Salin Artikel

Cerita Gunung Pinang asal Banten dan Pesan Moral

KOMPAS.com - Cerita Gunung Pinang adalah salah satu cerita rakyat asal Banten.

Cerita Gunung Pinang merupakan kisah yang dipercaya masyarakat mengenai terjadinya Gunung Pinang.

Gunung Pinang dikenal sebagai tempat wisata untuk melihat pemandangan alam dari ketinggian di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Berikut ini adalah cerita Gunung Pinang asal Banten dan pesan moral.

Gunung Pinang

Cerita Gunung Pinang

Alkisah, ada seorang pemuda bernama Dampu Awang yang tinggal bersama ibunya di pantai Teluk Banten. Mereka hidup dengan kekurangan.

Lelah dengan kemiskinan, Dampu Awang bermaksud merantau ke Negeri Malaka. Dalam pemikirannya, Negeri Malaka memiliki banyak pekerjaan yang dapat membuat dirinya kaya raya.

Saat niat tersebut disampaikan kepada ibunya, ternyata ibunya menentang keinginan Dampu Awang.

Sang ibu berpendapat bahwa kehidupannya sudah cukup meskipun dalam keadaan susah.

Ibunya kemudian menasehati agar Dampu membatalkan niatnya pergi merantau.

Dampu melamun siang malam, memikirkan untuk pergi merantau.

Lama kelamaan ibunya tidak tega, melihat anaknya melamun setiap hari.

Akhirnya dengan berat hati, ibunya mengizinkan Dampu Awang pergi merantau.

Namun ada satu syarat yang harus dipenuhi, yaitu setelah sampai ke tanah seberang harus rajin mengirimkan kabar melalui burung merpati yang diberi nama Ketut.

Dahulu, burung tersebut adalah peliharaan bapak Dampu Awang semasa hidupnya.

Secara kebetulan, ada saudagar kaya dari Samudera Pasai bernama Teuku Abu Matsyah yang sedang berlabuh di Teluk Banten.

Saudagar tersebut mengajak puterinya yang cantik jelita yang bernama Siti Nurhasanah.

Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh oleh Dampu Awang.

Singkat cerita saudagar tersebut mengizinkan Dampu Awang untuk ikut berlayar dan bekerja padanya.

Selama bekerja dengan Teuku Abu Matsyah, Dampu Awang mampu menunjukkan perilaku baik. Teuku Abu Matsyah tertarik dan bermaksud menjodohkan dengan puterinya.

Akhirnya, Dampu menikah dengan Siti Nurhasanah.

Setelah Teuku Abu Matsyah meninggal, Dampu Awang mewarisi seluruh kekayaannya.

  • Dampu Awang datang ke Banten

Selama satu dasa warsa merantau, Dampu hanya empat kali mengirimkan surat kepada ibunya di Banten.

Hingga suatu hari tersiar kabar bahwa seorang saudagar kaya raya akan bersandar di Teluk Banten.

Ibu Dampu sangat berharap bahwa yang datang tersebut adalah puteranya yang sudah lama tidak pulang.

Benar saja dugaan sang ibu, Dampu Awang datang bersama dengan istrinya yang cantik jelita.

Seluruh penduduk berkumpul di tepi pantai untuk melihat saudagar yang datang.

Ibu Dampu terlihat senang begitu melihat saudagar yang datang, perkiraannya benar bahwa yang datang adalah putera semata wayangnya.

Dengan berteriak sekuat tenaga, ibu Dampu memanggil-manggil nama anaknya.

Sayangnya, Dampu telah berubah. Dia tidak mau mengakui ibunya dan mengatakan ibunya telah meninggal.

Sampai, dia membatalkan rencana untuk bertemu dengan Sultan Banten karena malu bertemu dengan ibunya yang telah renta. Kekayaan telah mengubah perilaku Dampu.

Hari itu juga, Dampu memerintahkan anak buahnya untuk melanjutkan perjalanan.

Luka yang tertoreh di hati ibu Dampu sangat dalam. Ibu Dampu berdoa kepada Tuhan, seandainya Dampu bukan anaknya biarkan dia pergi dengan selamat.

Namun sebaliknya, jika Dampu adalah benar-benar anaknya semoga Tuhan memberikan hukuman yang setimpal. Sesuai dengan doa ibu Dampu, tiba-tiba langit gelap

Siang yang cerah mendadak menjadi gelap gulita, seperti malam. Hujan turun dengan deras disertai petir dan kilat yang saling menyambar.

Langit seolah-olah memuntahkan segala isinya. Kapal Dampu terombang-ambing di lautan, para awak kapal ketakutan setengah mati dan memilih menceburkan diri ke laut.

Dalam situasi yang genting tersebut, tiba-tiba di Ketut berbicara. Burung tersebut meminta Dampu mengakui dan meminta maaf kepada ibunya.

Dampu akhirnya berteriak minta tolong kepada ibunya, namun ibunya sudah tidak hirau lagi.

Setelah sekian lama kapal terombang-ambing di lautan, akhirnya kapal Dampu terdampar di sebelah selatan dan terbalik.

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, kapal Dampu berubah menjadi gunung, yakni Gunung Pinang yang terletak di samping jalur lalu lintas Serang-Cilegon.

Hingga saat ini, masyarakat masih dapat melihat simbol kedurhakaan seorang anak terhadap ibunya.

Pesan Moral Cerita Gunung Pinang

Cerita Gunung Pinang mengajak untuk berbakti kepada orang tua dan tidak melupakan jasa-jasanya.

Cerita tersebut juga menyiratkan nilai kejujuran, saling memaafkan, serta memberikan kesempatan kedua.

Sumber:

www.smkn-klakah.sch.id

perpustakaan.smpn29pekanbaru.sch.id

https://bandung.kompas.com/read/2023/11/29/205946078/cerita-gunung-pinang-asal-banten-dan-pesan-moral

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke