Salin Artikel

Trans Metro Pasundan, Salah Satu Transportasi Andalan Warga Bandung Raya

BANDUNG, KOMPAS.com - Waktu menunjukan pukul 15.40 WIB, Irzi Alfarizi pelajar kelas 11 SMA sedang duduk menunggu bus Trans Metro Pasundan (TMP) di halte Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Babakan Ciamis, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2023).

Sembari mendengarkan musik dari gawainya, remaja berusia 17 tahun itu sesekali memalingkan wajahnya ke arah kanan jalan yang riuh karena lalu-lalang kendaraan bermotor disertai bunyi klakson saling bersahutan seakan tidak sabar ingin segera sampai di rumah.

Tak sampai 10 menit menunggu, bus TMP yang menjadi transportasi andalannya itu akhirnya tiba. Ia pun bergegas masuk ke dalam bus saling bergantian dengan penumpang lain.

Irzi lalu membayar ongkos bus sebesar Rp 2.000 menggunakan aplikasi QRIS tepat di samping tempat duduk sopir. Selanjutnya, anak yang sedang menimba ilmu di SMK Negeri 1 Bandung Jurusan Akuntansi itu berjalan menuju bagian belakang bus dekat pintu keluar.

Hari itu dirinya sedang tidak beruntung, karena Irzi tidak mendapatkan kursi untuk meredakan rasa lelahnya setelah seharian bersekolah.

Di bagian belakang bus, Irzi terus berdiri sambil menyenderkan badannya. Sesekali, dia kembali memainkan gawai kesayangannya sembari berharap ada penumpang yang turun agar tubuhnya segera mendarat di kursi yang empuk.

Perjalanan anak sulung itu nyatanya tak singkat, butuh waktu sekitar satu setengah jam sejak dirinya naik bus TMP dari Jalan Perintis Kemerdekaan hingga bisa sampai ke kediamannya di Kota Baru Parahyangan, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Biang kerok lamanya perjalanan Irzi menuju kediamannya adalah kondisi arus lalu lintas di wilayah Bandung Raya sore hari itu sangat padat. Raut mukanya pun terlihat sedikit kesal ketika memalingkan wajahnya ke arah luar bus.

Sesekali, sopir pun terpaksa mengurangi kecepatan bus di sejumlah titik di jalanan Kota Bandung, Kota Cimahi, dan KBB karena terjebak macet.

Lima hari dalam seminggu, Irzi rutin menggunakan bus TMP untuk menunjang aktivitasnya. Keputusan dia memilih bus ini karena dirasa lebih mudah dan bisa menghemat tenaganya. Setelah seharian menuntut ilmu dan berkegiatan di sekolah.

"Jarak antara rumah dan sekolah lumayan jauh. Kalau pakai kendaraan pribadi bisa menguras tenaga selama perjalanan, berangkat ataupun pulang sekolah," katanya kepada Kompas.com di dalam bus TMP.

Sebelumnya, ia menggunakan bus DAMRI dalam kesehariannya. Hingga pada 2022, Irzi memilih bus TMP karena tarifnya yang lebih murah.

"Tarif bus DAMRI Rp13.000. Bus TMP lebih murah, hanya Rp 2.000. Naik bus ini (TMP) sejak tahun 2022, setelah diberi tahu oleh orangtua, katanya lebih murah," katanya.

Tak banyak perbedaan yang mencolok antara bus TMP dan DAMRI, baik dari segi waktu tempuh, jarak, fasilitas, dan lainnya. Akan tetapi, dirinya merasa lebih nyaman saat menggunakan bus TMP karena armadanya terbilang masih baru.

"Lebih nyaman ini (TMP). Kalau faktor jalan sama saja karena yang dilalui jalannya sama. Tapi yang paling beda harganya sangat terjangkau dan tidak membebani," ujarnya.

Meski sudah nyaman, ia berharap pemerintah bisa menambah armada dan fasilitas tempat duduk penumpang di bus TMP ini. Menurutnya, jumlah penumpang bus ini dari hari ke hari semakin banyak.

"Kalau bisa tambah lagi busnya, terus tambah tempat duduknya lagi. Apalagi sekarang sudah mulai banyak yang pakai bus ini," katanya.

Selama menggunakan bus TMP, ia mendapatkan berbagai pengalaman yang masih terngiang-ngiang di dalam kepalanya, seperti bus yang menabrak kendaraan lain, ban bocor, hingga mogok.

Namun kejadian tersebut tidak membuatnya kapok untuk menggunakan transportasi massal dalam kesehariannya. Menurutnya, kejadian yang dialaminya merupakan hal biasa ditemui di jalanan.

Pengalaman yang sama juga dirasakan oleh Sonia (27), ibu muda yang berdomisili di Padalarang ini kerap menggunakan bus TMP untuk memudahkan aktivitasnya sehari-hari.

Selain menggunakan bus TMP untuk kerja, pada waktu-waktu tertentu dia memanfaatkannya untuk liburan ke sejumlah obyek wisata di Kota Bandung.

"Naik ini paling main ke Alun-alun Kota Bandung sama anak, atau sekitarnya. Lumayan nyaman juga naik bus ini, fasilitasnya juga lumayan komplit mulai dari pegangan tangan dan lainnya," ujarnya.

Menurutnya, adanya bus TMP ini menambah pilihan bagi warga Bandung Raya dalam menggunakan transportasi massal. Tarifnya yang sangat murah yaitu Rp 4.900 sekali jalan, membuatnya sebagai salah satu moda transportasi favorit warga Bandung Raya.

"Setahu saya, kalau untuk umum Rp 4.900. Tapi kalau pelajar, lansia dan disabilitas cuma Rp 2.000, tapi harus daftar dulu ke operatornya kalau ingin tarif khusus," kata Sonia.

Meski terbilang memudahkan bagi warga Bandung Raya, namun dirinya beberapa kesempatan melihat lansia yang kesulitan membayar layanan bus ini karena sudah tidak menggunakan uang kertas tetapi non tunai.

"Kasihan juga kalau lansia suka susah pas bayar, banyak yang belum tahu caranya gimana. Kadang juga ada yang gak tahu kartu e-moneynya sudah kosong," katanya.

Kendala yang dihadapi para lansia itu, seharusnya menjadi perhatian bagi pengelola bus TMP agar memberikan pengecualian kepada penumpang yang belum terbiasa melakukan pembayaran secara non tunai.

"Kalau bisa satu kartu bisa untuk berdua kalau untuk lansia. Mereka kebanyakan gak terlalu paham soal bayar pakai QRIS atau e-money," tambah Sonia.

Penumpang lain, Salsa (22) mengaku sangat terbantu adanya bus TMP koridor dua yang melayani rute Kota Baru Parahyangan-Alun-alun Kota Bandung.

Sebelum ada bus TMP, ia biasanya menggunakan kereta api untuk berangkat kerja dari rumahnya di Padalarang. Diperlukan waktu yang relatif lebih lama bila menggunakan moda transportasi tersebut.

"Hampir tiap hari naik (TMP). Biasanya belum ada ini, pakai kereta lama nyampe rumahnya jadi lebih malem. Ada ini jadi lebih cepat," katanya.

Menurutnya, pengunaan pembayaran non tunai yang diterapkan di bus TMP memudahkan bagi dirinya. Selain tak perlu menyiapkan uang recehan, transaksi memakai non tunai dirasa lebih cepat.

"Memudahkan, apalagi pakai e-money atau flash dan sejenisnya," terangnya.

Trans Metro Pasundan Solusi Atasi Kemacetan

Mengutip dari Kompas.com, bus TMP hadir melayani warga Bandung Raya sejak Desember 2021. Bus ini merupakan program pengembangan angkutan massal dengan skema layanan Buy the Service (BTS) yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Bahkan Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub yang dijabat Budi Setiyadi saat itu mengklaim, hadirnya bus TMP menjadi 'tulang punggung' transportasi di kawasan Bandung Raya.

Tak hanya itu, bus TMP juga diharapkan menjadi solusi persoalan kemacetan dan mengurangi permasalahan polusi udara yang ada di kawasan Bandung Raya

"Untuk BTS Trans Metro Pasundan akan menjadi backbone bagi angkutan massal perkotaan di kota Bandung dan sekitarnya," ucapnya pada Senin (27/12/2021).

Operasional bus TMP dimulai pukul 05.00 sampai 21.00 WIB. Adapun total armadanya sebanyak 85 unit yang melayani di lima rute, yaitu: Koridor 1 Leuwipanjang-Soreang, Koridor 2 Kota Baru Parahyangan-Alun-Alun Kota Bandung, Koridor 3 Baleendah-BEC, Koridor 4 Leuwipanjang-Dago, dan Koridor 5 Dipatiukur-Jatinangor (Via Tol).

"Di Bandung Raya ada dua vendor yakni DAMRI dan Big Bird. Koridor 2 dan 3 pakai bus sedang dari Big Bird, lalu koridor 1, 4, dan 5 pakai bus besar dari DAMRI," ujar sopir bus TMP koridor 2, Acep Sopian (31).

Bus TMP ini berangkat setiap 10 menit sekali dari halte pertama, dimulai dengan nomor yang terkecil. Namun bila dalam kondisi macet, selang waktunya bisa lebih cepat.

"Penumpang paling banyak pada pagi dan sore hari. Rata-rata penumpang itu pelajar dan juga para pekerja," ucap pria yang sudah 11 bulan menjadi sopir bus TMP.

Kesan modern sangat terasa saat penumpang masuk ke dalam bus TMP. Penggunaan pembayaran non tunai dengan e-money maupun QRIS menjadi pembeda dengan moda transportasi serupa di Bandung Raya.

Kursi penumpang berwarna biru ditempatkan di sisi kanan dan kiri bus saling berhadapan. Di kursi sebelah kanan disediakan sebanyak dua kursi khusus berwarna merah yang diperuntukan untuk lansia, ibu hamil atau menyusui, dan disabilitas.

Tidak hanya itu, bus pun dilengkapi pegangan tangan, hand sanitizer, pemecah kaca, alat pemadaman api ringan (APAR). Terdapat juga gambar peringatan atau larangan bagi penumpang seperti dilarang makan dan minum, membawa hewan peliharaan, merokok, dan berbuat asusila.

Kemudian untuk memberikan kemudahan kepada para penumpang, di bagian kiri ditempelkan rute halte yang dilalui bus TMP.

"Kapasitas penumpang bus TMP sebanyak 18 orang, dan maksimal sebanyak 30 penumpang," tambah Acep.

https://bandung.kompas.com/read/2023/11/19/143545578/trans-metro-pasundan-salah-satu-transportasi-andalan-warga-bandung-raya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke