Salin Artikel

Soal Truk Tambang Parung Panjang, Bupati Bogor: Saya Bukan Sangkuriang

BOGOR, KOMPAS.com - Bupati Bogor Iwan Setiawan menyatakan, dirinya bukan Sangkuriang dan Superman yang mampu bekerja sendiri menyelesaikan permasalahan angkutan truk tambang di wilayah Parung Panjang dan sekitarnya di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Itu kan perlu proses ya, mohon maaf. Saya bukan Sangkuriang, saya bukan Superman harus bisa (semua menyelesaikan masalah truk tambang sendirian), tapi bukan menyerah ya. Sebisanya kami lakukan," kata Iwan saat ditanya wartawan, Rabu (13/12/2023).

Menurutnya, permasalahan tersebut sangat rumit sehingga tidak bisa diselesaikan sendirian oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.

Dia membutuhkan keterlibatan empat institusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ditimbulkan angkutan truk tambang tersebut.

Iwan pun mengaku dilema jika ingin mengambil tindakan tegas terhadap truk yang melanggar aturan atau merusak jalan di wilayah tersebut.

Apalagi, meminta para sopir berhenti beroperasi atau bekerja mengangkut tambang batu. Sebab, mereka juga warga Bogor yang mencari penghidupan di perusahaan tambang.

Iwan tak habis pikir ada orang-orang yang memprovokasi permasalahan tersebut.

"Ini kan Bogor yang sekarang kita urus sendiri, dinas di kabupaten lah yang memang selalu memantau. Jadi tolong bantu kami, bukan tambah diriweuh-riweuh, dikeruh-keruhkan, tapi bantu saya. Tidak bisa semua ini (masalah truk tambang) diselesaikan oleh Kabupaten Bogor saja," ungkapnya.

"Saya punya solusi, mudah-mudahan ini bisa didengar. Pertama, urusan jalan tambang harus duduk bareng 4 institusi pemerintah, yaitu Gubernur Jabar, Gubernur Banten, Bupati Tangerang, dan Bupati Bogor, baru bisa ketemu," sambung dia.

Iwan menuturkan, adapun solusi jangka pendek yang sedang diusahakan adalah menyediakan kantong-kantong parkir di beberapa titik di hulu pengangkutan tambang.

"Mudah-mudahan kalau kantong parkir selesai bisa mengurangi (truk) yang di pinggir jalan depan kecamatan menuju perbatasan Tangerang," beber dia.

Iwan mengingatkan masyarakat untuk tidak menuntut permasalahan diselesaikan dalam sekejap dan sempurna.

Menurutnya, semua penyelesaian masalah truk tambang di Parung Panjang dan sekitarnya butuh proses. Adapun mengenai jalan rusak masuk kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.

Oleh sebab itu, Iwan meminta masukan dari masyarakat untuk bersama-sama mencari solusi terbaik.

"Jangan harus dituntut sempurna, jangan. Jalannya aja bukan kewenangan kabupaten, jalannya aja. Kami tidak mungkin membuat APBD untuk merevitalisasi jalan. Nanti jadi temuan lagi," jelasnya.

Seperti diketahui, dalam dua bulan terakhir, pengguna jalan (warga sekitar) dan para sopir truk tambang saling berbalas unjuk rasa di depan kantor kecamatan, Jalan Raya Mohammad Toha, Parung Panjang.

Massa mendesak pemerintah hadir menyelesaikan persoalan truk tambang yang kerap menyebabkan polusi, jalan rusak, macet, hingga kematian warga yang terlindas truk.

Sementara para sopir truk tambang demo menuntut kelonggaran jam operasional angkutan kosong pada siang hari.

Dalam unjuk rasa itu, mereka nekat memblokade jalan dari Jumat malam hingga keesokan Sabtu siangnya.

Akibat aksi blokade ini, aktivitas perkantoran, pertokoan, dan pasar di kawasan itu terganggu karena macet parah.

Bahkan, mobil Damkar tidak bisa melintas lantaran pintu keluar terhalang truk angkutan tambang batu.

https://bandung.kompas.com/read/2023/12/13/181721178/soal-truk-tambang-parung-panjang-bupati-bogor-saya-bukan-sangkuriang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com