Salin Artikel

Hendak Padamkan Api dan Nyaris Kecelakaan, Petugas Damkar Malah Dimarahi Warga, Polisi Turun Tangan

BOGOR, KOMPAS.com - Video petugas pemadam kebakaran (Damkar) dimarahi warga saat melakukan tugas viral di media sosial. 

Dalam video itu, warga tersebut memarahi dan memaki petugas lantaran telat atau tidak tepat waktu ke lokasi kebakaran.

Video viral Damkar dimarahi warga karena telat itu awalnya diunggah oleh akun Instagram @bogorsiaga112.

"Kami sedih, sesampai di sana petugas dimaki karena dinilai tidak on time tiba di lokasi," tulis akun tersebut.

Berdasarkan rekaman video tersebut, terlihat sebuah unit mobil pemadam kebakaran sambil menyalakan sirine melesat ke lokasi kebakaran.

Nyaris kecelakaan

Petugas yang ada di dalam mobil itu nyaris saja kecelakaan karena berusaha mengejar waktu setelah mendapat kabar kebakaran. 

Mobil mereka oleng dan hampir terbalik saat berada di tikungan jalan demi mengejar kecepatan.

"Pemadam Kebakaran mempertaruhkan nyawa mereka ketika sudah di dalam armada dan pergi ke lokasi secepat mungkin," tulis akun itu kembali.

Acep Sumantri, Komandan Regu Sektor Cileungsi pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bogor yang juga perwira piket pada peristiwa itu membeberkan kisah di balik video tersebut.

Dia mengatakan, video itu diambil ketika petugas sedang berada di dalam mobil untuk berangkat memadamkan api yang melanda sebuah lapak rongsok di Kampung Sukahati, Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (15/12/2023) pukul 12.30 WIB.

"Betul, kita ada namanya unit isi air itu berangkat dengan kecepatan tinggi mengejar kebakaran namun saat di tikungan tiba-tiba mobil oleng dan nyaris kecelakaan hancur terbalik, untungnya kami tidak panik dan bisa menguasai mobil itu," kata Acep saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/12/2023).

"Kita bawa 2 unit mobil dan satu lagi ambulans. Yang memvideokan dari ambulans," imbuhnya.

Acep menjelaskan, awalnya dua unit mobil berisi 8 personel Damkar berangkat atas inisiatif sendiri setelah melihat video lapak rongsok terbakar hebat.

Akhirnya, petugas Damkar mencari kebenaran informasi kebakaran tersebut.

Dia menyebut, saat itu tidak ada panggilan atau laporan kebakaran sama sekali yang masuk ke pihak damkar.

Setelah infonya benar, petugas meluncur ke TKP namun pertengahan jalan ada kejadian mobil oleng.

"Nah, benar saja pas di lokasi itu asap kebakaran masih banyak. Tapi pas kita sampai di sana malah dimarahi oleh pemilik lapak rongsok," ungkapnya.

Pemilik rongsok dan warga beranggapan bahwa petugas pemadaman tidak on time tiba di lokasi. 

Akibatnya, pemilik rongsok dan warga sekitar meluapkan emosinya kepada para petugas. Sehingga terjadi cekcok atau adu argumen.

"Kita coba pendinginan namun ditolak oleh pemilik lapak tersebut. Dia bilang bahwa Damkar telat datang, makanya mereka naik pitam dan sempat adu argumen," ujarnya.

Pasalnya, sejak awal petugas berinisiatif dan berniat baik segera datang sesuai SOP tetapi malah dimaki karena dianggap tidak ontime.

Pemilik mengaku dapat melakukannya sendiri dengan menyemprotkan air ke area yang terbakar. Padahal, ada strategi yang diterapkan petugas dalam menjinakkan api.

Tak sampai di situ, pemilik rongsok tersebut tetap menolak untuk dilakukan pendinginan. 

"Dia sudah emosi pas kita nyemprot sambil bilang mau ngapain disemprot. Akhirnya kita jawab mau pendinginan karena masih ada asap di bawah, kalau masih ada berarti ada bara yang bisa menimbulkan api baru tetapi dia kekeuh gak mau," ungkapnya.

Tak lama setelah cekcok itu, polisi datang dan menengahi sambil meminta pengertian pemilik agar mau dilakukan penyemprotan ke lapak tersebut.

Petugas kemudian melakukan kewajibannya hingga api berhasil padam total atas perintah polisi. 

Ketika api sudah padam, warga-warga yang memaki-maki petugas itu pun menghilang begitu saja. 

"Kalau dari awal nelepon (lapor) sih, terus kita telat, ya wajar dimarahi. Lah ini kan dia gak lapor, kitanya aja inisiatif, berniat baik bantuin. Kan seharusnya gak ada perkataan telat begitu," ucapnya.

Adapun penyebab kebakaran itu berawal dari bakar-bakar sampah yang dilakukan oleh anak pemilik rongsok tersebut. Dia bakar sampah dari hasil memilah rongsok yang sudah tidak layak digunakan.

"Nah, pas lagi membakar rongsok itu dia tinggal makan siang. Ternyata, muncul percikan api, meledak. Dari situ muncul api dan membesar. Kebakaran itu karena kesalahan mereka juga," ungkapnya.

Acep menduga pemilik rongsok tidak melapor atau menolak dilakukan pendinginan karena takut membayar dan merasa mampu memadamkan api sendiri.

"Makanya dia kekeuh enggak usah disemprot. Padahal kan, sudah saya bilang petugas mengikuti SOP kantor dan tidak ada biaya. Dia menolak itu karena takut bayar," ungkapnya.

Atas kejadian itu, Acep berharap agar kejadian tidak terulang sebisa mungkin mengedepankan komunikasi demi menjaga emosi serta bekerja sama dengan polisi untuk mengamankan petugas dalam setiap operasi.

Sebab, kebakaran bisa terjadi kapan saja. Imbauannya untuk masyarakat, RT, lingkungan setempat supaya edukasi tentang Damkar. 

Pertama, pelatihan bagaimana cara penanganan di awal terjadinya kebakaran.

Kedua, setiap warga terutama RT, desa harus memiliki nomor pemadam kebakaran.

Ketiga, ketika melihat kejadian kebakaran meskipun itu bukan milik menimpa diri sendiri segera lapor atau telepon Damkar karena tidak bayar alias gratis.

"Kita baru menemukan kejadian orang seperti ini. Kalau ada kebakaran ya tetap sebagai petugas Damkar harus melakukan pendinginan. SOP nya wajib, terkecuali kita ke lokasi posisinya sudah tidak ada asap. Mungkin kita tidak memadamkan, tapi kalau masih ada asap itu bakal menimbulkan terjadinya api lagi dan sesuai SOP tetap harus dilakukan pemadaman atau pendinginan," ujarnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/12/21/055845778/hendak-padamkan-api-dan-nyaris-kecelakaan-petugas-damkar-malah-dimarahi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke