak belukar dan alang-alang.

Ada beberapa vegetasi pinus tapi hanya sebagian kecil, karena tim gabungan langsung bergerak cepat melakukan pemadaman.

Maman bersama banyak pihak mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama kembali pemulihan pasca kebakaran ini.

Hanya dengan cara pemulihan, krisis iklim yang sedang terjadi di seluruh belahan dunia dapat diatasi secara perlahan.

"Ke depannya, kita bersama-sama mengendalikan perubahan iklim, mempertahankan hutan hutan yang ada, upaya pemulihan ekosistem, dan mengendalikan kebakaran. Ini sikap bersama yang harus kita lakukan menghadapi perubahan iklim," tegasnya.

Atas dasar itu, meski sudah masuk musim hujan, tim BTNGC bersama tim gabungan masih siaga kebakaran di beberapa titik. Posko penanganan bersama pun belum dihentikan.

Khusus tim BTNGC, Maman menugaskan tim pemantauan melakukan patroli drone tiga kali dalam satu hari, pagi - siang - sore menjelang malam. Ini sangat efektif untuk mendeteksi lokasi lokasi sejak sedini mungkin.

"Tiga kali, masih kita lakukan. Dan ini setiap hari sampai hari ini, ini laporan kemarin sore, tanggal dan jam nya ada kan," tutup Maman menunjukkan patroli drone yang dilakukan tim BTNGC.

https://bandung.kompas.com/read/2023/11/16/101849878/kebakaran-hutan-gunung-ciremai-capai-177-hektar-terluas-3-tahun-terakhir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke