Salin Artikel

Warga Jakarta Rela Macet-macetan ke Puncak Bogor demi Hirup Udara Segar

Imbasnya, arus lalu lintas di sana kerap mengalami kemacetan saat libur panjang.

Seorang wisatawan asal Tangerang bernama Titin (40) datang bersama keluarga kecilnya ke Puncak Bogor sejak Sabtu (23/12/2023) pagi.

Ia dan suami beserta anaknya mengaku bosan dengan tempat wisata lain seperti di Tangerang dan Jakarta karena macet dan panas.

Meski dia mengakui kemacetan juga terjadi di Jalur Puncak Bogor, tapi tidak membuatnya menyesal berkunjung karena bisa menikmati pemandangan indah nan sejuk.

"Walau jaraknya jauh macet tapi seneng aja sih karena niatnya jalan-jalan dan bisa menikmati pemandangan, ditambah udaranya adem (dingin) di sini," ucap Titin saat istirahat menunggu rekayasa lalu lintas one way selesai di jalur Puncak, Selasa (26/12/2023).

Titin mengatakan, sudah jauh-jauh hari sebelumnya sudah mempersiapkan perlengkapan dengan matang karena tahu bakal banyak rekayasa lalu lintas yang akan diterapkan polisi.

Ia sudah mencari informasi jadwal one way serta menyesuaikan nomor polisi kendaraan ganjil genap sesuai tanggal hari itu agar terhindar dari pemeriksaan.

Oleh sebab itu, ia pun tidak lagi khawatir jika anak-anaknya rewel dan nangis karena terjebak macet di dalam mobil.

"Jadi dipersiapkan dari sejak awal jam keberangkatannya. Ya jadi kalau pun macet, anak-anak juga tetap seneng," ucapnya.


Ia mengaku punya pengalaman terjebak macet parah hingga belasan jam pada liburan tahun lalu.

Saat itu, ia ditawari oleh orang untuk lewat jalan alternatif dengan ongkos ratusan ribu rupiah per mobil.

Meski begitu, kata dia, kondisi itu tak membuatnya kapok berkunjung lagi tahun ini.

"Tawar menawar dan harganya turun, tapi lewat alternatif itu juga nyampe-nyampe ke tujuan, mobil sampai keluar asap (mesin overheat). Dari pengalaman itu lah kita belajar dan cari info lebih banyak soal rekayasa lalin," ungkapnya.

Tidak jauh berbeda dengan Hajatinah (50), wisatawan dari Cengkareng, Jakarta Barat.

Ia memilih berwisata ke Puncak Bogor bersama rombongan keluarga besarnya karena sudah terbiasa.

"Kami di sini sudah 2 hari wisata dan nginapnya di vila," ucap ibu dengan sapaan akrab Tina.

Tina merasa udara Puncak Bogor sejuk namun kekurangannya ada pada kondisi arus lalu lintas yang masih kerap macet sehingga bisa membuat lelah fisik.

"(Kenapa milih puncak libur hari ini?) kita memang sering ke sini sih, walau macet juga, (kapok?) enggak sih. Karena sebelum ke sini kita juga tahu bakalan macet ya, pastilah kalau ke atas itu macet, rekayasa lalin buka tutup pasti ngalamin," ungkapnya.

Ia pun menganggap kondisi itu tidak bagus untuk anak-anaknya.

"Macetnya aja yang bikin jenuh, kapok sih gak. Tapi ya tetap aja kita seneng datang ke sini, semua orang pun mengeluhnya macet itu aja," ujar.

"Saran saya sih jalan diperlebar supaya macetnya bisa teratasi," imbuhnya.


Hal serupa juga disampaikan oleh Dicky (35), wisatawan asal Parung Panjang, Bogor, yang berangkat menggunakan sepeda motor bersama keluarga kecilnya berboncengan tiga menuju vila yang berada di wilayah Cisarua.

"Sudah dari kemarin kita wisata di Puncak dan ini mau balik. Dari kemarin sih macet parah ya, apalagi kalau pakai mobil tuh pasti lebih parah lagi," ujar Dicky.

Setelah sampai di vila, keesokannya lanjut menikmati kebun teh sambil menghirup udara sejuk Puncak Bogor.

"Ya saya nyari yang adem, kalau wisata ke Jakarta kan macet, terus di Parung Panjang panas, ya mending ke Puncak lah, adem, udaranya segar meskipun macet, tapi ya Alhamdulillah sih terbayarkan semua," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/12/26/185638978/warga-jakarta-rela-macet-macetan-ke-puncak-bogor-demi-hirup-udara-segar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke