Salin Artikel

Setahun Gempa Cianjur, Ratusan Murid SD Masih Belajar di Tenda Darurat

Bangunan sekolah yang rusak akibat bencana dahsyat itu, hingga kini tak kunjung diperbaiki.

Ironisnya pula, keberadaan sekolah darurat ini sangat mencolok karena berada di tepi jalan nasional, tepatnya di ruas Jalan Raya Cugenang.

Tak hanya itu, tenda-tenda kelas yang sudah lusuh dan koyak juga berjarak tak jauh dari Kantor Koordinator Pendidik (Kordik), Gedung PGRI, dan kantor pemerintahan setempat.

Sekolah darurat itu berdiri di dalam area halaman sebuah bangunan vila, di mana lima tenda berdiri di antara sela pepohonan.

Dua tenda ukuran besar disekat dua bagian untuk ruang kelas, dan dua tenda kecil diperuntukkan bagi murid kelas IV dan VI.

Sedangkan satu tenda tersisa difungsikan sebagai ruang guru dan kantor untuk menyimpan dokumen sekolah.

Hanya dua kelas yang disediakan bangku, sementara murid kelas lainnya belajar lesehan atau duduk di bawah.

Salah seorang guru bernama Ai Rosmiati menuturkan, awalnya jumlah murid di sekolah ini mencapai 173 orang.

Namun, kini telah berkurang menjadi 120 siswa, karena ada yang memilih pindah sekolah.

“Kita tidak bisa memaksa anak-anak untuk bertahan di sini melihat kondisinya seperti ini,” ucap Ai kepada Kompas.com, Senin (20/11/2023) kemarin.

Ai menuturkan, kegiatan pembelajaran berlangsung tidak ideal dan tidak nyaman. Pihak sekolah pun terpaksa mengurangi jam kegiatan belajar mengajar (KBM).

“Pulangnya jam 10-an. Karena di atas itu kondisinya sudah panas dan gerah di dalam tenda. Kita tidak bisa memaksakan anak-anak harus terus belajar,” kata dia.

Guru lain, Yudi Kusdiansyah menambahkan, kegiatan belajar di lokasi ini sudah berlangsung sejak awal pasca bencana.

Sejauh ini, pihak sekolah belum mendapatkan kepastian kapan akan dipindah ke tempat yang lebih layak.

Di sisi lain, bangunan sekolah yang terletak tak jauh dari lokasi ini masih dibiarkan dalam kondisi rusak.

“Kita tidak tahu tentang nasib sekolah ini, Sampai saat ini belum ada kejelasan sekolahnya mau dibangun lagi atau direlokasi."

"Dulu pernah ada wacana mau di-merger dengan sekolah lain, tapi tidak jadi,” kata Yudi.

Yudi ingat betul bagaimana perjuangan pihak sekolah mencari lokasi hingga akhirnya mendapatkan izin dari pemilik lahan untuk mendirikan kelas-kelas darurat di tempat ini.

“Padahal ini (jalan) setiap hari dilewati para pejabat, barangkali ada terketuk hatinya, tolonglah ditengok,” ucap dia.

Yudi berharap ada sedikit empati dari para pemangku kebijakan atas nasib ratusan murid yang masih belajar di tenda darurat ini.

“Kasihan anak-anak, kegiatan belajar tidak berjalan semestinya, tidak kondusif,” imbuh dia lagi.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Ruhli Solehudin membenarkan ada sekolah yang masih menggelar KBM di tenda darurat, salah satunya SDN Cugenang.

Belum diperbaikinya bangunan sekolah yang rusak akibat gempa itu karena berada di zona merah bencana sehingga harus direlokasi.

“Sudah diajukan ke Kementerian PUPR. Saat ini kita sedang laksanakan legalitasnya."

"Semoga pertengahan 2024 atau ajaran baru tahun depan sudah selesai (pembangunan),” kata Ruhli saat dikonfirmasi Kompas.com di Pendopo Bupati.

Ruhli menyebutkan, secara keseluruhan pembangunan sekolah yang terdampak gempa telah selesai dikerjakan melalui Kementerian PUPR.

“Ada 700 sekolah dari semua tingkatan yang rusak dengan berbagai kategori, dan itu di tahun ini sudah selesai dibangun lagi, kecuali yang dua SD di Cugenang itu karena harus direlokasi, ya," ujar Ruhli.

https://bandung.kompas.com/read/2023/11/21/073646178/setahun-gempa-cianjur-ratusan-murid-sd-masih-belajar-di-tenda-darurat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke