Salin Artikel

Bupati Bogor Minta Maaf Perbup Truk Tambang Sebabkan Ibu dan Anak Tewas

BOGOR, KOMPAS.com - Bupati Bogor Iwan Setiawan meminta maaf kepada masyarakat mengenai peristiwa tragis yang menewaskan ibu dan anak.

Ibu dan anak tersebut tewas tertimpa truk tambang yang terbalik usai kecelakaan di Jalan Raya Sudamanik, Desa Gorowong, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Iwan mengakui perubahan aturan jam operasional kendaraan angkutan barang khusus tambang wilayah Parung Panjang dan sekitarnya tidak berjalan baik di lapangan.

Truk-truk tambang tersebut banyak yang melanggar atau tidak mematuhi aturan sehingga menyebabkan kecelakaan yang kesekian kali.

Terbaru, ibu dan anak tewas tertimpa badan truk tronton bermuatan material pasir batu.

"Kejadian (kecelakaan) kemarin itu, (sopir truk) mereka mau menuju ke kantong parkir, terus ada lubang dan dia menghindar ke kanan, ada mobil dan motor. Nah itu kecelakaan tidak bisa dihindarkan," ujar Iwan kepada wartawan di Cibinong, Senin (18/12/2023).

"Betul, saya bilang, kami salah, tapi tolong kasih solusi, kan gtu," imbuhnya.

Sebelumnya, Iwan menerbitkan surat revisi Peraturan Bupati (Perbup) Bogor Nomor 120 Tahun 2021 tentang Jam Operasional Kendaraan Angkutan Barang Khusus Tambang.

Dari yang semula pukul 20.00-05.00 WIB, direvisi atau diubah menjadi pukul 22.00-05.00 WIB menyesuaikan Tangerang.

Surat revisi Perbup Nomor 120 tersebut ditandangani pada Jumat, 17 November 2023.

Dalam revisi tersebut, jam operasional kendaraan angkutan barang khusus tambang mulai berlaku menjadi pukul 22.00 WIB–05.00 WIB.

Namun nyatanya, pelaksanaan aturan tidak berjalan baik dan menimbulkan protes keras dari warga dan para sopir truk tambang.

Pengguna jalan (warga sekitar) dan para sopir truk saling berbalas unjuk rasa dan aksi blokade jalan. Alhasil, jalan di wilayah itu macet total.

"Apa pun yang saya sampaikan pasti disalahkan karena bupati ini sudah membuat aturan Perbup jam 22.00 WIB (boleh melintas), tapi ini kan tidak langsung, mohon maaf, harus melalui proses. Sebab mereka memang masuk ke Kabupaten Tangerang jam 22.00, tapi dia masuk dari Cigudeg itu ada jam 12, jam 10," ungkap Iwan.

"Kami keras dikit (ke sopir) kalian tahu itu, dipalangan (blokade jalan, macet) itu kejadian lebih parah. Makanya ini kita kawal bareng, kalau pengennya warga itu (tambang) tutup, ya kita tutup, tapi risikonya ditanggung pasti tidak akan mau, kan," sambungnya.

Iwan mengaku sudah mengatur truk kosongan lewat uji coba siang hari sudah stagnan namun tetap saja terjadi kemacetan.

"Tidak boleh dong saya dijadikan peluru sendiri, aparat semua bantu kami dong, fair dong. Masa kami dengan Dishub doang (yang mengatur), tidak bisa (masalah truk tambang diselesaikan Bogor), ini (masalah) nasional," ujarnya.

Dengan adanya kejadian tragis kemarin, Iwan berharap, Pemerintah Pusat dan Provinsi membantu menyelesaikan masalah truk tambang di wilayahnya.

Iwan mengaku kesulitan mengatasi masalah truk tambang yang kian semrawut.

"Provinsi, pusat, bantu saya di Bogor. Saya tidak mungkin bisa (mengatasi masalah truk tambang). Jangan saya dengan Dishub, bantu semua, instasi polisi, tentara, aparat negara bantu kami supaya semua bisa merasakan susah banget ngatasin masalah ini," ungkapnya.

Iwan menambahkan, pihaknya hanya bisa memberi solusi jangka pendek yaitu menyediakan kantong-kantong parkir di beberapa titik di hulu pengangkutan tambang.

"Itu solusi sementara, kalau solusi jangka panjangnya ya jalan tambang itu (kewenangan provinsi)," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/12/18/172450478/bupati-bogor-minta-maaf-perbup-truk-tambang-sebabkan-ibu-dan-anak-tewas

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com